Pages

Senin, 30 November 2020

Bermain Boneka Dapat Kembangkan Keterampilan Sosial dan Empati Anak

Senin, 30 November 2020 17:29:55

Studi: Bermain Boneka Dapat Kembangkan Keterampilan Sosial dan Empati Anak

Bermain boneka seperti Barbie dapat meningkatkan keterampilan sosial dan empati anak. Foto: Dok. Barbie Indonesia

Pandemi virus corona yang belum usai ini mungkin membuat orang tua merasa cemas tentang perkembangan anak mereka. Apakah Anda salah satunya? Bagaimana tidak, sudah hampir 8 bulan lamanya anak-anak belajar dari rumah dan tidak bisa bertatap muka secara langsung dengan teman-temannya. Hal ini membuat interaksi sosial mereka menjadi terbatas atau bahkan telah membuat si kecil merasa terisolasi.

Itulah kenapa orang tua harus mencari berbagai upaya agar anak tak bosan selama berada di rumah aja di tengah pandemi ini. Salah satunya dengan memberi anak kesempatan yang cukup untuk bermain bahkan sebisa mungkin menemani anak bermain.

Ya Moms, bukan hanya mengusir bosan, bermain juga bisa memberi banyak manfaat, lho! Misalnya bermain boneka.

Studi tentang Bermain Boneka Dapat Bantu Perkembangan Sosial dan Empati Anak

Bermain boneka seperti Barbie dapat meningkatkan keterampilan sosial dan empati anak. Foto: Dok. Barbie Indonesia

Tapi tahukah Anda, Moms, studi terbaru yang dilakukan Barbie dan tim ahli saraf dari Universitas Cardiff, Inggris menemukan bahwa bermain dengan boneka rupanya dapat membantu perkembangan sosial dan empati anak! Mereka telah melakukan survei global di 22 negara berbeda dan bertanya kepada 15 ribu orang tua.

Hasilnya? sekitar 91 persen orang tua menilai empati sebagai keterampilan sosial utama yang ingin mereka kembangkan pada buah hatinya. Namun ternyata, hanya 26 persen dari mereka yang tahu bahwa bermain boneka dapat bermanfaat bagi keterampilan sosial anak.

Dalam studi yang dilakukan oleh Ahli Saraf, Dr. Sarah Gerson dari Universitas Cardiff bersama timnya, memantau aktivitas otak anak-anak berusia sekitar 4-8 tahun saat mereka tengah bermain dengan boneka dan perangkat bermain lainnya. Hasilnya menunjukkan bahwa boneka dapat merangsang pikiran anak dengan mengaktifkan daerah otak yang dapat membantu kembangkan empati, keterampilan sosial, bahkan saat anak bermain sendiri.

Selain itu, dalam studi tersebut juga ditemukan bahwa anak-anak menunjukkan lebih banyak aktivitas otak saat bermain boneka dibandingkan dengan bermain gadget. Mereka dapat belajar bagaimana mengantisipasi kebutuhan orang lain, merencanakan perilaku dan tindakan, memikirkan emosi orang lain, serta keterampilan diplomasi dan bagaimana menyelesaikan permasalahan. Manfaat bermain boneka ini pun terbukti sama baik untuk anak perempuan dan laki-laki.

Bermain boneka --seperti Barbie, dapat memberikan berbagai hal positif pada anak. Mulai dari mendorong imajinasi anak-anak dan membantu mereka menciptakan cerita mereka sendiri melalui semua boneka dan rangkaian mainan. Hasil penelitian terbaru ini memperkuat tujuan Barbie untuk menginspirasi potensi tak terhingga pada setiap anak dan menawarkan manfaat penting bagi orang tua untuk perkembangan anak.

"Temuan ilmiah terbaru dari Universitas Cardiff dan Barbie ini sangat luar biasa dan sangat relevan dengan kehidupan kita saat ini, mengingat terbatasnya interaksi sosial yang dapat dialami oleh anak-anak kita," ujar Ahli Ilmu Empati, Penulis, sekaligus Psikolog Pendidikan terkemuka Dr. Michele Borba dalam rilisnya.

Menurutnya, anak-anak yang telah mengembangkan empati dan keterampilan sosial sejak dini, terbukti dapat memiliki nilai yang lebih baik, bertahan di sekolah lebih lama, dan membuat pilihan yang baik secara keseluruhan.

