PT RADIO NUANSA FM BOJONEGORO

PT RADIO NUANSA FM BOJONEGORO

PT RADIO NUANSA FM BOJONEGORO

Kamis, 12 Juni 2025

Cuka Nanas: 5+ Manfaat Sehat yang Wajib Kamu Tahu

Cuka Nanas: 5+ Manfaat Sehat yang Wajib Kamu Tahu

Kamis, 12 Juni 2025

Cuka nanas adalah produk fermentasi dari buah nanas yang kaya nutrisi dan senyawa bioaktif. 

 

Cuka nanas adalah produk fermentasi dari buah nanas. Proses ini menghasilkan cairan asam alami yang memiliki berbagai manfaat kesehatan.

Meski belum sepopuler cuka apel, cuka nanas menawarkan alternatif yang kaya nutrisi dan senyawa bioaktif.

Kandungan Nutrisi Cuka Nanas

Cuka nanas mengandung berbagai nutrisi penting, termasuk:

  • Vitamin C dan E: Sebagai antioksidan.
  • Bromelain: Enzim yang membantu pencernaan.
  • Asam asetat: Senyawa aktif yang memberikan banyak manfaat kesehatan.
  • Mineral: Seperti kalium dan magnesium dalam jumlah kecil.
  • Antioksidan: Antosianin dan quercetin.

Manfaat Cuka Nanas untuk Kesehatan

Berikut ini beberapa manfaat cuka nanas yang didukung oleh penelitian:

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asam asetat dalam cuka dapat membantu meningkatkan metabolisme lemak.

Konsumsi cuka nanas secara teratur dapat membantu menurunkan berat badan dan meningkatkan metabolisme lemak pada orang dewasa obesitas.

Mengontrol Kadar Gula Darah

Cuka nanas dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula darah setelah makan.

Penelitian menunjukkan bahwa pemberian cuka nanas berpengaruh terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Meningkatkan Kesehatan Pencernaan

Enzim bromelain dalam cuka nanas membantu memecah protein dan meningkatkan pencernaan. Selain itu, asam asetat dapat mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam usus.

Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Kandungan vitamin C dan antioksidan dalam cuka nanas dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Potensi sebagai Antioksidan

Antioksidan dalam cuka nanas, seperti vitamin C, vitamin E, antosianin, dan quercetin, membantu melawan radikal bebas dan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan.

Penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi meneliti potensi cuka nanas sebagai antioksidan alami untuk mencegah kanker.

Para ahli juga meneliti potensi cuka nanas sebagai antioksidan dan imunomodulator pada mencit yang diinduksi diabetes melitus tipe 2 dalam jurnal yang sama.

Cara Membuat Cuka Nanas di Rumah

Berikut adalah cara sederhana membuat cuka nanas di rumah:

1. Siapkan buah nanas matang, air, dan gula pasir.
2. Kupas nanas dan potong kecil-kecil.
3. Masukkan potongan nanas ke dalam wadah kaca bersih.
4. Tambahkan air dan gula pasir (perbandingan 10:1 antara air dan gula).
5. Aduk rata dan tutup wadah dengan kain kasa.
6. Fermentasi selama 2-4 minggu di tempat gelap dan sejuk.
7. Saring cairan dan simpan dalam botol kaca.

Efek Samping dan Hal yang Perlu Diperhatikan

Konsumsi cuka nanas berlebihan dapat menyebabkan efek samping, seperti:

  • Iritasi lambung: Asam dalam cuka dapat memperburuk masalah pencernaan.
  • Erosi enamel gigi: Asam dapat mengikis lapisan pelindung gigi.

Oleh karena itu, konsumsi cuka nanas sebaiknya dalam jumlah moderat. Selalu encerkan cuka nanas dengan air sebelum diminum.

 

Sumber : halodoc.com

Rabu, 11 Juni 2025

Ketahui Ciri-Ciri HIV ketika Pertama Kali Terinfeksi

Ketahui Ciri-Ciri HIV ketika Pertama Kali Terinfeksi

Rabu, 11 Juni 2025

Gejala awal infeksi  human immunodeficiency virus  (HIV) ditandai dengan demam, mudah terserang penyakit, hingga penurunan berat badan secara drastis.


Ketika menginfeksi tubuh, virus HIV yang menjadi penyebab AIDS akan merusak sistem kekebalan tubuh. Virus ini akan masuk, menginfeksi, dan merusak sel CD4 yang merupakan jenis sel darah putih. Inilah sebabnya, kamu perlu tahu apa saja ciri-ciri HIV sehingga bisa segera mendapat penanganan.

Sel CD4 atau nama lainnya adalah sel-T merupakan salah satu bagian penting dari kekebalan tubuh.

Ketika virus HIV menginfeksi dan menghancurkan sel tersebut, maka dampaknya adalah daya tahan tubuh menjadi semakin melemah. 

Masa inkubasi virus HIV di dalam tubuh bisa bervariasi pada tiap pengidapnya. Meski begitu, masa inkubasi ini terjadi rata-rata sekitar 2 sampai 4 minggu setelah terinfeksi.

Apa Gejala Awal Virus HIV?

Sangat penting untuk mengetahui apa saja yang menjadi ciri-ciri HIV/AIDS pada fase awal, sehingga kamu bisa segera melakukan penanganan.

