Pages

Kamis, 25 Maret 2021

Awas, Paparan Layar Gawai dan Televisi Bisa Memicu Gangguan Makan Anak

Kamis, 25 Maret 2021 17:43:36

Awas, Paparan Layar Gawai dan Televisi Bisa Memicu Gangguan Makan Anak

 

 

 

 

 

 

 

Menghabiskan waktu berjam-jam untuk media sosial atau televisi nyatanya bisa memicu gangguan makan berlebih. Hal ini dinyatakan dalam penelitian yang disusun oleh peneliti dari University of California, San Francisco.

"Anak-anak mungkin lebih cenderung makan berlebihan saat perhatiannya teralihkan di depan layar. Mereka juga mungkin terpapar lebih banyak iklan makanan di televisi," kata penulis studi Dr. Jason Nagata, asisten profesor pediatri di University of California, San Francisco seperti yang dikutip dari Medicinenet.

"Menonton pesta di televisi dapat menyebabkan perilaku makan berlebihan karena konsumsi berlebihan dan kehilangan kendali," katanya dalam rilis berita universitas.

Melansir dari Medicinenet, para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan pada lebih dari 11.000 anak-anak Amerika Serikat berusia 9 hingga 10 tahun.

Setiap jam tambahan yang dihabiskan anak-anak di media sosial dikaitkan dengan risiko 62 persen lebih tinggi mengalami gangguan makan berlebih pada satu tahun berikutnya.

Sementara setiap jam ekstra yang dihabiskan untuk menonton atau streaming televisi atau film dikaitkan dengan risiko gangguan makan pesta yang 39 persen lebih tinggi satu tahun kemudian.

Menurut penulis studi senior Kyle Ganson, studi ini menekankan perlunya lebih banyak penelitian tentang bagaimana waktu layar memengaruhi kesejahteraan anak baik sekarang dan di masa depan. Studi ini dipublikasikan 1 Maret di Journal of Eating disorder.

"Orang tua harus secara teratur berbicara dengan anak-anak mereka tentang penggunaan waktu layar dan mengembangkan rencana penggunaan media yang ramah keluarga," ujar Ganson.

*Sumber: suara.com

Selasa, 23 Maret 2021

Dokter Ungkap Anak di Atas 4 Tahun Tak Wajib Tidur Siang, Apa Alasannya?

Selasa, 23 Maret 2021 18:04:45

Dokter Ungkap Anak di Atas 4 Tahun Tak Wajib Tidur Siang, Apa Alasannya?

 

 

 

 

 

 

 

Anak-anak kerap diminta untuk tidur siang oleh orangtua. Padahal tidak semua anak butuh tidur siang.

Dokter spesialis anak prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K)., mengatakan bahwa tidur siang hanya direkomendasikan untuk anak usia di bawah 4 tahun. Sebab waktu tidur terpenting bagi anak sebenarnya saat malam hari.

"Anak di atas usia 4 tahun tidak diwajibkan tidur siang asalkan tidur malamnya berkualitas kira-kira 11 jam. Jadi para orang tua jangan mewajibkan anak tidur siang setelah anak berusia 4 tahun," kata dokter Rini dalam webinar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jumat (19/3/2021).

Anak usia prasekolah, 3-5 tahun disarankan untuk memiliki waktu tidur selama 10-13 jam. Jumlah waktu tidur itu sebaiknya didapat sepenuhnya dari tidur malam. Karenanya, anak disarankan untuk tidur sejak pukul 8 malam.

Dokter Rini menyampaikan bahwa kebiasaan tidur malam pada waktu yang tepat akan menimbulkan gold hormon yang mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Gold hormon ini penting untuk mencapai potensi tinggi badan anak. Jadi kalau anak yang mau tinggi tidur malam harus berkualitas," ucapnya.

Pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak lebih banyak terjadi ketika tidur malam. Hal itu karena waktu anak tertidur lelap terjadi banyak pelepasan hormon jelas dokter Rini.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jaya itu mengatakan bahwa anak usia di atas 3 tahun akan lebuh banyak mengalami siklus tidur non REM atau tidur tenang. Siklus non REM mempengaruhi proses pemulihan tubuh secara fisik.

Pemulihan fisik pada saat tidur tenang tersebut terjadi perubahan energi metabolik yang memperbaiki sel-sel tubuh. Sehingga meningkatkan pertumbuhan terutama tinggi badan dan adrenalin atau kortisol yang menurun.

"Sehingga pada saat anak tidur di fase non-rem, anak akan jadi lebih tenang tidak banyak mengalami terjadi gerakan," ucapnya.

*Sumber: suara.com

Jumat, 19 Maret 2021

Otak Masih Berkembang, Ini Alasan Gangguan Mental Banyak Dialami Remaja

Jum'at, 19 Maret 2021 18:28:44

Otak Masih Berkembang, Ini Alasan Gangguan Mental Banyak Dialami Remaja

 

 

 

 

 

 

 

 

Masa remaja merupakan masa di mana sebagian besar masalah kesehatan muncul. Diagnosis pada masa ini meningkat, mulai dari remaja yang mengalami gangguan mood seperti depresi hingga penyakit kejiwaan yang luas seperti skizofrenia atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD).

Dampak dari penyakit mental sangat besar, salah satunya bunuh diri yang menjadi lima penyebab kematian paling umum pada remaja.

Berdasarkan studi pencitraan otak yang lebih baru menunjukkan otak terus berkembang atau berubah hingga usia dua puluhan dan tiga puluhan.

Selama masa remaja, materi abu-abu otak (tempat sel saraf) perlahan menyusut, sedangkan materi putih (pengubung antar sel saraf) masih terus berkembang.

Perubahan di otak ini menunjukkan bahwa jaringan saraf semakin menyempurnakan fungsi dan koneksinya, menyingkirkan apa yang tidak relevan dan memperkuat apa yang penting.

Ilmuwan percaya bahwa faktor pendorong perubahan ini adalah pertumbuhan myelin, zat lemak yang mengisolasi koneksi antar sel dan mengarah pada transmisi informasi yang lebih baik, lapor The Conversation.

Jadi, pada masa remaja fungsi otak sebenarnya masih dalam perkembangan. Ini mungkin menjelaskan mengapa remaja terkadang kesulitan untuk menggunakan keterampilan penalaran kompleks atau mengapa mereka bertindak sesuai dorongan hati dan mengambil risiko yang tidak perlu.

Perkembangan otak yang bertahan lama di korteks prefrontal mungkin juga menjadi penyebab lonjakan masalah kesehatan mental di kalangan remaja. Bagian otak ini berfungsi untuk berpikir, merencanakan, memutuskan sesuatu, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, empati pada orang lain, dan moral.

Menurut ilmuwan, myelin di korteks prefontal tumbuh lebih lambat pada remaja yang bermasalah dengan kesehatan mentalnya.

Selain itu, penurunan pertumbuhan myelin ini sebenarnya terkait dengan memburuknya kesehatan mental dari waktu ke waktu.

Remaja yang memiliki pertumbuhan myelin paling sedikit di area prefontal terkait impuls ini adalah remaja yang memiliki sifat impulsif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan erat dan dinamis antara perubahan kesehatan mental dan pematangan otak.

*Sumber: suara.com

Senin, 15 Maret 2021

Punya Hubungan Jarak Jauh? Begini Caranya agar Langgeng Menurut Terapis

Senin, 15 Maret 2021 17:22:50

Punya Hubungan Jarak Jauh? Begini Caranya agar Langgeng Menurut Terapis

 

 

 

 

 

 

 

Dibanding hubungan 'biasa', hubungan jarak jauh atau long distance relationship (LDR) memang memiliki tantangan tersendiri. Agar hubungan jarak jauh berhasil, kedua pasangan harus berusaha memberikan kesempatan untuk berkembang.