"Memahami bahwa anak-anak dapat mengembangkan keterampilan ini melalui bermain dengan boneka seperti Barbie adalah hal yang luar biasa dan sangat berguna bagi orang tua," tutupnya.

*Sumber: kumparan.com

Kamis, 26 November 2020

Agar Anak Tetap Aktif, Ini Deretan Kegiatan Seru yang Bisa Dilakukan di Rumah

Kamis, 26 November 2020 17:52:36

Agar Anak Tetap Aktif, Ini Deretan Kegiatan Seru yang Bisa Dilakukan di Rumah

Memasuki fase adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal, berbagai aktivitas kini dapat kembali dilakukan di luar rumah dengan protokol kesehatan tertentu.

Meski demikian, masyarakat disarankan untuk tetap berada di rumah. Pasalnya, pandemi Covid-19 belum berakhir sepenuhnya. H

al itu tampak dari sebagian institusi pemerintah dan perusahaan masih menerapkan kebijakan work from home (WFH) bagi para pekerjanya. Sekolah-sekolah di kawasan yang ada di zona merah pandemi juga masih menerapkan kegiatan belajar mengajar secara daring.

Situasi tersebut membuat sebagian besar orang menghabiskan waktu di rumah, termasuk anak-anak. Terus-terusan berada di rumah tentu akan menimbulkan rasa bosan bagi anak.

Selain itu, aktivitas fisik anak-anak pun relatif berkurang. Apalagi, anak-anak zaman sekarang lebih betah duduk berlama-lama dengan gadget ketimbang bermain dan melakukan aktivitas fisik.

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang terbit sebelum pandemi, seperti diberitakan Kompas.com (26/11/2019), menunjukkan bahwa sekitar 81 persen anak dan remaja tidak melakukan aktivitas fisik skala sedang sampai berat setiap hari. Selama pandemi, angka itu bisa saja bertambah.

Hal tersebut bisa berdampak negatif pada anak. Hasil riset The American Journal of Human Biology menunjukkan, anak usia 9-10 tahun yang minim aktivitas fisik memiliki risiko kekurangan koordinasi motorik sembilan kali lebih besar.

Oleh karena itu, sebaiknya orangtua mendorong anak untuk tetap melakukan aktivitas fisik di masa tumbuh kembangnya. Berikut deretan ide aktivitas fisik menyenangkan yang bisa dilakukan bersama anak di rumah.

1. Bersih-bersih rumah

Selain menjaga rumah agar tetap rapi dan nyaman, bersih-bersih rumah juga bisa jadi kegiatan menyenangkan yang dilakukan bersama anak. Mulailah dengan aktivitas-aktivitas sederhana, seperti mencuci piring dan gelas, merapikan sepatu, atau melipat baju.

Dengan melibatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga, anak dapat melatih motorik halusnya dan lebih aktif secara fisik. Selain itu, aktivitas itu juga dapat membangun empati dan melatih inisiatif anak untuk saling membantu dalam kehidupan sehari-hari.

2. Olahraga ringan

Tak hanya bagi orang dewasa, olahraga pun memiliki segudang manfaat bagi anak-anak. Beberapa manfaat olahraga bagi anak-anak di antaranya adalah menjaga kesehatan, meningkatkan kecerdasan, dan membangun kepercayaan diri.

Meski di rumah saja, banyak alternatif olahraga ringan yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah senam. Anda bisa memutar video senam untuk ditiru bersama. Agar anak lebih bersemangat, Anda juga bisa memutar lagu kesukaan mereka untuk mengiringi senam di rumah.

Selain senam, Anda juga bisa mencoba lompat tali bersama anak. Sediakan tali skipping atau rangkaian karet gelang. Lalu, ajak si kecil melompat tali sebanyak-banyaknya. Olahraga ini dapat melatih ketahanan otot dan keseimbangan tubuh anak.

3. Bermain halang rintang

Salah satu tempat yang digemari anak adalah taman bermain, baik di sekolah maupun di sekitaran rumah. Di sana, anak dapat berlari dan melompat, menikmati berbagai wahana, seperti perosotan, ayunan, hingga jungkat-jungkit. Sayangnya, situasi pandemi membuat banyak taman bermain tutup.