Apa saja ciri-ciri HIV pada tahap awal? Berikut beberapa di antaranya: 

1. Demam

Pada fase awal, penyakit ini memiliki sebutan acute retroviral syndrome (ARS) atau sindrom HIV akut.

Gejala HIV dapat berupa demam tinggi dengan suhu mencapai lebih dari 38 derajat Celsius.

Ketika berada pada fase ini, munculnya gejala juga bersama dengan sakit tenggorokan dan rasa lelah berlebihan.

2. Kelelahan juga menjadi salah satu ciri-ciri HIV

Kelelahan kronis terjadi karena respons tubuh terhadap peradangan yang muncul akibat infeksi virus HIV.

Gejala HIV ini rasanya sama seperti tidak enak badan atau radang tenggorokan yang terjadi karena penyakit influenza.

3. Pembengkakan kelenjar getah bening

Ciri-ciri atau gejala HIV selanjutnya adalah pembengkakan pada kelenjar getah bening. Sebab, kelenjar tersebut merupakan bagian dari sistem kekebalan yang membantu tubuh dalam meredakan peradangan akibat virus.

Pembengkakan kelenjar yang terjadi bisa muncul pada lebih dari dua tempat dengan ukuran lebih dari satu sentimeter.

Pembengkakan ini umumnya terjadi pada leher atau ketiak dalam waktu lebih dari tiga bulan.

HIV bisa menular dan menyebar dengan mudah setelah masuk ke dalam tubuh.

Ketika berada pada fase ini, aliran darah pengidap mengandung virus HIV dalam tingkat tinggi, sehingga meningkatkan peluang penularan penyakit.

Karena tidak semua pengidap mengalami gejala awal HIV, pemeriksaan menjadi satu-satunya cara mengetahui adanya virus dalam tubuh.

Penyebab dan Faktor Risiko HIV

HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dan ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti darah, cairan vagina, air mani, dan ASI. 

Infeksi HIV tidak dapat menular melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan, berbagi makanan, atau menggunakan toilet bersama.

Berikut penyebab utama penularan HIV yang perlu diwaspadai:

1. Hubungan seksual tanpa pengaman

Hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi meningkatkan risiko penularan HIV.

Seks anal memiliki risiko penularan lebih tinggi dibandingkan dengan seks vaginal karena lapisan rektum lebih tipis dan mudah terluka.

2. Penggunaan jarum suntik bersama

Penggunaan jarum suntik secara bergantian, terutama di kalangan pengguna narkoba suntik, meningkatkan risiko penularan HIV. Peralatan medis yang tidak steril juga dapat menjadi sumber infeksi.

3. Penularan dari ibu ke bayi

HIV dapat ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Pemberian ARV selama kehamilan dapat mengurangi risiko penularan dari ibu ke bayi hingga hampir nol.

4. Transfusi darah yang terinfeksi

Meskipun saat ini transfusi darah diperiksa secara ketat, masih ada risiko kecil penularan jika darah yang digunakan belum melalui pemeriksaan yang baik.

Adapun faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi HIV sehingga perlu kamu waspadai:

  • Berhubungan seksual dengan banyak pasangan tanpa kondom.
  • Memiliki infeksi menular seksual lain (seperti sifilis atau herpes) yang dapat meningkatkan risiko masuknya virus HIV ke dalam tubuh.
  • Menerima transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi tanpa pemeriksaan yang ketat.
  • Bekerja dalam lingkungan medis yang memiliki risiko terpapar darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.

Mengetahui penyebab dan faktor risiko HIV sangat penting dalam mencegah penyebaran virus serta meningkatkan kesadaran untuk melakukan tes HIV secara berkala bagi individu yang berisiko.

Tahapan Infeksi HIV

Infeksi HIV berkembang melalui tiga tahap utama, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. 

Tanpa pengobatan yang tepat, virus ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan berujung pada AIDS. 

Gejala HIV dapat bervariasi tergantung pada tahapan infeksi, dan beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi hingga bertahun-tahun kemudian.

Tahap 1: Infeksi Akut HIV (2–4 minggu setelah paparan)

Tahap ini merupakan fase pertama HIV, di mana virus mulai berkembang dengan sangat cepat dalam tubuh.

Gejala yang dialami apabila seseorang telah masuk fase pertama HIV adalah mirip dengan flu dan biasanya muncul dalam 3 bulan pertama setelah infeksi.

Gejala awal HIV yang umum terjadi pada pria dan wanita dalam tahap ini meliputi:

  • Demam tinggi
  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Ruam kulit (bisa berbentuk merah atau bintik kecil di berbagai bagian tubuh)
  • Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher, ketiak, dan selangkangan
  • Nyeri otot dan sendi
  • Kelelahan ekstrem
  • Mual, muntah, atau diare

Gejala HIV pada pria stadium awal umumnya tidak jauh berbeda dengan wanita, namun beberapa pria mungkin mengalami nyeri testis atau gangguan ereksi. 

Sementara itu, gejala HIV pada wanita tahap awal terkadang disertai dengan infeksi jamur vagina berulang, menstruasi tidak teratur, atau keputihan abnormal.

Pada tahap ini, viral load (jumlah virus dalam darah) sangat tinggi, sehingga risiko penularan HIV ke orang lain juga meningkat.