Satu survei terhadap 1.000 peserta menemukan hubungan jarak jauh hanya memiliki tingkat keberhasilan 58%. Jadi jika Anda ingin hubungan LDR berkembang, masing-masing pasangan harus bekerja keras.

Berdasarkan pakar hubungan, dilansir Insider, berikut cara membuat LDR berhasil:

1. Belajar berkomunikasi dengan baik

Komunikasi adalah dasar dari setiap hubungan, tetapi ini sangat penting dalam hubungan di mana Anda tidak bisa selalu bersama secara langsung.

Anda juga harus terbuka dan jujur dalam mengomunikasikan kebutuhan. Sebab, tidak peduli seberapa baik pasangan mengenal Anda, mereka bukanlah pembaca pikiran.

2. Pelajari bahasa cinta satu sama lain

Setiap orang memberi dan menerima cinta secara berbeda, dan memahami bahasa cinta Anda dan bahasa cinta pasangan dapat membantu berkembangnya hubungan jarak jauh.

"Kami cenderung memberikan cinta dengan cara yang kami inginkan, tetapi itu bisa menjadi masalah jika pasangan kami memiliki bahasa yang berbeda," kata Kate Engler, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi.

3. Manfaatkan waktu secara berkualitas

Berpisah secara fisik tidak berarti Anda tidak bisa memiliki waktu berkualitas dengan pasangan.

Terapis pasangan Grace Dowd LCSW-S, mengatakan Anda harus sengaja menjadwalkan waktu berkualitas dalam satu hari Anda, dan mengurangi gangguan selama waktu tersebut sehingga pasangan Anda merasa dihargai.

*Sumber: suara.com

Minggu, 14 Maret 2021

Kebiasaan Bangun Tidur Bisa Ungkap Kepribadian

Minggu, 14 Maret 2021 18:36:10

Kebiasaan Bangun Tidur Bisa Ungkap Kepribadian

 

 

 

 

 

 

 

 

Setiap individu memiliki kebiasaan yang berbeda-beda, salah satunya saat bangun tidur. Ternyata ada dua tipe individu yang suka merapikan tempat tidur sebelum beraktivitas. Namun, ada pula yang membiarkannya karena malas merapikan.

Ternyata kebiasaan sepele tersebut bisa menunjukkan bagaimana kepribadian Anda. Menurut sebuah survei yang dilakukan OnePoll dan Sleepopolis pada 2 ribu orang Amerika menemukan bahwa kebiasaan merapikan tempat tidur atau tidak, memberikan gambaran berbeda tentang karakter seseorang.

Nah, penasaran bagaimana kepribadian dengan kebiasaan merapikan atau tidak merapikan tempat tidur? Berikut ulasannya.

1. Individu yang merapikan tempat tidur

Survei menunjukkan, individu yang suka merapikan tempat tidur setelah bangun tidur adalah tipe individu yang sering bangun pagi atau 'morning person'.

Mereka adalah tipe individu yang segera bangun saat mendengar alarm berbunyi. Terkadang mereka juga suka tidur siang sekitar 43 menit per hari jika memungkinkan tidur siang.

Mereka adalah penikmat musik jazz, musik yang mengalun tenang dan film-film romantis. Bukan hanya itu, orang-orang tipe ini juga cenderung punya jiwa petualang tinggi, percaya diri, hidupnya tertata dan terorganisir dengan baik serta cukup baik dalam bersosialisasi.

2. Individu yang tidak merapikan tempat tidur

Sementara, seseorang dengan tipe ini dikenal senang tidur larut karena mengalami insomnia. Hal tersebut yang membuat mereka selalu mematikan alarm yang berbunyi karena malas bangun dengan alasan masih mengantuk.

Seseorang dengan tipe ini memiliki banyak teman, karena mudah bersosialisasi, bahkan dalam kelompok baru. Namun, hal tersebut tak membuatnya menjadi percaya diri.

