Kamis, 09 September 2021 17:47:24
Ibu sudah pernah mendengar mengenai 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)?
Disebut periode emas, 1000 HPK dimulai sejak bayi berada dalam kandungan
hingga anak berusia dua tahun. Dalam 1000 HPK, ada banyak tantangan
yang dihadapi orangtua, khususnya Ibu, agar periode ini berjalan dengan
optimal.
Periode ini akan menentukan masa depan anak kelak,
baik dari segi kesehatan maupun kecerdasannya. Lalu, apa saja yang harus
Ibu lakukan untuk mendukung 1000 HPK ini? Simak rangkuman yang dikutip
dari virtual parenting event Zwitsal 1000 Hari Pertama Si Kecil,
mengenai berbagai tips penting dari para ahli agar periode 1000 HPK
menjadi lebih optimal.
1. Ibu hamil harus tetap berolahraga
Seiring masa kehamilan, umumnya berat badan akan bertambah dan tubuh
akan terasa menjadi lebih berat. Meskipun tidak disarankan untuk
melakukan aktivitas berat, bukan berarti ibu hamil tidak boleh
berolahraga. Justru rajin berolahraga menjelang persalinan atau yang
dikenal dengan prenatal workout, disarankan oleh dokter.
Selain
menjaga kesehatan tubuh, prenatal workout juga dapat memberikan bonding
bersama si kecil sejak masih di dalam kandungan. Salah satu cara
prenatal workout yang bisa dilakukan dengan mudah di rumah adalah
menggunakan gym ball, yang memiliki segudang manfaat seperti memperbesar
panggul sehingga mengoptimalkan proses persalinan, membantu mengurangi
sakit punggung dan membuat otot menjadi lebih rileks.
Salsabila
Avinandita sebagai Certified Personal Trainer dan Pre & Post Natal
Fitness berbagi tips untuk calon ibu seputar prenatal workout, “Meskipun
terlihat mudah, namun olahraga gym ball bagi ibu hamil tetap harus
memperhatikan kondisi tubuh, makan terlebih dulu, jangan terlalu banyak
minum, melakukan pemanasan kecil, dan durasi workout tidak boleh lebih
dari satu jam agar tidak cedera.”
2. Ajak ayah bangun bonding dengan si kecil
Bukan hanya ibu yang punya peran utama mendidik dan mengasuh anak, ayah
pun juga berperan dalam 1000 HPK agar tumbuh kembang anak menjadi
optimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan ayah adalah dengan
kegiatan memasak bersama. Bukan hanya bonding yang terbentuk (asuh),
namun daya kreativitas (asah) anak akan terbentuk selama proses menghias
makanan, serta menumbuhkan rasa percaya diri anak lewat apresiasi hasil
masakannya (asih).
Andrew White membagikan momen erat dengan
Jason, putra pertamanya, dengan menceritakan aktivitas apa yang biasa
dilakukan bersama Jadon. “Meskipun memiliki banyak pekerjaan dan
kesibukan, sebisa mungkin orangtua tetap harus meluangkan waktu dengan
anak karena waktu cepat berlalu dan anak cepat bertumbuh dewasa. Kita
dapat mencoba berbagai kegiatan berbeda agar anak tetap excited dan
tidak bosan, salah satunya dengan kegiatan memasak. Selain mempererat
bonding, momen seru ini juga dapat menanamkan rasa mandiri. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan mencari menu yang simple, ramah anak dan memasak
menu yang anak sukai sehingga mereka senang melakukannya tanpa rasa
beban,” katanya.
3. Stimulasi sensorik dan motorik
Banyak hal yang menentukan keberhasilan 1000 HPK, mulai dari nutrisi,
stimulasi, dan tentunya bonding orangtua dan anak sejak masih dalam
kandungan.
Dr. Miza Afrizal, BMedSc, SpA, MKes dari Klinik
Kecil menjelaskan, “Tidak hanya bermanfaat untuk tumbuh kembang, bonding
yang kuat juga diperlukan bayi untuk membuatnya tenang saat menghadapi
lingkungan baru di luar kandungan. Penting bagi ibu untuk memenuhi
kebutuhan dasar anak yaitu grow, love dan play untuk tumbuh kembang yang
optimal.”
4. Pentingnya support system pada ibu dan calon ibu
Berbagai perubahan signifikan dialami oleh perempuan yang baru menjadi
ibu, mulai dari perubahan secara fisik, waktu, hingga skala prioritas,
semua didahulukan untuk anak dan keluarga. Sementara, ibu juga butuh
perhatian seperti dukungan untuk dirangkul, didengarkan, dan
diapresiasi.
Psikolog Nadya Pramesrani dari Rumah Dandelion
mengatakan, “Di masa ini, ayah dapat menjadi support system utama bagi
ibu dengan bergiliran membagi waktu menjaga anak hingga hal sederhana
seperti memberikan pujian pada ibu. Tak hanya emotional support dan
keterlibatan suami, tiga bulan pertama pasca-persalinan merupakan
periode paling penting untuk memiliki support bersama, dan tetap menjaga
bonding dengan anak agar tidak mengandalkan pengasuh atau orang tua.”
5. Sempatkan self healing
Setiap ibu pasti pernah mengalami penat, jenuh, dan kurang me-time.
Meski penuh tantangan, seorang ibu harus bisa menjalani perannya dengan
bahagia. Caranya bisa melalui metode self healing, agar tetap rileks dan
happy dalam menjalani peran sebagai ibu. Pentingnya memperhatikan aspek
kesehatan mental bagi para ibu agar terus bahagia menjalani perannya,
menjadi hal krusial.
Pelatih Kesehatan Mental, Raden Prisya,
mengingatkan, “Self healing memungkinkan ibu untuk berhenti sejenak dari
segala rutinitasnya, sehingga bisa berinteraksi dengan diri sendiri dan
berinteraksi dengan energi alam di sekitarnya. Self healing berguna
untuk merawat ibu agar sehat, rileks, dan damai, memulihkan luka dan
trauma pasca persalinan, memaksimalkan hormon cinta untuk bonding, serta
melepaskan takut, khawatir, dan stres menghadapi masa parenting.
Lakukan self healing praktis yang bisa dikerjakan secara mandiri setiap
hari, agar Anda bisa merasa bahagia sebagai ibu, apapun tantangannya
yang dihadapi.”
*Sumber: suara.com