Meskipun gejala-gejala ini dapat mereda dalam beberapa minggu, virus tetap aktif dalam tubuh dan terus menyerang sistem kekebalan.

Tahap 2: Infeksi Kronis (Tahap Laten Klinis – Bisa Bertahan Bertahun-tahun)

Setelah fase akut, infeksi HIV memasuki tahap laten atau kronis.

Pada tahap ini, virus tetap aktif tetapi bereplikasi dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan tahap awal.

Ciri-ciri tahap ini:

  • Banyak orang tidak menunjukkan gejala penyakit HIV sama sekali, sehingga sering kali infeksi tidak terdeteksi.
  • Pada beberapa individu, gejala HIV pada pria dan wanita dapat berkembang secara perlahan, seperti:
    • Sariawan berulang
    • Infeksi kulit atau kuku
    • Pembengkakan kelenjar getah bening yang berlangsung lama
    • Penurunan berat badan ringan tanpa sebab yang jelas
    • Kelelahan kronis

Tanpa terapi antiretroviral (ARV), virus akan terus merusak sistem kekebalan tubuh hingga akhirnya masuk ke tahap AIDS.

Rata-rata, tahap ini bisa berlangsung 5–10 tahun atau lebih, tergantung pada kondisi tubuh dan ada tidaknya pengobatan.

Tahap 3: AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

AIDS adalah tahap akhir infeksi HIV, di mana sistem kekebalan tubuh mengalami kerusakan parah akibat rendahnya jumlah sel CD4 (di bawah 200 sel/µL).

Pada tahap ini, tubuh tidak mampu melawan infeksi dan penyakit dengan baik.

Gejala HIV AIDS yang umum terjadi:

  • Penurunan berat badan ekstrem
  • Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan
  • Demam berkepanjangan dan keringat malam
  • Infeksi jamur serius pada mulut, tenggorokan, atau alat kelamin
  • Sesak napas dan batuk yang tidak kunjung membaik
  • Sakit kepala parah dan gangguan neurologis seperti kebingungan atau kehilangan koordinasi otot
  • Infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, pneumonia berat, atau toksoplasmosis otak

Tanpa pengobatan, individu yang memasuki tahap AIDS biasanya memiliki harapan hidup hanya beberapa bulan hingga beberapa tahun.

Namun, dengan terapi ARV yang tepat, HIV dapat dikontrol sehingga perkembangan menuju AIDS bisa dicegah.

Gejala Awal HIV Muncul Kapan?

Sayangnya, tidak banyak yang menyadari bahwa dirinya telah tertular virus HIV sampai infeksi berkembang menjadi sangat serius dan gejala telah bertambah buruk.

Perlu kamu ketahui bahwa ciri-ciri atau gejala HIV pada tahap awal dapat muncul antara dua hingga empat minggu setelah seseorang tertular.

Penyakit ini juga bisa berkembang dalam waktu yang lama dalam tiga tahapan utama, yaitu tahap awal, lalu tahap kedua, dan tahap terakhir atau tahapan paling parah dari infeksi HIV, yaitu penyakit AIDS.

Rekomendasi Alat Tes HIV Mandiri

Kamu bisa melakukan tes HIV sendiri di rumah dengan menggunakan alat tes berikut ini:

1. Onestep HIV Test

OneStep HIV Test adalah alat yang dirancang untuk deteksi awal HIV melalui sampel darah. Alat ini efektif dalam mendeteksi HIV tipe 1 dan tipe 2.

Untuk menggunakan OneStep HIV Test di rumah, ikuti langkah-langkah berikut:

  • Ambil cassette berbentuk persegi dan pipet plastik dari kemasan foil.
  • Buka kemasan alkohol pad dan usapkan pada jari untuk pengambilan darah.
  • Buka tutup lancet, arahkan ke jari yang telah kamu bersihkan dengan alkohol, dan tekan lancet hingga muncul tetesan darah.
  • Gunakan pipet plastik untuk mengambil darah, pastikan pipet terisi dengan baik.
  • Setelah itu, bersihkan jari dengan alkohol pad.
  • Teteskan darah dari pipet ke area berbentuk huruf S pada cassette.
  • Tambahkan 1-2 tetes cairan buffer ke area yang telah diberi darah.
  • Tunggu 10-15 menit untuk mendapatkan hasil tes.

Perlu kamu ingat, hasil tes dengan alat ini hanya sebagai upaya mendeteksi lebih awal infeksi HIV. Tes ini tidak bisa kamu gunakan untuk menggantikan hasil uji laboratorium resmi.

No. Registrasi Kemenkes RI : AKL 30305718715.

Rentang harga: Rp89.800 – Rp113.500 per piece.

Dokter yang Bisa Bantu Perawatan HIV

Jika kamu butuh berdiskusi tentang masalah HIV dan AIDS, kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk berbicara langsung dengan dokter. 

Pemeriksaan untuk Diagnosis Ciri-Ciri HIV

Tidak semua pengidap mengalami ciri-ciri HIV awal yang sama. Karena itu, perlu pemeriksaan guna memastikan adanya infeksi virus HIV.

Bahkan, sebagian besar pengidap yang telah terinfeksi bertahun-tahun lamanya tidak menyadari keluhan.