Meski demikian, jangan sampai anak kehilangan wahana untuk bersenang-senang dan beraktivitas fisik. Dengan sedikit sentuhan kreativitas, Anda bisa menciptakan keseruan taman bermain dengan ruang dan benda yang ada di rumah.

Anda bisa membuat halang rintang di ruang tengah menggunakan berbagai perabotan, seperti meja, kursi, bantal, dan lain sebagainya. Agar lebih seru, buatlah semacam kompetisi mini bersama keluarga. Siapa yang finis pertama akan mendapat hadiah, seperti makanan atau camilan kesukaan.

4. Memasak makan malam

Melibatkan anak untuk memasak memiliki banyak manfaat. Melansir Kompas.com (9/7/2020), memasak bersama anak bisa mengajarkan keterampilan dasar hidup, melatih anak makan sehat, mengajak anak berpetualang rasa, mengembangkan keterampilan motorik dan fisik, serta meningkatkan kepercayaan diri.

Selain itu, memasak bersama juga dapat merangsang kemampuan bahasa, matematika, sains, dan kreativitas anak. Kemudian yang terpenting, memasak bisa jadi salah satu alternatif aktivitas fisik yang menyenangkan bagi anak selama di rumah.

Agar anak termotivasi untuk ikut memasak, Anda bisa masak makanan kesukaannya. Selain itu, Anda juga bisa melibatkan mereka dalam proses tertentu yang mudah dan aman, seperti mencuci sayuran misalnya. Berikanlah apresiasi jika mereka berhasil menyelesaikan tugas itu agar mereka tetap bersemangat.

5. Belajar berkebun

Berkebun dapat menjadi salah satu alternatif aktivitas fisik di rumah yang menyenangkan bagi anak. Anak-anak bisa belajar keterampilan baru, bersenang-senang, bermain, serta mengembangkan rasa percaya diri dengan merawat tanaman di kebun.

Selain itu, berkebun juga dapat merangsang imajinasi dan melatih kreativitas anak-anak. Perkembangan sensorik dan fisik anak pun dapat terlatih lewat aktivitas ini.

Nah, sekarang saatnya pilih aktivitas mana yang paling mungkin bisa dilakukan. Anda juga bisa mengombinasikan agar anak tak bosan melakukan yang itu-itu saja.

Selagi anak punya banyak aktivitas fisik, jangan lupa untuk memberikan asupan yang tepat agar mereka memiliki energi untuk raih lebih. Beri makanan bergizi, juga minuman segar bernutrisi, seperti MILO kotak.

MILO kotak mengandung ekstrak malt, cokelat, dan susu yang diperkaya dengan sumber Vitamin B1, B2, B3, B6, kalsium, serta fosfor untuk menambah kebutuhan energi harian setelah belajar dan beraktivitas di rumah.

Kombinasi kalsium, Vitamin D, dan fosfor pada MILO kotak pun baik untuk pertumbuhan tulang, kontraksi otot, serta kerja saraf anak sehingga anak menjadi lebih aktif bergerak.

Sementara itu, kandungan vitamin B1, B2, B3, dan B6 pada MILO kotak berperan untuk mengubah karbohidrat menjadi energi untuk mendukung anak tetap aktif.

MILO kotak bisa menjadi pilihan praktis dan mudah untuk dibawa dengan pilihan kemasan 115 ml serta 190 ml yang bisa didapatkan di sini.

Semoga deretan ide di atas bisa menginspirasi agar anak tetap bisa aktif secara fisik meski di rumah saja. Klik di sini untuk menemukan berbagai panduan agar anak bisa selalu sehat, aktif, dan berenergi.

*Sumber: kompas.com

Senin, 23 November 2020

Waspada Penyakit Mengintai Saat Pancaroba

Senin, 23 November 2020 17:38:10

Waspada Penyakit Mengintai Saat Pancaroba

Selama musim pancaroba atau peralihan musim seperti sekarang ini kamu mungkin merasakan cuaca yang tidak menentu, beberapa wilayah bahkan sudah mulai merasakan hujan.

Selain cuaca yang tidak menentu, kamu mungkin juga sering merasakan banyak angin besar yang terasa "tidak enak". Pada akhirnya sebagian dari kita menjadi lebih mudah terserang penyakit.