Mereka bahkan pemalu, dan memiliki mood bak roaler coaster. Mereka juga lebih menyukai hal-hal berbau komedi dan indie daripada yang mainstream. [lis]

Sumber: harianhaluan.com

Selasa, 09 Maret 2021

Simak! 7 Alasan Utama Mengapa ASI Penting untuk Bayi

Selasa, 09 Maret 2021 18:35:00

Simak! 7 Alasan Utama Mengapa ASI Penting untuk Bayi

 

 

 

 

 

 

 

Air susu ibu (ASI) adalah asupan yang penting kepada bayi yang baru lahir. ASI menjadi makanan yang sempurna untuk bayi karena memenuhi semua nutrisi yang dibutuhkan dalam tubuhnya.

Melansir Today's Parent, waktu pemberian ASI biasanya dimulai sejak dilahirkan hingga berusia dua tahun.

Pada beberapa anak, pemberian ASI biasanya hanya sampai beberapa bulan. Selain itu, terdapat beberapa anak yang bahkan tidak mendapatkan asupan ASI dan menggantinya dengan susu formula.

Padahal, ASI memberikan manfaat yang banyak bagi bayi. Berikut beberapa alasan mengapa memberi ASI penting bagi bayi.

1. Nutrisi pada ASI berkembang sesuai pertumbuhan bayi

Jika membeli susu formula biasaya terdapat aturan untuk usia bayi. Hal tersebut karena kebutuhan nutrisi bayi berubah sesuai perkembangan tubuhnya.

Namun, nutrisi yang terdapat pada ASI rupanya akan berkembang mengikuti pertumbuhan bayi. Nutrisi yang terkandung tersebut disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

2. Meningkatkan kekebalan bayi

ASI akan mentransfer antibodi kepada bayi yang berguna untuk melindunginya dari berbagai penyakit. Sebuah studi tahun 2016 dari University of California Riverside menemukan, ada sel-sel kekebalan dalam ASI yang masuk ke dalam bayi.

ASI juga mengajarkan sel-sel bayi untuk mengembangkan pertahanan terhadap penyerang yang sama dengan yang dialami sang ibu.

3. ASI membantu bayi prematur berkembang

Dalam penelitian menemukan, bayi yang lahir secara prematur jika diberikan ASI akan memberikan pertumbuhan pada tubuh dan otak. Selain itu, ASI ibu yang lahir secara prematur memiliki kandungan yang berbeda dari yang lahir pada cukup waktu.

Hal ini karena ASI akan menyesuaikan kebutuhan energi bayi prematur sehingga membantunya untuk berkembang.

4. Menyusui dapat melindungi dari SIDS

Beberapa kasus melahirkan dapat menyebabkan sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Biasanya hal ini sering terjadi ketika bayi berusia hingga berusia satu tahun.

Namun, rupanya ASI dapat mengurangi risiko terjadinya SIDS pada bayi. Sebuah studi tahun 2017 menemukan, bayi yang meminum ASI setidaknya selama dua bulan dapat mengurangi risiko SIDS, walaupun waktu menyusui tidak lama.

5. Menghindari bayi dari stres

Dalam studi tahun 2018, dalam jurnal Pediatrics menemukan, bayi yang mengonsumsi ASI selama lima bulan pertama dapat menghindari stres pada dirinya. Hal ini karena ASI akan mengatur hormon stres dalam dirinya.

6. Mencegah eksim

Seperti yang kita ketahui, eksim merupakan kondisi kulit yang berubah menjadi merah, gatal, dan meradang.

Dalam penelitian ditemukan ASI dapat membuat bayi terhindari dari eksim pada bayi hingga dirinya dewasa.

7. Mengurangi risiko obesitas

ASI ekslusif dapat mengurangi risiko bayi mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Hal ini juga melindunginya dari berbagai kondisi lain akibat obesitas, seperti diabetes dan gangguan apnea tidur.

Di samping itu, ASI juga mengandung hormon dan senyawa lain yang membantu mengatur asupan makanan dan keseimbangan energi bagi tubuh bayi.

