Pages

Senin, 27 September 2021

Merantau Bisa Latih Imajinasi Otak Anak, Ini Penjelasannya

Senin, 27 September 2021 17:45:20

Merantau Bisa Latih Imajinasi Otak Anak, Ini Penjelasannya

 

 

 

 

 

 

 

Kemampuan berimajinasi sangat penting untuk perkembangan otak anak. Lewat imajinasi anak bisa lebih kreatif dan inovatif serta lebih siap menghadapi masa depannya kelak.

Melatih imajinasi anak memang tidak mudah, namun Ahli Otak, Dr. dr. Taufiq Pasiak menyarankan anak-anak untuk mau berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Ini karena perpindahan tempat bisa membuat melebarnya hipokampus otak jadi lebih luas. Hipokampus adalah bagian di otak yang berperan untuk mengingat informasi baru.

Lewat meluasnya bagian hipokampus di otak inilah kemampuan spasial atau kemampuan beradaptasi anak jadi terlatih, yang akhirnya membuat kemampuan imajinasi anak jadi meningkat.

"Makanya jika ingin anak Anda, kita atau siapapun memiliki kemampuan spasial yang bagus, pindah-pindah tempat tinggal," ujar Dr. Taufiq yang juga CEO sekaligus Pendiri Sekolah Otak itu, dalam acara diskusi, Jumat (24/9/2021) lalu.

Perpindahan tempat yang dimaksud tidak selalu pindah rumah, tapi bisa seperti melalui jalan yang berbeda setiap berangkat dan pulang sekolah. Lalu bersekolah di beda kota alias merantau, atau sering mengunjungi tempat baru.

"Pindah-pindah jalan menelusuri satu tempat. Kalau jalan ke sekolah melalui jalan A, maka lain waktu gunakan jalan B, jalan C, jalan D dan seterusnya. Itu membuat peta spasial kita berubah," jelas Dr. Taufik.

Peta spasial bisa berarti kemampuan mendeteksi benda atau bangunan 3 dimensi yang memiliki lebar, tinggi, dan panjang satu ruang.

Fenomena ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan di London Inggris terhadap sopir yang otaknya diperiksa dengan magnetic resonance imaging (MRI), untuk memeriksa besarnya hipokampus.

Otak sopir diperiksa sebelum sopir bertugas berkeliling kota London. Setelahnya sopir berkeliling selama 3 hingga 6 bulan, selanjutnya otak sopir kembali diperiksa.

Hasilnya didapatkan, setelah berkeliling bagian hipokampus otak melebar setelah sopir berkeliling kota London, menunjukan kemampuan spasialnya lebih baik dari sebelumnya.

*Sumber: suara.com

Sabtu, 25 September 2021

Tergantung Keluhan yang Dialami Pasien, Pengobatan Nyeri Dibedakan Menjadi 3 Level

Sabtu, 25 September 2021 18:20:01

Tergantung Keluhan yang Dialami Pasien, Pengobatan Nyeri Dibedakan Menjadi 3 Level

 

 

 

 

 

 

 

Tidak semua keluhan nyeri di badan diobati dengan cara yang sama. Terlebih dalam kondisi wabah Covid-19, penanganan medis harus ada yang disesuaikan.

Dokter spesialis bedah saraf dr. Dwikoryanto, Sp. BS. FINPS., mengatakan bahwa dilihat dari gejalanya, nyeri dibedakan menjadi tiga level. Dokter akan memberikan pengobatan kepada pasien nyeri sesuai diagnosis levelnya.

"Kalau level 1, misalnya, pada pasien yang nyeri ringan sampai sedang, penyebab dan diagnosisnya jelas, kemudian kalau dia memiliki komorbid relatif terkontrol. Maka dia juga bisa menggunakan perangkat telemedicine," jelas dokter Dwikoryanto dalam webinar daring Brain Awareness Week, Rabu (22/9/2021).

Pengobatan terhadap pasien nyeri level 1 hanya perlu melakukan rawat jalan melalui telemedicine. Dokter biasanya akan memberikan obat anti nyeri untuk meredam gejala yang dirasakan.

Sedangkan pasien dengan keluhan nyeri level 2 memiliki gejala yang serupa dengan level 1. Hanya saja, pasien dalam kondisi terkonfirmasi infeksi virus Corona atau masih menjadi suspek Covid-19 akibat adanya riwayat kontak juga memiliki gejala seperti flu.

"Maka kita harus menduga pasien ini juga memiliki problem Covid, jadi tentu memerlukan pendekatan penanganan yang berbeda," imbuh dokter Dwikoryanto.

Dalam kondisi tersebut, pasien harus menjalani isolasi mandiri di rumah ataupun di rumah sakit sesuai gejala Covid-19 yang dihadapinya.