Mengapa banyak orang cenderung lebih mudah sakit di musim pancaroba?

Ternyata, Medical Editor SehatQ, dr. Anandika Pawitri, MRes menjelaskan, kelembapan dan suhu udara pada musim pancaroba memang mendukung kuman penyebab penyakit berkembang biak.

"Pada musim pancaroba kelembapan dan suhu udaranya cocok untuk kuman penyebab penyakit," ungkap dr. Anandika.

Beberapa penyakit yang biasa muncul ketika musim pancaroba, di antaranya flu, batuk, hingga Demam Berdarah Dengue (DBD).

Faktor cuaca yang kurang baik juga membuat banyak orang cenderung lebih enggan berolahraga dan malas bergerak. Jika dikombinasikan dengan pola makan yang tidak sehat, maka seseorang akan lebih rentan sakit.

"Bila tidak berimbang antara aktivitas fisik, nutrisi seimbang dan istirahat maka berisiko rentan terserang penyakit," tambahnya.

Dr. Anandika membagikan beberapa tips sederhana yang bisa kita praktikkan di rumah agar kesehatan dan kebugaran tubuh lebih terjaga selama masa pancaroba, sehingga kita tidak akan mudah sakit:

Mengatur jadwal aktivitas fisik. Seperti pedoman American Heart Association, usahakan berolahraga minimal 150 menit per minggu. Kamu bisa melakukan aktivitas fisik sederhana seperti jalan kaki, lari, naik-turun tangga, atau bisa juga aktivitas fisik moderat lain.Istirahat cukup. Orang dewasa pada umumnya membutuhkan tidur delapan jam sehari.Menerapkan pola makan sehat dengan mengutamakan komposisi karbohidrat, protein, vitamin mineral dan serat yang harus diperhatikan. Manfaatkan aplikasi nutrisi yang dapat digunakan untuk membantu mengatur kombinasi makanan sehat. Hindari junk food, makanan tinggi kolesterol, makanan berminyak, serta alkohol untuk menjaga fungsi hati yang sangat berperan dalam metabolisme tubuh.Mengonsumsi multivitamin bila merasa sulit memenuhi kebutuhan vitamin dari asupan sehari-hari dan direkomendasikan oleh dokter.Tetap menerapkan prinsip 3M, yakni mengenakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. [lis]

Sumber: kompas.com

Jumat, 20 November 2020

Pentingnya Sarapan untuk Anak, dan Cara Pilih Menu yang Baik

Jum'at, 20 November 2020 17:15:22

Pentingnya Sarapan untuk Anak, dan Cara Pilih Menu yang Baik

Sarapan adalah kunci agar anak bisa fokus mengikuti proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan baik.

Apabila anak melewatkan sarapan, maka sulit baginya untuk belajar dengan optimal.

Sarapan diketahui membantu menjaga kadar glukosa dalam tubuh yang diperlukan untuk berpikir dan menjadi sumber energi.

Namun tentu saja, tidak semua makanan sarapan cocok untuk dijadikan menu sarapan.

Menurut ahli gizi, dr Rita Ramayulis DCN, MKes, makanan yang diberikan saat sarapan harus memenuhi kebutuhan zat gizi anak.

Menu sarapan tersebut harus mengandung karbohidrat baik (karbohidrat kompleks) sehingga kadar glukosa bisa naik secara bertahap.

Selain itu, harus ada kandungan vitamin B kompleks terutama B1, B2, B3, B6, dan asam folat di dalam makanan tersebut.

“Kandungan vitamin ini diperlukan untuk metabolisme karbohidrat menjadi energi yang akan digunakan anak,” ujar Rita dalam acara virtual bersama Koko Krunch, Kamis (19/11/2020).

Rita menambahkan, selain karbohidrat dan vitamin B kompleks, nutrisi lain yang dibutuhkan adalah zat besi.

Bersama dengan asam folat, zat besi berfungsi mentransfer nutrisi dan oksigen ke otak. Dengan begitu otak bisa bekerja lebih optimal.

“Zat gizi ini harus tersedia pada sarapan, tidak boleh tidak. Kalau tidak tersedia berarti sarapan anak belum lengkap,” kata Rita.