Meski tidak mengalami gejala gejala HIV, pengidap berpotensi tinggi menularkan virus HIV pada orang lain.

Jalan terbaik yang dapat kamu lakukan saat timbul rasa curiga terhadap penyakit ini adalah melakukan tes HIV atau VCT. Nah, berikut Jenis Pemeriksaan untuk Mendeteksi HIV.

Selain pemeriksaan, langkah mencegah penyebaran HIV juga dapat kamu lakukan dengan:

  • Hindari penggunaan narkoba dalam bentuk apa pun, terutama pemakaian jarum suntik secara bergantian.
  • Tidak mendonorkan darah, plasma, organ tubuh, atau sperma jika positif mengidap HIV.
  • Menerapkan seks aman dengan menggunakan kondom.
  • Sunat pada pria.
  • Melakukan profilaksis pasca pajanan (PEP) dalam 72 jam pertama setelah curiga telah terinfeksi. Prosedur ini dapat mengurangi potensi terinfeksi HIV. 

Untuk pengobatan pun biasanya kamu akan diberikan obat ARV.

Sementara itu, jika kamu mengalami gejala yang mengarah pada HIV/AIDS, jangan panik dulu.

Kamu bisa melakukan Skrining Penyakit Menular Seksual dari rumah dengan layanan Homecare by Halodoc (tersedia di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar).

Layanan homecare ini adalah tes laboratorium atau paket tes dari Halodoc yang pengambilan sampelnya bisa dilakukan di rumah atau di lokasi manapun yang kamu pilih.

Karena dilakukan di rumah, kamu bisa memantau kondisi kesehatan kamu atau orang terdekatmu dengan lebih baik.

Nah, ada beberapa keunggulan dari layanan tes lab ini, antara lain:

  • Tak perlu repot keluar rumah.
  • Hemat waktu dan biaya
  • Tenaga kesehatan responnya cepat
  • Protokol kesehatan ketat.
  • Sampel diambil secara aman dan steril.
  • Sampel darah/urine akan dibawa langsung ke laboratorium setelah diambil (tidak ada transit).
  • Peralatan yang digunakan berkualitas, aman, tersegel, dan sesuai standarisasi.
  • Harga tes lab ini mulai dari Rp 659.000,-, kamu bahkan bisa melakukan family booking untuk mendapatkan ekstra diskon.
  • Semua layanan tes lab terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dokter.
  • Hasil tes akan keluar dalam waktu 1 hari.
  • Untuk konsultasi hasil tes, kamu akan mendapat gratis voucher untuk chat dokter senilai 25rb di Halodoc.

Diagnosis HIV/AIDS

Diagnosis dilakukan melalui berbagai jenis tes untuk mendeteksi keberadaan virus dalam tubuh. 

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV serta memantau efektivitas pengobatan jika seseorang telah didiagnosis positif. 

Berikut beberapa jenis tes yang digunakan dalam diagnosis HIV/AIDS:

1. Tes Antibodi HIV

Tes ini mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV. Biasanya dilakukan dengan tes darah atau tes oral swab (usap mulut).

Tes ini dapat mendeteksi infeksi dalam waktu 3–12 minggu setelah paparan, karena tubuh memerlukan waktu untuk memproduksi antibodi.

Contoh tes yang termasuk dalam kategori ini adalah Tes ELISA dan Tes Rapid HIV.

2. Tes Kombinasi Antigen-Antibodi (HIV Ag/Ab Test)

Tes ini tidak hanya mendeteksi antibodi, tetapi juga antigen p24, yang merupakan protein virus HIV yang muncul lebih awal setelah infeksi.

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi HIV lebih cepat dibandingkan tes antibodi, sekitar 2–6 minggu setelah paparan.

Tes ini sering dilakukan menggunakan sampel darah dari vena dan lebih akurat untuk deteksi dini.

3. Tes Asam Nukleat (NAT – Nucleic Acid Test)

Mendeteksi materi genetik virus HIV (HIV RNA) langsung dalam darah. Digunakan dalam kasus yang memerlukan deteksi lebih dini, yaitu 10–33 hari setelah paparan.

Biasanya dilakukan pada individu dengan risiko tinggi terpapar HIV atau untuk konfirmasi jika hasil tes lain tidak jelas.

4. Tes Sel CD4

Tes ini merupakan pemeriksaan lanjutan untuk memantau infeksi HIV. Fungsinya untuk mengukur jumlah sel CD4 (sel T limfosit) dalam darah, yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.

Pada individu sehat, jumlah sel CD4 biasanya 500–1.500 sel per mikroliter darah. Jika jumlahnya turun di bawah 200 sel/µL, maka seseorang dianggap mengalami AIDS.

5. Pemeriksaan Viral Load (HIV RNA Test)

Pemeriksaan HIV lanjutan lainnya adalah viral load. Tes ini mengukur jumlah virus HIV dalam darah, yang menunjukkan seberapa aktif virus dalam tubuh.

Tes ini sering digunakan untuk menilai efektivitas terapi antiretroviral (ARV).

Target utama pengobatan adalah menurunkan viral load hingga tidak terdeteksi, yang berarti virus berada dalam tingkat yang sangat rendah dan risiko penularan menurun secara signifikan.