Nyeri pada level 3, digambarkan kondisi pasien yang alami gejala sangat berat. Dokter Dwikoryanto mengatakan, biasanya pasien harus segera mendapatkan tindakan medis darurat. Sehingga perlu dilakukan rawat di nap.

Dalam kondisi tersebut, dokter akan memeriksa kondisi organ tubuh pasien untuk memastikan apakah ada cedera serius yang jadi penyebab nyeri.

*Sumber: suara.com

Jumat, 24 September 2021

Catat! 5 Fakta Penting Soal MPASI yang Wajib Diketahui Orang Tua

Jum'at, 24 September 2021 17:31:55

Catat! 5 Fakta Penting Soal MPASI yang Wajib Diketahui Orangtua

 

 

 

 

 

 

 

Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu alias MPASI wajib dilakukan setelah anak berusia di atas 6 bulan.

Sebab di usia tersebut, kebutuhan gizi dan nutrisi anak tidak dapat tercukupi hanya dari ASI.

Untuk itu, penting bagi orangtua mengetahui apa saja bahan MPASI yang direkomendasikan hingga bagaimana cara mengatasi bayi yang sulit makan MPASI.

Dirangkum Suara.com, berikut ulasannya:

1. Bayi Sulit Makan Saat MPASI, Bisa Jadi Ini Sebabnya

Sulit makan jadi permasalahan umum yang terjadi pada anak usia di bawah satu tahun. Lantaran anak juga belum bisa bicara dengan jelas, sehingga terkadang membuat orangtua bingung mengetahui penyebab anak enggan makan.

Biasanya anak akan enggan membuka mulutnya ketika disuapi makanan. Atau juga mengeluarkan kembali makanan yang sudah di dalam mulut.

2. Dokter Gizi: Membiasakan Anak Makan Sayur Harus Dilakukan Sejak MPASI

Tak sedikit orangtua merasa kewalahan membujuk anak makan sayur. Segala cara dikerahkan, mulai dari menyembunyikan sayur di dalam makanan hingga memaksa anak. Tapi tahukah Anda, menurut ahli gizi dan Ketua Indonesia Sport Nutrition Association, Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, anak yang susah makan sayur sesungguhnya dipengaruhi oleh pola asuh orangtua sejak pemberian makanan pendamping ASI di usia enam bulan.

“Umumnya kesalahan terjadi saat orangtua salah memberikan MPASI pertama anak, sepatutnya memang perlu dilakukan sejak dini,” ujar Rita dalam pernyataannya secara virtual, Kamis (3/12/2020).

3. Penting, Konsumsi MPASI Organik Bisa Tingkatkan Kekebalan Tubuh Bayi

Pemberian MPASI atau makanan pendamping ASI merupakan momen terpenting bagi bayi. Selain itu merupakan pertama kalinya menerima makanan selain ASI, masa MPASI juga akan menjadi pondasi bagi kebiasaan makan dan status gizi anak kelak.

Bahkan, organisasi WHO menganjurkan bayi mulai mengkonsumsi MPASI berupa makanan solid dan halus agar nutrisinya memadai bagi pertumbuhan tubuh dan otak. MPASI ini idealnya harus kaya nutrisi, seperti makanan bahan organik untuk memenuhi kebutuhan di 1000 hari pertama.

4. Mesti tahu, Ini Tips Pilih Alat Masak yang Aman Untuk MPASI

Menjelang usia enam bulan banyak orangtua mulai mempersiapkan untuk memberi Makanan Pendamping ASI (MPASI). Momen pemberian MPASI adalah masa yang penting dalam mengenalkan serta mengembangkan kemampuan anak untuk menerima makanan lainnya selain air susu ibu.

Namun seringkali ditemui masalah, akibat ketidaktahuan sang ibu dalam pemberian MPASI. Salah satunya ialah luka pada usus anak, yang disebabkan oleh tekstur MPASI yang terlalu kasar.

5. Tips Masak MPASI Enak dan Bergizi: Karbo dan Protein Dipisah Ya Bunda

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) diberikan pada anak saat memasuki usia 6 bulan, setelah periode ASI eksklusif berakhir.

Biasanya para ibu akan galau tingkat tinggi memikirkan apa makanan pertama atau MPASI (makanan pendamping ASI) yang akan diberikan kepada anaknya.

*Sumber: suara.com

Kamis, 23 September 2021

Benarkah Berjalan 10.000 Langkah Bisa Menurunkan Berat Badan? Begini Faktanya

Kamis, 22 September 2021 17:48:29

Benarkah Berjalan 10.000 Langkah Bisa Menurunkan Berat Badan? Begini Faktanya

 

 

 

 

 

 

 

Banyak orang percaya dengan gagasan berjalan 10.000 langkah per hari sebagai tujuan kebugaran yang populer di hampir seluruh dunia.