Salah satu varian makanan yang tepat untuk sarapan adalah gandum utuh. Bahan makanan ini dikenal mengandung zat gizi yang telah disebutkan sebelumnya.

“Gandum utuh ini sebenarnya sumber karbohidrat. Tapi punya keunggulan lain karena juga mengandung vitamin B kompleks dan zat besi,” ungkap Rita.

Supaya anak tidak bosan makan gandum utuh setiap hari, orangtua bisa menambahkannya dengan sumber protein yakni susu. Susu memiliki banyak varian rasa dan olahan.

Contohnya, hari ini anak makan gandum utuh dengan susu full cream. Lalu esok hari, anak makan gandum utuh dengan susu coklat.

Atau, bisa juga gandum utuh dikombinasikan dengan olahan susu seperti yoghurt dan keju agar anak tidak bosan.

“Tambahkan juga dengan aneka buah seperti alpukat, pisang, dan macam-macam untuk memperkaya vitamin C,” ujar Rita.

*Sumber: kompas.com

Selasa, 17 November 2020

5 Dampak Negatif Media Sosial terhadap Remaja, Orangtua Perlu Tahu

Selasa, 17 November 2020 17:57:00

5 Dampak Negatif Media Sosial terhadap Remaja, Orangtua Perlu Tahu

Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bahkan pengguna media sosial terdiri dari berbagai kalangan termasuk remaja.

Sekarang ini banyak remaja yang mencari dan berbagi informasi di media sosial. Sayangnya, tak sedikit yang salah menangkap informasi, dan kurang bijak menggunakan media sosial.

Tentunya orangtua harus mengawasi anaknya yang bermain media sosial. Sebab sama seperti pada orang dewasa, media sosial juga bisa berdampak buruk ke anak khususnya remaja.

Berikut lima dampak negatif media sosial terhadap remaja seperti diuraikan The Health Site.

1. Kegelisahan

Sebagian besar remaja mengalami tekanan untuk menulis sesuatu yang sempurna, mengunggah gambar terbaik, dan langsung membalas ketika ada pesan di media sosial.

Selain itu, tak sedikit remaja yang mendapatkan komentar negatif tentang dirinya di media sosial. Hal ini membuat mereka mengalami kecemasan dan kegelisahan.

2. Kurang tidur

Menurut suatu penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Youth, penggunaan media sosial dapat memengaruhi pola tidur remaja.

Remaja memiliki dorongan untuk bangun di tengah malam guna mengetahui hal-hal yang diunggah oleh teman-temannya.

Perilaku inilah yang membuat remaja kurang tidur dan pada akhirnya dapat memengaruhi perubahan suasana hati. Terlebih remaja memiliki emosi yang masih labil.

Selain itu, ada masalah kesehatan lain yang mengintai seperti depresi dan obesitas.

3. Perundungan siber

Mayoritas remaja pernah menjadi korban cyberbullying atau perundungan siber.

Pelaku perundungan biasanya memanfaatkan teknologi, dalam hal ini media sosial, untuk melecehkan, menghina, dan hal negatif lainnya kepada korban.

Remaja yang menjadi korban cyberbullying cenderung mengalami depresi, kecemasan, dan bahkan memiliki pikiran untuk bunuh diri.

4. Iri hati

Di media sosial banyak orang yang menampilkan sisi terbaik dari dirinya. Sangat sedikit yang mau menunjukkan kesusahan atau hal lain yang membuatnya direndahkan.

Ketika seseorang menampilkan dirinya dengan sangat baik di internet, hal itu memberikan kesan seolah hidupnya lebih menarik dibanding orang lain.

Tak jarang juga hal itu mengundang rasa iri hati dari pengguna media sosial lain. Sejumlah orang dewasa bisa mengalaminya, tapi lebih rentan terjadi pada remaja.

Oleh karenanya, penting bagi orangtua untuk memastikan anaknya tidak iri hati terhadap kehidupan orang lain di media sosial.

Ajarkan anak untuk memahami bahwa tidak semua di media sosial adalah nyata dan minta mereka untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain.

Sebab hal itu dapat membuatnya rendah diri. Selain itu, orangtua juga bisa mengajarkan anak untuk fokus pada dirinya sendiri daripada mencoba menjadi seperti orang lain.