*Sumber: suara.com

Senin, 08 Maret 2021

Rambut Rontok Secara Tiba-tiba, Waspada Penyakit Autoimun Alopecia Areata

Senin, 08 Maret 2021 17:26:39

Rambut Rontok Secara Tiba-tiba, Waspada Penyakit Autoimun Alopecia Areata

 

 

 

 

 

 

 

Rambut rontok secara tiba-tiba bisa menandakan adanya masalah kesehatan yang lebih serius daripada ketombe.

Salah satunya adalah alopecia areata, penyakit autoimun yang bisa menyebabkan rantuk rontok.

Alopecia areata adalah jenis kerontokan rambut yang berulang yang dapat mempengaruhi area bantalan rambut dan bermanifestasi dengan beberapa pola bisa dalam bentuk rambut rontok mendadak di kulit kepala bahkan alis, bulu mata, dan wajah.

Dilansir melalui Healthshots, Alopecia areata adalah kondisi autoimun dan kondisi tersebut berkembang ketika sistem kekebalan tubuh salah mengira sel sehat untuk zat asing dan melindungi tubuh Anda dari penyerang asing, seperti virus dan bakteri.

Dalam kasus alopecia areata, sistem kekebalan Anda mungkin secara keliru menyerang folikel rambut, yang merupakan struktur tempat rambut tumbuh.

Folikel, akibat serangan yang salah, menjadi lebih kecil dan berhenti memproduksi rambut, yang menyebabkan kerontokan rambut.

Untuk membantu Anda mengetahui kondisi tersebut sedini mungkin, berikut tiga tanda yang akan membantu Anda menangani alopecia areata.

Rambut tiba-tiba rontok

Gejala utama alopecia areata adalah rambut rontok mendadak, di mana rambut biasanya rontok dalam bercak kecil seukuran koin di kulit kepala.

Anda mungkin melihat gumpalan rambut di bantal atau di kamar mandi. Anda mungkin juga merasakan gatal atau rasa terbakar di area tersebut sebelum rambut rontok.

Tanda klinis

Anda mungkin juga melihat bulu tanda seru yang muncul ketika beberapa helai rambut pendek semakin menyempit di bagian bawah dan tumbuh di dalam atau di sekitar tepi bintik-bintik botak.

Selain itu, Anda juga bisa mengalami rambut bangkai, yaitu rambut yang patah sebelum mencapai permukaan kulit dan rambut putih juga bisa tumbuh di area yang terkena rambut rontok.

Perubahan kuku

Alopecia areata juga dapat mempengaruhi kuku jari tangan dan kaki, dan ada sejumlah perubahan yang dapat terjadi pada kuku, seperti penyok, bintik-bintik putih, garis-garis, kekasaran, kehilangan kilau dan penipisan serta pecahnya kuku.

Belum ada perawatan yang tersedia, tapi kita bisa mulai mengadopsi beberapa tips untuk menjaga rambut tetap sehat dan kuat sehingga kita bisa memperlambat proses kebotakan:

Protein makanan

Rambut terbuat dari protein dan memasukkan item makanan seperti daging, ayam, ikan, telur, keju, dan kacang-kacangan akan membantu memberi kekuatan dan tekstur pada rambut.

Bersikaplah lembut

Hindari gaya rambut ketat, seperti kepang, roti atau kuncir kuda.

Cari pengobatan

Jika Anda mengetahuinya lebih awal, maka merawat rambut keturunan dengan obat-obatan bisa menjadi pilihan yang layak untuk dijelajahi.

Konsultasi medis harus diperoleh sebelum memulai perawatan berdasarkan Finasteride (memblokir konversi testosteron menjadi dihidrotestosteron untuk melawan kerontokan rambut) dan Minoxidil (memperlambat kebotakan progresif pada kerontokan rambut herediter).

Ingat, rambut rontok adalah hal yang normal dalam banyak kasus, tetapi jika Anda sudah mengalaminya dalam waktu lama dan sepertinya tidak ada yang dapat memperbaikinya, Anda mungkin harus memesan sendiri untuk berkonsultasi.