Direktur medis di pusat kesehatan bariatrik dan metabolik di Rumah Sakit O'Connor di San Jose, California, Thomas Hirai, MD, mengatakan gagasan 10.000 langkah per hari berasal dari tahun 1965 ketika sebuah perusahaan Jepang mengembangkan pedometer Manpo-kei, yang artinya '10.000 langkah meter'.

"Target 10.000 langkah tercapai karena mudah diingat dan di atas rata-rata langkah harian bagi kebanykan orang," jelas Thomas, dilansir Insider.

Tapi, apakah berjalan 10.000 langkah bisa menurunkan berat badan?

Kebanyakan orang membakar 30-40 kalori per 1.000 langkah, artinya kalori yang terbakar 300 hingga 400 ketika berjalan 10.000 langkah. Namun, ini hanya perkiraan.

"Tingkat pembakaran kalori bisa sangat bervariasi," sambung Thomas.



Thomas menjelaskan hal yang memengaruhi pembakaran kalori adalah berat badan, panjang langkah, dan tingkat kebugaran, kecepatan, serta kemiringan area tempat berjalan.

Untuk menurunkan berat badan, Thomas menjelaskan bahwa perlu lebih banyak kalori yang dibakar daripada yang dimakan.

"Orang yang ingin menurunkan atau mempertahankan berat badan harus berolahraga minimal 150 hingga 200 menit per minggu, dan berjalan 10.000 langkah per hari dapat membantu mencapai tersebut," imbuhnya.

Namun, berat badan lebih mungkin turun jika orang tersebut juga fokus pada makan makanan sehat.

"Penurunan berat badan melalui olahraga menjadi jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan strategi diet yang diawasi," tandasnya.

*Sumber: suara.com


Sabtu, 18 September 2021

Mau Anak Tumbuh Tinggi dan Sehat, Coba Terapkan Lima Kebiasaan Berikut

Sabtu, 18 September 2021 17:56:57

Mau Anak Tumbuh Tinggi dan Sehat, Coba Terapkan Lima Kebiasaan Berikut

 

 

 

 

 

 

 

Beberapa faktor mempengaruhi tinggi badan anak Anda, seperti lingkungan, pola makan, dan olahraga. Dari semua kontributor utama, gen Anda dan pasangan menyumbang 60 hingga 80 persen tinggi akhir anak Anda. 

Meskipun gen mungkin tak bisa direkayasa, namun memberikan nutrisi dan pola makan yang tepat sejak usia dini masih dapat membantu meningkatkan tinggi badan anak Anda beberapa inci. Melansir dari Times of India, berikut 5 kebiasaan yang dapat meningkatkan tinggi badan anak, antara lain:

1. Pola Makan Bergizi 

Baik itu orang dewasa atau anak-anak, pola makan yang seimbang dan bergizi adalah kebutuhan dasar bagi semua orang. Setidaknya 3 kali makan dalam sehari dan 2 kali camilan sehari yang sarat dengan semua nutrisi membantu perkembangan otak dan tubuh anak. 

Tambahkan lebih banyak buah segar, biji-bijian, susu, dan sumber protein ke dalam makanan mereka. Hindari gula dan makanan olahan.

2. Hindari Suplemen

Untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan jumlah nutrisi yang cukup, beberapa orang tua sering kali memberi anak mereka suplemen yang sebenarnya tidak diperlukan. Suplemen hanya boleh diberikan kepada anak-anak ketika mereka kekurangan beberapa nutrisi atau menderita masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan. 

Asupan suplemen juga seharusnya baru diberikan setelah berkonsultasi dengan dokter. 

3. Berolahraga

Mengajari anak-anak Anda untuk berolahraga setiap hari sejak usia dini adalah salah satu hal terbaik yang dapat Anda lakukan. Tetap aktif secara fisik memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan tinggi badan Anda. 

4. Bergelantungan

Menggantung selalu dianggap sebagai cara terbaik untuk menambah tinggi badan anak-anak. Menggantung dari palang memanjang tulang belakang yang menambah tinggi badan mereka. 

Menggantung secara konsisten dapat meningkatkan ketinggian dari waktu ke waktu. Selain itu, juga dapat membantu memperkuat otot.

5. Tidur Cukup

Tidur selama 7 hingga 8 jam sangat penting untuk semua orang. Anak-anak membutuhkan lebih banyak tidur daripada orang dewasa karena mereka lebih aktif. 

Pastikan anak Anda tidur tepat waktu dan tidur nyenyak sepanjang malam. Jika dia mengalami masalah tidur, konsultasikan dengan dokter Anda.