Diagnosis yang akurat dan pemantauan rutin terhadap sel CD4 dan viral load sangat penting untuk menentukan strategi pengobatan terbaik serta mengurangi risiko komplikasi dari infeksi HIV/AIDS.

 

Sumber : halodoc.com

Selasa, 10 Juni 2025

Anyang-Anyangan? Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasi

Anyang-Anyangan? Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasi

Selasa, 10 Juni 2025

Jika tidak ditangani dengan baik, anyang-anyangan dapat menyebabkan berbagai komplikasi. 


Apa Itu Anyang-Anyangan?

Anyang-anyangan adalah istilah umum untuk menggambarkan kondisi sering buang air kecil dengan sensasi tidak tuntas dan nyeri.

Secara medis, kondisi ini sering dikaitkan dengan infeksi saluran kemih (ISK), tetapi juga bisa disebabkan oleh iritasi atau peradangan pada saluran kemih.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ISK adalah salah satu masalah kesehatan umum yang memengaruhi jutaan orang setiap tahunnya.

Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup jika tidak ditangani dengan tepat.

Penting untuk memahami gejala, penyebab, dan cara penanganan yang efektif.

Gejala Anyang-Anyangan yang Perlu Diketahui

Gejala anyang-anyangan dapat bervariasi, tetapi umumnya meliputi:

  • Sering buang air kecil (frekuensi meningkat).
  • Sensasi ingin buang air kecil terus-menerus (urgensi).
  • Nyeri atau perih saat buang air kecil (disuria).
  • Urine berwarna keruh atau berbau tidak sedap.
  • Nyeri pada perut bagian bawah atau panggul.

Pada beberapa kasus, anyang-anyangan juga dapat disertai dengan demam ringan dan menggigil.

Jika mengalami gejala-gejala ini, segera lakukan penanganan yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Penyebab Umum Anyang-Anyangan

Beberapa penyebab umum anyang-anyangan meliputi:

  • Infeksi Saluran Kemih (ISK): Bakteri, seperti E. coli, masuk ke saluran kemih dan menyebabkan infeksi.
  • Iritasi Saluran Kemih: Penggunaan produk kebersihan tertentu atau aktivitas seksual dapat menyebabkan iritasi.
  • Dehidrasi: Kurangnya asupan cairan dapat memicu iritasi pada saluran kemih.
  • Batu Saluran Kemih: Batu yang terbentuk di ginjal atau saluran kemih dapat menyebabkan nyeri dan gangguan buang air kecil.
  • Peradangan Prostat (Prostatitis): Pada pria, peradangan prostat dapat menyebabkan gejala mirip anyang-anyangan.

Menurut WHO, menjaga kebersihan diri dan minum air yang cukup dapat membantu mencegah infeksi saluran kemih.

Cara Mengatasi Anyang-Anyangan di Rumah

Berikut adalah beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengatasi anyang-anyangan di rumah:

  • Minum Air yang Cukup: Tingkatkan asupan cairan untuk membantu membersihkan bakteri dari saluran kemih. Usahakan minum minimal 8 gelas air sehari.
  • Hindari Minuman yang Mengiritasi: Kurangi konsumsi kopi, alkohol, dan minuman bersoda yang dapat memperburuk gejala.
  • Kompres Hangat: Letakkan kompres hangat pada perut bagian bawah untuk meredakan nyeri.
  • Konsumsi Cranberry: Jus cranberry atau suplemen cranberry dapat membantu mencegah bakteri menempel pada dinding saluran kemih.
  • Jaga Kebersihan: Bersihkan area genital dari depan ke belakang setelah buang air untuk mencegah bakteri masuk ke saluran kemih.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segera cari pertolongan medis jika mengalami kondisi berikut:

  • Demam tinggi atau menggigil.
  • Nyeri punggung atau pinggang yang parah.
  • Mual dan muntah.
  • Urine berdarah.
  • Gejala tidak membaik setelah beberapa hari perawatan di rumah.

Dokter akan melakukan pemeriksaan dan memberikan penanganan yang sesuai, seperti antibiotik jika disebabkan oleh infeksi bakteri.

Diagnosis Anyang-Anyangan: Bagaimana Dokter Menentukannya?

Untuk mendiagnosis penyebab anyang-anyangan, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:

  • Wawancara medis: Dokter akan menanyakan tentang riwayat kesehatan dan gejala yang dialami.
  • Pemeriksaan Fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda infeksi atau masalah kesehatan lainnya.
  • Analisis urine: Pemeriksaan urine dilakukan untuk mendeteksi adanya bakteri, sel darah putih, atau zat abnormal lainnya yang dapat mengindikasikan infeksi atau masalah pada saluran kemih.
  • Pemeriksaan tambahan: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin perlu melakukan pemeriksaan tambahan seperti USG, rontgen, atau sistoskopi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi saluran kemih.

 

 

Sumber : halodoc.com

Sabtu, 07 Juni 2025

Stadium Kanker: Kenali Tingkatan dan Cara Penanganannya

Stadium Kanker: Kenali Tingkatan dan Cara Penanganannya

Sabtu, 07 Juni 2025

Stadium kanker adalah tahapan perkembangan kanker. 

Kanker adalah penyakit kompleks yang perkembangannya diukur dalam stadium. Stadium kanker menunjukkan seberapa jauh sel kanker telah menyebar di dalam tubuh.