*Sumber: suara.com

Kamis, 04 Maret 2021

Selain Bau Mulut, Waspada 3 Masalah Kesehatan Ini Jika Malas Menyikat Gigi

Kamis, 04 Maret 2021 18:19:36

Selain Bau Mulut, Waspada 3 Masalah Kesehatan Ini Jika Malas Menyikat Gigi

 

 

 

 

 

 

 

Jika Anda menganggap menyikat gigi adalah aktivitas sepele yang tidak perlu dilakukan setiap hari, maka Anda salah besar. Melewatkan kebiasaan penting ini akan membawa Anda ke dalam banyak masalah. Alasannya, karena mulut Anda adalah pusat bakteri, dan tepatnya ada sekitar 300 jenis bakteri yang hidup di mulut Anda.

Menurut Dr. Anil Kohli, kebersihan mulut yang baik tidak hanya penting untuk kesehatan gigi dan gusi, tetapi juga untuk kesehatan secara keseluruhan.

“Mulut menyimpan banyak bakteri, kebanyakan tidak berbahaya. Protokol menyikat gigi setiap hari menjaga tingkat bakteri pada tingkat yang optimal. Malas menyikat gigi setiap hari menyebabkan peningkatan kadar bakteri, sehingga menyebabkan kerusakan gigi dan penyakit gusi. Aspek penting lainnya dari mulut yang sehat adalah hubungan langsungnya dengan saluran pencernaan dan pernapasan tubuh. Sejumlah penyakit jantung dan perut terbukti terkait dengan peningkatan kadar bakteri yang ada di mulut” kata Dr Kohli, seperti dilansir melalui Healthshots.

Orang mungkin berpikir bahwa melewatkan sesi menyikat gigi selama beberapa hari tidaklah berbahaya. Padahal, penelitian telah menunjukkan bahwa hanya membutuhkan waktu 48 jam bagi endapan lunak yang disebut plak berubah menjadi endapan keras yang disebut karang gigi.

Begitu endapan karang gigi muncul di permukaan gigi, maka akan sulit untuk menghilangkannya dengan menyikat, mengakibatkan lingkaran setan, yang mengakibatkan semakin banyak endapan yang menumpuk di permukaan gigi. Endapan ini kemudian mulai melemahkan struktur gigi, memberikan bau pada mulut, dan juga membuka jalan bagi penyakit gusi lainnya.

“Sekarang kita tahu bahwa menyikat gigi itu penting, tapi menyikat gigi dengan cara yang benar dan pada waktu yang tepat (pagi dan malam) sama pentingnya. Ingatlah bahwa menyikat gigi dengan cara yang tidak memadai, tidak tepat, dan jarang, sama dengan tidak menyikat gigi sama sekali. Seseorang harus terlebih dahulu mempelajari teknik menyikat gigi yang benar dan kemudian mengikuti jadwal waktu untuk menyikat gigi dua kali sehari,” kata Dr Kohli.

Dan, inilah dia beberapa risiko kesehatan di luar masalah gigi dan mulut, yang mungkin akan terjadi jika Anda tidak rutin menyikat gigi.

1. Demensia

Mulut yang tidak sehat dapat menyebabkan peradangan di dalam tubuh, yang juga akan memengaruhi kesehatan mental Anda. Demikian menurut tinjauan penelitian yang diterbitkan dalamCurrent Neurology and Neuroscience Reports. Dan peradangan otak dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak yang selanjutnya akan menyebabkan demensia.

2. Masalah jantung

Tahukah Anda, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Preventive Cardiology, orang yang menyikat gigi tiga kali sehari memiliki kemungkinan lebih kecil terkena fibrilasi atrium dan gagal jantung.

3. Masalah usus

Ketika mulut Anda penuh dengan 300 jenis bakteri baik dan jahat, maka masalah usus tidak dapat dihindari, karena bakteri baik yang ada tidak cukup kuat untuk meningkatkan kesehatan usus Anda.