*Sumber: suara.com

Senin, 13 September 2021

Pandemi Bikin Risiko Ibu Alami Depresi Meningkat, Ini Sebabnya

Senin, 13 September 2021 17:20:37

Pandemi Bikin Risiko Ibu Alami Depresi Meningkat, Ini Sebabnya

 

 

 

 

 

 

 

Pandemi COVID-19 membuat risiko seseorang mengalami gangguan jiwa dan masalah kejiwaan meningkat.

Bahkan menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, risiko depresi meningkat pada ibu, akibat beban dan tanggung jawab yang bertambah.

Hasto menjelaskan pandemi COVID-19 menyebabkan seorang ibu harus mendominasi peran dalam suatu keluarga. Beberapa peran yang dilakukan yaitu mengasuh anak, membelikan kebutuhan rumah tangga, mengingatkan kebutuhan hidup sehat, mengingatkan beribadah serta mengingatkan keluarga untuk selalu berfikir positif.

Berdasarkan data survei yang dilakukan oleh pihaknya, dominasi peran tersebut mengakibatkan sebanyak 2,5 persen perempuan telah mengalami depresi selama masa pandemi COVID-19.

Masalah pada ibu selanjutnya yang dia beberkan, walaupun pemerintah telah melakukan sosialisasi vaksinasi dinyatakan aman untuk ibu hamil, rupanya masih banyak ibu hamil yang ragu untuk melakukan vaksinasi.

Ia mengatakan hal ini perlu menjadi perhatian bersama mengingat angka kematian ibu dan bayi telah meningkat selama pandemi.

“Padahal dari literatur sudah jelas. Itu bisa kita kerjakan dan tidak masalah. Oleh karena itu saya kira sosialisasinya seperti ini (penting dilakukan). Bagi BKKBN, ini penting karena kematian ibu dan bayi meningkat selama pandemi,” kata dia.

Menurutnya, permasalahan yang harus dihadapi oleh keluarga di Indonesia selama masa pandemi COVID-19 meningkat.

Kemiskinan yang menyebabkan angka pengangguran meningkat, menjadi permasalahan serius bagi pihaknya karena berpengaruh terhadap jumlah anak yang mengalami kekerdilan (stunting). Hal tersebut terjadi karena pendapatan yang berkurang, membuat anak mengalami keadaan wasting (gizi pada anak tidak terpenuhi) meningkat sehingga menjadi lebih kurus.

Hasto menegaskan kondisi tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi masa depan bangsa Indonesia yang memiliki sebanyak 23 juta anak baduta (bayi usia dua tahun).

“Ini khawatir kalau angka anak kurus meningkat, maka kemudian akan menjadi stunting. Ingat bahwa kita punya baduta sebanyak 23 juta, sehingga ini dua juta mengalami kondisi kurus, kemudian kalau berlanjut tiga bulan, enam bulan akan menjadi stunting,” kata Hasto.

Guru Besar Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB Euis Sunarti mengatakan mengatakan pandemi COVID-19 sangat berdampak pada food insecurity (kerawanan pangan) keluarga.

“Relatif tingginya food insecurity, kerawanan pangan tentunya akan berdampak pada status gizi keluarga khususnya balita. Tentunya program untuk menurunkan stunting, menjadi tantangan tersendiri pada saat COVID-19,” kata Euis.

Ia mengatakan bila melihat kondisi strategi pangan yang dimiliki keluarga pada masa pandemi, dapat memungkinkan angka wasting ataupun stunting mengalami peningkatan.

Berdasarkan data penelitian yang Euis miliki, sebanyak 47,3 persen keluarga menghemat pengeluaran untuk membeli bahan pangan. Penghematan tersebut menyebabkan sebanyak 73,1 persen keluarga beralih membeli bahan pangan yang memiliki harga lebih murah.

Sebanyak 47,3 persen keluarga mengurangi jenis-jenis lauk yang dikonsumsi serta satu dari lima keluarga atau sebesar 21,5 persen telah mengurangi porsi makan dalam keluarga.

Euis mengatakan masalah pendapatan pada keluarga dapat memberikan dampak pada kesehatan. Masalah tersebut dapat semakin memburuk apabila kepala keluarga yang sedang mencari sumber nafkah, belum tentu menemukan pekerjaan ataupun bantuan sosial.

“Masalah-masalah dalam keluarga juga cukup besar karena jika pendapatan menurun maka kesehatan keluarga juga menurun. Sehingga ketika mencari sumber nafkah tetapi kemudian saat mencari pun belum tentu dapat, mencari dukungan sosial yang dilakukan juga lebih sedikit dari yang mencari sumber pendapatan,” kata dia.