Informasi tentang stadium kanker penting untuk menentukan prognosis dan rencana pengobatan yang tepat.

Yuk, bahas lebih lanjut mengenai stadium kanker, bagaimana penentuannya, dan pilihan penanganan yang tersedia.

Apa Itu Stadium Kanker?

Stadium kanker adalah cara untuk menggambarkan seberapa besar kanker tersebut dan seberapa jauh penyebarannya di dalam tubuh. Penentuan stadium ini membantu dokter untuk:

  • Merencanakan pengobatan yang paling efektif.
  • Memprediksi prognosis atau kemungkinan kesembuhan.
  • Membandingkan hasil pengobatan antar pasien.
  • Melakukan penelitian lebih lanjut tentang kanker.

Bagaimana Stadium Kanker Ditentukan?

Penentuan stadium kanker melibatkan serangkaian pemeriksaan dan tes, termasuk:

  • Pemeriksaan fisik.
  • Tes pencitraan (seperti CT scan, MRI, PET scan).
  • Biopsi (pengambilan sampel jaringan untuk diperiksa di laboratorium).

Sistem TNM (Tumor, Nodus, Metastasis) adalah sistem yang paling umum digunakan untuk menentukan stadium kanker. Sistem ini mempertimbangkan:

  • Ukuran dan lokasi tumor (T).
  • Penyebaran ke kelenjar getah bening terdekat (N).
  • Penyebaran ke organ atau jaringan yang jauh (metastasis) (M).

Tingkatan Stadium Kanker

Stadium kanker umumnya dibagi menjadi lima tingkatan utama, mulai dari stadium 0 hingga stadium IV:

  • Stadium 0: Kanker in situ, yaitu sel abnormal ada hanya di lapisan tempat mereka mulai terbentuk.
  • Stadium I: Kanker masih terlokalisasi pada organ tempatnya berasal dan berukuran kecil.
  • Stadium II dan III: Kanker telah tumbuh lebih besar dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya.
  • Stadium IV: Kanker telah menyebar (metastasis) ke organ atau jaringan yang jauh dari tempat asalnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stadium Kanker

Beberapa faktor dapat memengaruhi stadium kanker, termasuk:

  • Jenis kanker.
  • Ukuran tumor.
  • Keterlibatan kelenjar getah bening.
  • Adanya metastasis.
  • Grade sel kanker (seberapa abnormal sel kanker terlihat di bawah mikroskop).

Penanganan Kanker Berdasarkan Stadium

Pilihan pengobatan kanker sangat bergantung pada stadium kanker, jenis kanker, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Beberapa pilihan pengobatan yang umum meliputi:

  • Pembedahan: Pengangkatan tumor dan jaringan di sekitarnya.
  • Radioterapi: Penggunaan sinar-X atau partikel berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.
  • Kemoterapi: Penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel kanker di seluruh tubuh.
  • Terapi target: Penggunaan obat-obatan yang menargetkan molekul spesifik pada sel kanker untuk menghambat pertumbuhan dan penyebarannya.
  • Imunoterapi: Penggunaan obat-obatan untuk membantu sistem kekebalan tubuh menyerang sel kanker.

Inovasi Terkini dalam Penanganan Kanker

Dunia medis terus mengembangkan inovasi dalam penanganan kanker. Beberapa inovasi yang menjanjikan termasuk:

  • Terapi gen: Memodifikasi gen sel kanker untuk menghentikan pertumbuhan mereka.
  • Nanoteknologi: Menggunakan partikel nano untuk menghantarkan obat langsung ke sel kanker.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasikan dengan dokter jika kamu mengalami gejala yang mencurigakan, seperti:

  • Benjolan atau penebalan di bagian tubuh mana pun.
  • Perubahan pada tahi lalat atau kutil.
  • Luka yang tidak sembuh-sembuh.
  • Perdarahan atau keluarnya cairan yang tidak normal.
  • Perubahan kebiasaan buang air besar atau kecil.
  • Batuk atau suara serak yang tidak kunjung sembuh.
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

 

Sumber : halodoc.com

Jumat, 06 Juni 2025

Udang Rebon: Manfaat, Olahan Lezat, dan Fakta Menarik

Udang Rebon: Manfaat, Olahan Lezat, dan Fakta Menarik

Jum'at, 06 Juni 2025

Udang rebon kaya akan protein yang dapat mendukung kesehatan tubuh.

Udang rebon atau yang dikenal juga dengan nama Acetes, adalah jenis udang kecil yang banyak ditemukan di perairan Indonesia.

Udang ini memiliki ukuran yang sangat kecil, sekitar 2-4 cm, dan sering diolah menjadi berbagai produk makanan seperti terasi, petis, rempeyek, atau sebagai campuran dalam masakan.

Selain rasanya yang gurih dan lezat, udang rebon juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Tidak heran jika udang ini menjadi salah satu bahan makanan yang populer dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Kandungan Gizi Udang Rebon

Udang rebon kaya akan berbagai nutrisi penting yang bermanfaat bagi kesehatan. Berikut adalah beberapa kandungan gizi yang terdapat dalam udang rebon:

  • Protein.
  • Kalsium.
  • Zat Besi.
  • Vitamin B12.
  • Asam Lemak Omega-3.
  • Antioksidan.