Jadi, pastikan menyikat gigi minimal dua kali sehari. Selain itu, jangan lupa membersihkan gigi dengan benang gigi, berkumur setelah makan, dan mengonsumsi buah dan sayuran yang kaya serat untuk membantu Anda menjaga kebersihan mulut.

*Sumber: suara.com

Rabu, 03 Maret 2021

Awas, Kurang Paparan Lingkungan Hijau Tingkatkan Risiko ADHD pada Anak

Rabu, 03 Maret 2021 18:08:11

Awas, Kurang Paparan Lingkungan Hijau Tingkatkan Risiko ADHD pada Anak

 

 

 

 

 

 

 

Jumlah ruang hijau di sekitar rumah pada anak-anak mungkin penting untuk menurunkan risiko Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (ADHD). Hal tersebut dinyatakan dalam penelitian baru dari iPSYCH.

Melansir dari Medical Xpress, sebuah tim peneliti dari Aarhus University telah mempelajari bagaimana ruang hijau di sekitar tempat tinggal memengaruhi risiko anak-anak dan remaja dengan ADHD.

"Temuan kami menunjukkan bahwa anak-anak yang kurang terpapar lingkungan hijau di daerah pemukiman mereka pada masa kanak-kanak, memiliki risiko lebih tinggi diagnosis ADHD jika dibandingkan dengan anak-anak yang dikelilingi oleh lingkungan hijau tertinggi," kata Malene Thygesen yang merupakan salah satu peneliti di balik penelitian tersebut.

ADHD adalah salah satu diagnosis psikiatri yang paling umum di antara anak-anak. Alasan mengapa beberapa anak mengembangkan ADHD masih belum diketahui sepenuhnya. ADHD mungkin turun-temurun, tetapi faktor lain mungkin juga berperan.

Sebuah studi tunggal ini memang tidak memberikan dasar yang cukup untuk menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara akses ke lingkungan hijau dan risiko anak mengembangkan ADHD.

Tetapi hasil penelitian Malene Thygesen telah memperhitungkan banyak faktor lain yang juga dapat berperan dalam pengembangan ADHD.

"Dalam studi ini, kami menyesuaikan dengan jenis kelamin, usia, tahun lahir anak, diagnosis psikiatri orang tua, status sosial ekonomi, dan status sosial ekonomi tingkat lingkungan. Studi kami kuat karena melibatkan banyak individu dan informasinya sangat detail," kata Malene Thygesen.

*Sumber: suara.com

Selasa, 02 Maret 2021

Kaki Sulit Diangkat, Waspadai Gejala Diabetes

Selasa, 02 Maret 2021 18:17:07

Kaki Sulit Diangkat, Waspadai Gejala Diabetes

 

 

 

 

 

 

 

Diabetes tipe 2 disebabkan oleh disfungsi cara tubuh memproses gula darah. Biasanya, hormon insulin bertanggung jawab untuk mengatur gula darah tetapi penderita diabetes memiliki masalah dalam mengeluarkan dan menyerap insulin.

Hal ini menyebabkan kadar gula darah naik tak terkendali. Kadar gula darah yang tinggi secara terus-menerus dapat menyebabkan serangkaian efek yang merusak.

Beberapa gejala yang paling menonjol terjadi ketika kadar gula darah tinggi menyebabkan kerusakan saraf, suatu proses yang dikenal sebagai neuropati.

Menurut American Diabetes Association (ADA), kerusakan saraf dapat menyebabkan foot drop sepihak komplikasi di mana kaki tidak dapat diangkat.

"Ini terjadi karena kerusakan saraf peroneal kaki akibat kompresi atau penyakit pembuluh darah," jelas ADA

Saraf peroneal adalah cabang dari saraf skiatik, yang mensuplai gerakan dan sensasi ke tungkai bawah, kaki dan jari kaki.