*Sumber: suara.com

Minggu, 12 September 2021

Ikutilah Ziarah & Wisata Religi Di Akhir Tahun 2021 Bareng Radio Nuansa Group

Ikutilah dan daftarkan diri anda sekarang juga untuk mengikuti Ziarah dan Wisata Religi di akhir tahun 2021 bersama RADIO NUANSA GROUP yang terdiri dari (Radio Nuansa FM 104,5 Bojonegoro, Angling Darma FM 89,9 Bojonegoro, dan Suara Bumi Wali FM 91,5 Tuban).

Lokasi yang akan dituju :
1. MAKAM SUNAN POJOK BLORA
2. MAKAM JOKO TARUB
3. MAKAM KI AGENG SELO
4. MAKAM JOKO TINGKIR & KEBO KENONGO
5. MAKAM MBAH SUHARTO ASTANA GIRI BANGUN
6. MALIOBORO 

Pelaksanaan :
HARI          :  SABTU
TANGGAL : 11 DESEMBER 2021
 
Biaya : Rp. 200.000,-

Tempat Pendaftaran :
1. Gerai Sehat Cabang Rengel : Jln. Raya Rengel - Plumpang / 100 meter timur GOA Ngreong (Tuban)
2. Gerai Sehat Cabang Baurno : Jln. PUK Baurno - Kanor / Gg. Cokro Masuk Ke Utara Pasinan (Bojonegoro)
3. Gerai Sehat Cabang Sumberrejo : Jln. Raya Sumberrejo 1192 Bojonegoro (Bojonegoro)
4. Gerai Sehat Cabang Balen : 100 meter Perempatan Balen ke selatan (Bojonegoro)
5. Gerai Sehat Cabang Kapas : Barat Koramil Kapas Bojonegoro (Bojonegoro)

Info Pendaftaran HUB : 

Jumat, 10 September 2021

Jangan Tertukar, Ini Bedanya Pertumbuhan Anak dengan Perkembangan

Jum'at, 10 September 2021 17:59:12

Jangan Tertukar, Ini Bedanya Pertumbuhan Anak dengan Perkembangan

 
 

 

 

 

 

 

Di berbagai informasi seputar pola asuh anak, pentingnya pertumbuhan dan perkembangan buah hati selalu menjadi fokus bahasan, khususnya di 1.000 hari pertama kehidupan.

Tapi bunda tahu nggak sih pertumbuhan dan perkembangan anak itu dua hal yang berbeda loh!

Dokter Spesialis Anak Miza Dito Afrizal, Sp.A, BmedSci. M.Kes mengatakan anak tidak bisa hanya sekedar bertumbuh, tapi juga anak harus bisa berkembang.

"Tumbuh dan kembang adalah 2 kata yang terpisah, bertumbuh dan juga berkembang," ujar dr. Miza dalam acara Tokopedia, Rabu (10/3/2021).

Menurut dr. Miza pertumbuhan anak itu artinya berfokus pada perkembangan fisik yang bertumbuh, seperti tinggi, berat, dan lingkar kepala anak.

"Perbedaannya adalah kalau bertumbuh itu, ada penambahan volume tubuh jadi dia bertambah tinggi, dia bertambah gemuk, dan bertambah berat," jelas dr. Miza.

Pertumbuhan anak ini harus sangat diperhatikan khususnya sebelum anak berusia 2 tahun. Apabila pertumbuhan fisik sebelum 2 tahun tidak seperti anak normal pada umumnya, maka orangtua harus segera berkonsultasi ke dokter.

Pertumbuhan ini, biasanya diukur dari buku kesehatan ibu dan anak (KIA), yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

"Sebisa mungkin setiap bulan terpantau berat badan, tinggi badan dan lingkar kepalanya. Karena kalau misalnya itu terjadi apa-apa di bawah 2 tahun, kita koreksinya jauh lebih gampang, dibandingkan udah lewat dari 2 tahun," paparnya.

Sementara itu perkembangan anak, yakni mengacu pada berkembangnya skill atau kemampuan anak, dan sangat berhubungan dengan kognitif (daya tangkap dan berpikir) si anak.

"Skill yang bertambah pada anak, pada motorik juga sensorik. Motorik itu pergerakannya anak bisa jalan, lompat-lompatan, turun tangga, anak bisa merangkak," terang dr. Miza.

Ada juga perkembangan berupa kemampuan sensorik anak, yang biasanya dihubungkan dengan kinerja indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaran dan indera perasa.

"Itu harus terstimulasi dengan baik sesuai dengan umurnya," pungkas dr. Miza.