Kandungan protein yang tinggi pada udang rebon sangat penting untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh.

Kalsium berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang dan gigi. Zat besi membantu mencegah anemia, sedangkan vitamin B12 penting untuk fungsi saraf dan pembentukan sel darah merah.

Asam lemak omega-3 dalam udang rebon bermanfaat untuk kesehatan jantung dan otak. Selain itu, kandungan antioksidan membantu melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.

Manfaat Udang Rebon bagi Kesehatan

Berkat kandungan gizinya yang melimpah, udang rebon menawarkan berbagai manfaat kesehatan. Berikut adalah beberapa manfaat udang rebon yang perlu diketahui:

  • Meningkatkan kesehatan tulang dan gigi berkat kandungan kalsiumnya yang tinggi.
  • Mencegah anemia karena kandungan zat besi yang membantu produksi sel darah merah.
  • Mendukung fungsi saraf dan otak berkat kandungan vitamin B12 dan asam lemak omega-3.
  • Melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas karena kandungan antioksidannya.
  • Membantu mencegah stunting pada anak-anak.

Udang Rebon untuk Atasi Stunting

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Udang rebon dapat menjadi solusi alami untuk mengatasi stunting karena kandungan gizinya yang lengkap.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of International Conference Proceedings menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan berbasis udang rebon dapat meningkatkan tinggi badan anak-anak yang mengalami stunting.

Udang rebon mengandung protein, mineral, dan vitamin yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, udang rebon dapat menjadi pilihan yang baik sebagai makanan tambahan untuk mencegah dan mengatasi stunting.

Pengolahan Udang Rebon yang Lezat

Udang rebon dapat diolah menjadi berbagai macam hidangan yang lezat dan bergizi. Berikut adalah beberapa contoh pengolahan udang rebon yang populer:

  • Terasi: Udang rebon difermentasi dan diolah menjadi bumbu masak yang khas.
  • Rempeyek rebon: Udang rebon dicampur dengan tepung dan digoreng hingga renyah.
  • Petis udang: Udang rebon diolah menjadi pasta kental yang digunakan sebagai pelengkap makanan.
  • Sambal rebon: Udang rebon ditumis dengan cabai dan bumbu lainnya menjadi sambal yang pedas dan gurih.
  • Kue simping rebon: Tepung udang rebon ditambahkan pada pembuatan kue simping untuk menambah cita rasa dan nilai gizi.

Selain itu, udang rebon juga dapat ditambahkan ke dalam berbagai masakan seperti nasi goreng, sayur, atau sup untuk meningkatkan cita rasa dan nilai gizi.

Fakta Menarik Tentang Udang Rebon

Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang udang rebon yang mungkin belum diketahui:

  • Udang rebon merupakan sumber makanan penting bagi berbagai jenis ikan dan hewan laut lainnya.
  • Udang rebon memiliki siklus hidup yang pendek, hanya sekitar 1-2 tahun.
  • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa udang rebon memiliki aktivitas antibakteri.
  • Udang rebon dapat diolah menjadi berbagai produk inovatif seperti makaroni yang diperkaya dengan tepung udang rebon.

 

Sumber : halodoc.com

Kamis, 05 Juni 2025

Tempe Gembus: Kenali, Manfaat, dan Cara Membuatnya

Tempe Gembus: Kenali, Manfaat, dan Cara Membuatnya

Kamis, 05 Juni 2025

Tempe terbuat dari fermentasi ampas tahu. 

Tempe gembus adalah produk fermentasi tradisional Indonesia yang terbuat dari ampas tahu.

Ampas tahu difermentasi menggunakan jamur Rhizopus oligosporus, menghasilkan makanan dengan tekstur lembut dan rasa yang khas.

Tempe gembus dikenal kaya akan protein, serat, dan isoflavon. Proses fermentasi meningkatkan nilai gizi dan memberikan manfaat kesehatan.

Kandungan Gizi Tempe Gembus

Tempe gembus memiliki kandungan gizi yang bermanfaat. Beberapa kandungan gizi utama dalam tempe gembus meliputi:

  • Protein. Penting untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh.
  • Serat. Membantu menjaga kesehatan pencernaan dan memberikan rasa kenyang lebih lama.
  • Isoflavon. Senyawa yang memiliki efek antioksidan dan dapat membantu mengurangi risiko penyakit kronis.
  • Mineral. Mengandung mineral seperti zat besi dan kalsium.

Manfaat Tempe Gembus bagi Kesehatan

Berikut adalah beberapa manfaat tempe gembus bagi kesehatan:

  • Meningkatkan kesehatan pencernaan

Serat dalam tempe gembus membantu memperlancar pencernaan dan mencegah konstipasi.

  • Sumber protein nabati

Tempe gembus bisa menjadi alternatif protein yang baik untuk vegetarian dan vegan.

  • Menurunkan risiko penyakit jantung

Isoflavon dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah.

  • Mencegah kanker

Senyawa antioksidan dalam tempe gembus dapat melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.

  • Mengontrol kadar gula darah

Serat dan protein membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Selain tempe, Ibu perlu tahu, Ini Pilihan Makanan Tinggi Protein yang Baik untuk Kesehatan. 