Menurut Mayo Clinic, pengobatan foot drop tergantung penyebabnya.

"Jika penyebabnya berhasil diobati, foot drop mungkin akan membaik atau bahkan hilang," jelas badan kesehatan tersebut.

Dalam kasus diabetes tipe 2, menstabilkan kadar gula darah akan menjadi bagian integral dari upaya ini.

Mengubah gaya hidup sehat adalah cara paling efektif untuk menurunkan kadar gula darah tinggi.

"Olahraga dapat membantu menurunkan gula darah dan jalan kaki adalah cara yang baik untuk mencapai hal ini," menurut Diabetes.co.uk.

Berolahraga lebih keras dapat memberikan manfaat kesehatan yang lebih besar tetapi tidak selalu demikian jika Anda memiliki kadar gula darah yang tinggi.

Seperti yang dijelaskan Diabetes.co.uk, olahraga dapat menghasilkan respons stres yang menyebabkan tubuh meningkatkan kadar glukosa darah, meskipun respons ini cenderung berbeda dari orang ke orang.

Jalan kaki adalah cara yang efektif untuk menjaga kadar gula darah tetap terkendali.

*Sumber: suara.com

Senin, 01 Maret 2021

Kapan Waktu Paling Tepat untuk Memberi Susu Sapi pada Bayi?

Senin, 01 Maret 2021 18:31:59

Kapan Waktu Paling Tepat untuk Memberi Susu Sapi pada Bayi?


 

 

 

 

 

 

 

Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber nutrisi yang sangat baik untuk bayi baru lahir yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya, karena akan memperkuat kekebalan dan melindungi dari infeksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bayi harus disusui selama enam bulan pertama dan terus menyusu dengan memberikan makanan pendamping yang bergizi hingga usia dua tahun atau lebih.

Lantas, kapan sebaiknya mengenalkan susu sapi kepada bayi?

Dilansir dari Boldsky, di berbagai negara terdapat perbedaan usia di mana bayi harus minum susu sapi. Misalnya, di AS dan Inggris, disarankan agar susu sapi tidak diberikan sebelum bayi berusia satu tahun.

Di Denmark dan Swedia, direkomendasikan bahwa susu sapi utuh harus diperkenalkan secara bertahap masing-masing dari 9 dan 10 bulan. Namun, sebagian besar negara merekomendasikan pemberian susu sapi saat anak berusia 12 bulan. Contohnya American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa susu sapi tidak boleh diberikan sampai bayi berusia satu tahun.

Penelitian telah menunjukkan bahwa susu sapi utuh memiliki kandungan kasein yang tinggi yang apabila dikonsumsi dapat membuat bayi sulit untuk mencerna. Selain itu, susu sapi utuh mengandung vitamin C, vitamin E, seng, dan niasin dalam jumlah yang sangat rendah.

Susu sapi juga memiliki kandungan asam linoleat yang rendah yaitu sekitar 1,8 persen, lebih rendah dari level yang direkomendasikan yaitu sekitar 3 persen.

Tapi memperkenalkan susu sapi kepada bayi Anda pada usia enam bulan dapat meningkatkan risiko anemia defisiensi besi pada usia satu tahun menurut sebuah penelitian. Kekurangan zat besi selama dua tahun pertama kehidupan dapat mempengaruhi perilaku dan perkembangan psikomotorik

Asupan protein, natrium, kalium, klorida dan fosfor yang lebih tinggi yang ditemukan dalam susu sapi meningkatkan beban zat terlarut ginjal, sehingga menghasilkan osmolalitas urine.

Selain itu, paparan susu sapi secara dini dapat meningkatkan risiko alergi [9] . Studi lain menunjukkan bahwa memberikan susu sapi kepada bayi dapat menyebabkan pendarahan usus.

Jadi sebaiknya, berikan susu sapi saat bayi berusia satu tahun. Namun, konsultasikan dengan dokter anak mengenai pemberian susu sapi kepada bayi Anda.

*Sumber: suara.com