*Sumber: suara.com

Kamis, 09 September 2021

5 Tantangan Ibu Selama 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak

Kamis, 09 September 2021 17:47:24

5 Tantangan Ibu Selama 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak

 

 

 

 

 

 

 

Ibu sudah pernah mendengar mengenai 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)? Disebut periode emas, 1000 HPK dimulai sejak bayi berada dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Dalam 1000 HPK, ada banyak tantangan yang dihadapi orangtua, khususnya Ibu, agar periode ini berjalan dengan optimal.

Periode ini akan menentukan masa depan anak kelak, baik dari segi kesehatan maupun kecerdasannya. Lalu, apa saja yang harus Ibu lakukan untuk mendukung 1000 HPK ini? Simak rangkuman yang dikutip dari virtual parenting event Zwitsal 1000 Hari Pertama Si Kecil, mengenai berbagai tips penting dari para ahli agar periode 1000 HPK menjadi lebih optimal.

1. Ibu hamil harus tetap berolahraga

Seiring masa kehamilan, umumnya berat badan akan bertambah dan tubuh akan terasa menjadi lebih berat. Meskipun tidak disarankan untuk melakukan aktivitas berat, bukan berarti ibu hamil tidak boleh berolahraga. Justru rajin berolahraga menjelang persalinan atau yang dikenal dengan prenatal workout, disarankan oleh dokter.

Selain menjaga kesehatan tubuh, prenatal workout juga dapat memberikan bonding bersama si kecil sejak masih di dalam kandungan. Salah satu cara prenatal workout yang bisa dilakukan dengan mudah di rumah adalah menggunakan gym ball, yang memiliki segudang manfaat seperti memperbesar panggul sehingga mengoptimalkan proses persalinan, membantu mengurangi sakit punggung dan membuat otot menjadi lebih rileks.

Salsabila Avinandita sebagai Certified Personal Trainer dan Pre & Post Natal Fitness berbagi tips untuk calon ibu seputar prenatal workout, “Meskipun terlihat mudah, namun olahraga gym ball bagi ibu hamil tetap harus memperhatikan kondisi tubuh, makan terlebih dulu, jangan terlalu banyak minum, melakukan pemanasan kecil, dan durasi workout tidak boleh lebih dari satu jam agar tidak cedera.”

2. Ajak ayah bangun bonding dengan si kecil

Bukan hanya ibu yang punya peran utama mendidik dan mengasuh anak, ayah pun juga berperan dalam 1000 HPK agar tumbuh kembang anak menjadi optimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan ayah adalah dengan kegiatan memasak bersama. Bukan hanya bonding yang terbentuk (asuh), namun daya kreativitas (asah) anak akan terbentuk selama proses menghias makanan, serta menumbuhkan rasa percaya diri anak lewat apresiasi hasil masakannya (asih).

Andrew White membagikan momen erat dengan Jason, putra pertamanya, dengan menceritakan aktivitas apa yang biasa dilakukan bersama Jadon. “Meskipun memiliki banyak pekerjaan dan kesibukan, sebisa mungkin orangtua tetap harus meluangkan waktu dengan anak karena waktu cepat berlalu dan anak cepat bertumbuh dewasa. Kita dapat mencoba berbagai kegiatan berbeda agar anak tetap excited dan tidak bosan, salah satunya dengan kegiatan memasak. Selain mempererat bonding, momen seru ini juga dapat menanamkan rasa mandiri. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mencari menu yang simple, ramah anak dan memasak menu yang anak sukai sehingga mereka senang melakukannya tanpa rasa beban,” katanya.



3. Stimulasi sensorik dan motorik

Banyak hal yang menentukan keberhasilan 1000 HPK, mulai dari nutrisi, stimulasi, dan tentunya bonding orangtua dan anak sejak masih dalam kandungan.

Dr. Miza Afrizal, BMedSc, SpA, MKes dari Klinik Kecil menjelaskan, “Tidak hanya bermanfaat untuk tumbuh kembang, bonding yang kuat juga diperlukan bayi untuk membuatnya tenang saat menghadapi lingkungan baru di luar kandungan. Penting bagi ibu untuk memenuhi kebutuhan dasar anak yaitu grow, love dan play untuk tumbuh kembang yang optimal.”

4. Pentingnya support system pada ibu dan calon ibu

Berbagai perubahan signifikan dialami oleh perempuan yang baru menjadi ibu, mulai dari perubahan secara fisik, waktu, hingga skala prioritas, semua didahulukan untuk anak dan keluarga. Sementara, ibu juga butuh perhatian seperti dukungan untuk dirangkul, didengarkan, dan diapresiasi.