Cara Membuat Tempe Gembus di Rumah

Membuat tempe gembus sendiri di rumah cukup sederhana. Berikut adalah langkah-langkahnya:

  • Siapkan ampas tahu. Dapatkan ampas tahu segar dari produsen tahu lokal.
  • Cuci ampas tahu. Cuci bersih ampas tahu untuk menghilangkan kotoran.
  • Kukus ampas tahu. Kukus ampas tahu selama 15-20 menit untuk membunuh bakteri.
  • Dinginkan ampas tahu. Biarkan ampas tahu dingin hingga mencapai suhu ruangan.
  • Inokulasi dengan ragi tempe. Campurkan ampas tahu dengan ragi tempe (Rhizopus oligosporus) sesuai takaran.
  • Bungkus dan fermentasi. Bungkus campuran ampas tahu dalam daun pisang atau plastik berlubang, lalu fermentasi selama 1-2 hari hingga terbentuk tempe gembus.

Adakah Efek Samping Konsumsi Tempe Gembus?

Konsumsi tempe gembus umumnya aman bagi kebanyakan orang. Namun, beberapa orang mungkin mengalami efek samping ringan, seperti:

  • Masalah Pencernaan. Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan perut kembung pada beberapa orang.
  • Alergi. Meskipun jarang, beberapa orang mungkin alergi terhadap jamur Rhizopus oligosporus.

 

Sumber : halodoc.com

Rabu, 04 Juni 2025

Jangan Sepelekan Angin Duduk! Ini Cara Pertolongan Pertama yang Tepat

Jangan Sepelekan Angin Duduk! Ini Cara Pertolongan Pertama yang Tepat

Rabu, 04 Juni 2025

Angin duduk yang dibiarkan tanpa penanganan, bisa menimbulkan komplikasi serius yang mengancam nyawa. 


Angin duduk sering kali dianggap sebagai kondisi ringan yang bisa hilang dengan sendirinya. Namun, kenyataannya, angin duduk bisa menjadi tanda awal gangguan serius pada jantung yang memerlukan penanganan cepat dan tepat.

Nah, pertanyaannya, apa saja sih gejala angin duduk yang perlu diwaspadai? Dan seperti apa pertolongan pertama untuk mengatasi kondisi ini? Yuk, simak ulasan selengkapnya di bawah ini!

Apa itu Angin Duduk? 

Angin duduk adalah suatu kondisi medis yang biasa disebut angina. Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan aliran darah ke jantung. Angin duduk bisa menjadi tanda keluhan pada jantung atau serangan jantung. 

Secara medis, kondisi ini biasanya terkait dengan angina pectoris atau bahkan serangan jantung, yaitu saat otot jantung kekurangan aliran darah dan oksigen akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah jantung.

Angin duduk bukanlah kondisi yang bisa dianggap remeh. Oleh karena itu, jangan sekali-kali menganggap remeh angin duduk.

Gejala Angin Duduk

Gejala angin duduk bisa muncul tiba-tiba dan sering mirip dengan gejala serangan jantung. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Nyeri atau rasa tertekan di dada. 
  • Nyeri menjalar di lengan kiri, leher, rahang, punggung, bahkan perut bagian atas. 
  • Sesak napas. 
  • Keringat dingin. 
  • Mual atau muntah
  • Pusing atau kepala terasa ringan. 

Jika kamu atau orang di sekitar mengalami gejala-gejala tersebut, terutama nyeri dada yang tidak hilang setelah beristirahat, segera cari bantuan medis, 

Benarkah kerokan Bisa Atasi Angin Duduk? 

Di masyarakat Indonesia, kerokan sering dipercaya sebagai cara ampuh untuk mengatasi masuk angin, termasuk ketika seseorang mengalami keluhan nyeri dada atau angin duduk. Namun, benarkah kerokan bisa menjadi solusi untuk kondisi ini?

Ia menjelaskan bahwa kerokan sebenarnya tidak berbahaya, tetapi dapat menjadi masalah jika membuat pasien atau orang di sekitarnya menunda penanganan medis yang seharusnya segera dilakukan.

“Kerokan ini dapat menunda penanganan medis yang seharusnya lebih cepat dan tepat,” ujarnya.

Menurutnya, penanganan cepat pada kondisi serangan jantung sangat penting untuk menyelamatkan otot jantung. Ada istilah medis “time is muscle”, yang artinya semakin lama penanganan tertunda, semakin banyak jaringan otot jantung yang mengalami kerusakan permanen. 

Maka dari itu, jika mengalami gejala angin duduk atau serangan jantung, segera cari pertolongan medis dan jangan mengandalkan kerokan sebagai solusi utama.

Pertolongan Pertama Angin Duduk

Tindakan cepat sangat penting untuk mencegah kondisi angin duduk memburuk dan berujung pada serangan jantung. Berikut beberapa langkah pertolongan pertama yang bisa dilakukan: 

  • Cari bantuan dan datang ke fasilitas kesehatan terdekat. 
  • Jangan panik dan berusaha tetap tenang. 
  • Berikan obat yang dikonsumsi rutin (apabila pasien memiliki riwayat jantung dan mengonsumsi obat). 
  • Sandarkan pasien di kursi dengan posisi yang nyaman. 

 

Sumber : halodoc.com