Psikolog Nadya Pramesrani dari Rumah Dandelion mengatakan, “Di masa ini, ayah dapat menjadi support system utama bagi ibu dengan bergiliran membagi waktu menjaga anak hingga hal sederhana seperti memberikan pujian pada ibu. Tak hanya emotional support dan keterlibatan suami, tiga bulan pertama pasca-persalinan merupakan periode paling penting untuk memiliki support bersama, dan tetap menjaga bonding dengan anak agar tidak mengandalkan pengasuh atau orang tua.”

5. Sempatkan self healing

Setiap ibu pasti pernah mengalami penat, jenuh, dan kurang me-time. Meski penuh tantangan, seorang ibu harus bisa menjalani perannya dengan bahagia. Caranya bisa melalui metode self healing, agar tetap rileks dan happy dalam menjalani peran sebagai ibu. Pentingnya memperhatikan aspek kesehatan mental bagi para ibu agar terus bahagia menjalani perannya, menjadi hal krusial.

Pelatih Kesehatan Mental, Raden Prisya, mengingatkan, “Self healing memungkinkan ibu untuk berhenti sejenak dari segala rutinitasnya, sehingga bisa berinteraksi dengan diri sendiri dan berinteraksi dengan energi alam di sekitarnya. Self healing berguna untuk merawat ibu agar sehat, rileks, dan damai, memulihkan luka dan trauma pasca persalinan, memaksimalkan hormon cinta untuk bonding, serta melepaskan takut, khawatir, dan stres menghadapi masa parenting. Lakukan self healing praktis yang bisa dikerjakan secara mandiri setiap hari, agar Anda bisa merasa bahagia sebagai ibu, apapun tantangannya yang dihadapi.”

*Sumber: suara.com

Rabu, 08 September 2021

Usia Prasekolah Jadi Periode Sensitif Anak, Begini Saran Psikolog untuk Orangtua

Rabu, 08 September 2021 17:49:01

Usia Prasekolah Jadi Periode Sensitif Anak, Begini Saran Psikolog untuk Orangtua

 

 

 

 

 

 

 

Orangtua dianjurkan memanfaatkan masa pertumbuhan anak untuk 'menjejali' mereka dengan beragam informasi positif.

Sebab selama usia toddler tersebut, perkembangan otak anak berkembang sangat cepat dan bisa menentukan kecerdasannya di masa depan.

"Anak-anak tumbuh sejak masih di usia sangat muda. Saat usia toddler dan usia prasekolah menjadi usia yang sangat penting," kata Psikolog Klinis Ratih Ibrahim dalam konferensi pers daring peluncuran 'Dongeng Aku Dan Kau: Indonesia Mendongeng 2021', Kamis (2/9/2021).

Ratih menambahkan, selama usia tersebut terjadi periode sensitif dan kritis pada perkembangan anak. Karena pada usia toddler dan prasekolah, perkembangan otak anak tumbuh dengan sangat pesat hingga mencapai 80 persen dari ukuran orang dewasa.

"Ini terjadi dalam jendela waktu yang terbatas, makanya disebut sebagai periode kritis," imbuhnya

Selain itu juga menjadi masa yang sangat sensitif, karena pada selama itu kapasitas otak yang dimiliki anak sangat kuat dan luas untuk menyerap juga belajar banyak hal baru. Ratih menyampaikan, seiring usia anak bertambah, memang sensitivitasnya akan semakin berkurang.

Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk bisa memenuhi kebutuhan mendasar anak selama periode toddler hingga usia prasekolah.

"Kegiatan mendongeng merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk menstimulasi perkembangan anak. Serta untuk mengekspresikan rasa cinta kasih sayang dari orangtua," ucap Ratih.

Kata Ratih, membacakan dongeng bisa menstimulasi fondasi perkembangan kognitif anak. Sehingga perkembangannya akan menjadi optimal.

Selain itu, anak akan mendengar kata-kata dari bacaan dongeng yang pada akhirnya dapat menjadi sarana mengenalkan bahasa juga merangsang daya imajinasi mereka.

"Pada saat dia mendengarkan dongeng, daya untuk problem solving juga terlatih dan tentu saja anak akan punya kecerdasan moral yang lebih baik, dasar kemampuan interaksi sosial juga bisa ditumbuhkan."

"Bagaimana dia belajar dari tokoh-tokoh yang di dalam dongeng yang dibacakan, kemudian jadi lebih percaya diri," pungkasnya.

*Sumber: suara.com

Selasa, 07 September 2021

Mengenal Sharenting, Kebiasaan Asal Posting yang Berisiko Sebabkan Eksploitasi Anak

Selasa, 07 September 2021 18:23:23

Mengenal Sharenting, Kebiasaan Asal Posting yang Berisiko Sebabkan Eksploitasi Anak

 

 

 

 

 

 

 

Bagi sebagaian orangtua, media sosial dapat menjadi album digital tempat menyimpan dan membagikan foto serta video pertumbuhan anak-anak mereka.

Meski memiliki niat baik, namun nyatanya hal itu bisa sangat berbahaya bagi keamanan anak.

Dijelaskan oleh social media specialist Yulia Dian, dunia mengenal istilah sharenting. Sharenting sendiri berasal dari dua suku kata yaitu share, yang berarti membagikan; dan parenting, yang berarti orangtua.

Kata Yulia, dalam praktiknya, sharenting kerap dibarengi dengan pemahaman literasi digital yang rendah hingga dapat berujung pada praktik eksploitasi anak.

"Sharenting yang buruk itu ketika orangtua melakukan share secara berlebihah. Apalagi praktik sharenting tidak dibarengi dengan pemahaman literasi digital yang dapat berujung pada eksploitasi anak," kata Yulia Dian, dikutip Suara.com dalam rilis Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 beberapa waktu lalu,

Yulia mengatakan, ada beberapa alasan mengapa orangtua melakukan sharenting, salah satunya adalah perasaan membutuhkan validasi.

"Orangtua baru membutuhkan validasi dan apresiasi atas apa yang mereka lakukan di dunia nyata lewat media sosial," tambahnya.

Alasan lain orangtua melakukan sharenting adalah, dengan memposting konten dan informasi terkait anak, orangtua membutuhkan feedback atau timbal balik, serta nasihat.

Ditambahkan Yulia, ada beberapa tanda orangtua telah terjangkit sharenting.

Tanda tersebut adalah tidak ada lagi privasi; jadi mudah terpancing saat disebut oversharing; ponsel selalu siap untuk abadikan momen anak; dan unggahan media sosial hanya tentang orangtua dan anak saja.

Padahal, lanjutnya, sharenting bisa memiliki efek negatif seperti rasa iri sesama orangtua dengan anak.

"Efek sharenting itu bisa rasa iri jika postingan mengadung barang mahal sehingga menimbulkan kecemburuan sosial," lanjutnya.

Selain itu, efek negatif lain sharenting adalah bocornya beberapa informasi detail anak, orang asing yang jadi mengenal anak.

Ada juga risiko foto dan video anak diambil orang lain tanpa diketahui dan berpotensi menjadi korban pedofilia, ada potensi digital kidnapping, risiko pembulian karena jejak digital anak serta kemungkinan anak akan protes karena orangtua tidak menjaga privasinya.

*Sumber: suara.com

Kamis, 02 September 2021

Waspada, Stres Pekerjaan pada Wanita Bisa Picu Penyakit Kardiovaskular

Kamis, 02 September 2021 18:57:10

Waspada, Stres Pekerjaan pada Wanita Bisa Picu Penyakit Kardiovaskular

 

 

 

 

 

 

 

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa stres di tempat kerja meyebabkan lonjakan pada jantung. Hal ini yang kemudian bisa menjadi penanda penyakit jantung.

Melansir dari Independent, para peneliti menemukan stres terkait pekerjaan, gangguan tidur, dan kelelahan melonjak lebih tajam di kalangan wanita daripada pria.

Studi yang dipresentasikan pada Konferensi Organisasi Stroke Eropa tersebut menunjukkan bahwa proporsi pria dan perempuan yang melaporkan stres di tempat kerja meningkat dari 59 persen pada 2012 menjadi 66 persen pada 2017.

Sementara mereka yang merasa kelelahan naik dari 23 persen menjadi 29 persen dalam periode waktu ini. Tetapi perempuan jauh lebih mungkin untuk melaporkan malam tanpa tidur dan kelelahan.

Sementara jumlah pria dan wanita yang melaporkan gangguan tidur meningkat dari 24 persen menjadi 29 persen pada periode ini, dengan gangguan tidur parah juga meningkat lebih tajam pada wanita daripada pria.



Para peneliti mencatat peningkatan ini mengkhawatirkan karena bisa terkait dengan penyakit kardiovaskular.

Dr Susanne Wegener, salah satu penulis studi tersebut mengatakan bahwa diabetes, kolesterol tinggi, merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan hipertensi arteri merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.

"Tetapi baru-baru ini telah ditunjukkan bahwa faktor risiko yang kurang konvensional seperti tekanan kerja dan masalah tidur dapat secara substansial meningkatkan risiko kardiovaskular," kata Dr Wagner, seorang profesor neurologi di University of Zurich.

"Secara tradisional pria dianggap lebih terpengaruh oleh serangan jantung dan stroke daripada perempuan, tetapi di beberapa negara, perempuan telah menyusul pria. Ada kesenjangan gender dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui alasannya," imbuhnya.

*Sumber: suara.com