5. Kurang komunikasi

Meskipun media sosial adalah tempat untuk berinteraksi dengan orang lain, tapi tentu rasanya berbeda dengan berkomunikasi langsung.

Sayangnya para remaja begitu sibuk melihat ponsel mereka sepanjang waktu. Akibatnya mereka lupa ada kehidupan sosial di luar ponsel.

Hal ini membuat mereka cakap berinteraksi di media sosial, namun kurang komunikasi dengan orang lain di kehidupan nyata.

Bahkan tak jarang remaja menjadi 'jauh'dengan orang-orang di sekitarnya seperti keluarga dan teman. Bila dibiarkan, hal ini dapat merusak hubungan.

Tindakan orangtua

Untuk mencegah atau meminimalisir dampak negatif media sosial pada remaja, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua.

1. Jauhkan ponsel dan perangkat elektronik lainnya milik orangtua saat sedang bersama anak.

Luangkan waktu bersama anak dan minta mereka untuk menyimpan ponselnya juga.

Bagaimanapun, penting bagi orangtua untuk memberi contoh agar bisa diikuti oleh anak-anaknya.

2. Orangtua zaman sekarang harus memahami teknologi. Apabila ada orangtua yang masih kurang paham, maka lebih baik mempelajarinya.

Ini adalah kunci bagi orangtua untuk mengawasi dan mengontrol anaknya yang bermain media sosial.

3. Dorong anak untuk lebih sering melakukan aktivitas fisik daripada bermain media sosial atau hal lain yang terhubung dengan internet.

4. Tetapkan zona bebas teknologi di rumah untuk membatasi waktu layar anak.

5. Buat anak memahami efek berbahaya dari waktu layar berlebihan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

*Sumber: kompas.com

Senin, 16 November 2020

Manfaat Sentuhan Penuh Kasih Sayang untuk Anak

Senin, 16 November 2020 17:55:30

Manfaat Sentuhan Penuh Kasih Sayang untuk Anak

Sentuhan fisik orangtua pada anak sangat penting bagi pertumbuhannya. Bahkan ketika mereka sudah bukan lagi bayi, sentuhan fisik masih sangat penting bagi anak.

Berbagai studi dan penelitian kesehatan membuktikan pentingnya sentuhan fisik, tidak hanya pada masa bayi tetapi juga setelah tahap itu, terutama pada masa kanak-kanak.

Sentuhan fisik bisa menunjukkan kasih sayang, memberikan respon positif, dan kepedulian pada anak. Hal ini akan memberi mereka rasa aman yang sangat penting bagi anak di bawah umur.

Ilmu kedokteran juga telah membuktikan bahwa sentuhan fisik berpengaruh langsung pada tubuh dan pikiran manusia.

Pasalnya, sentuhan positif akan memicu pelepasan hormon positif Oxytocin, yang nantinya akan membangun perasaan keterikatan emosional dan ikatan yang kuat antara orangtua dan anak.

Sentuhan fisik selama masa bayi

Penelitian menunjukkan bagaimana dampak buruk dapat terjadi pada bayi yang tak mendapatkan sentuhan fisik penuh kasih dari orangtuanya.

Psikologi manusia dan ilmu kedokteran sama-sama membuktikan bahwa kita memiliki kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang, cinta, dan perhatian.

Hal ini bisa didapat melalui sentuhan fisik seperti pelukan atau ciuman yang secara alami ditanamkan pada manusia sejak masa bayi hingga tumbuh dewasa.

Salah satu cara terbaik untuk mengembangkan ikatan yang kuat antara ibu dan anak sejak bayi melalui sentuhan fisik adalah dengan menyusui.

Dengan menyusui, anak tak hanya akan mendapatkan nutrisi tetapi juga mendapat kesempatan untuk dekat secara fisik dengan ibu.

Pakar anak mengatakan bahwa ketika bayi menangis, menggendong dan menenangkannya dengan pelukan, tepukan, atau ciuman membuat bayi tenang, dan hal itu membantu perkembangan fisik dan mentalnya.

Sentuhan fisik pada anak

Ketika anak mulai berjalan sendiri dan menjadi mandiri, kedekatan fisik orangtua dengan anak akan berkurang.
Namun, bukan berarti anak tidak membutuhkan sentuhan fisik dari orangtuanya lagi.

Ketika anak sudah mulai sekolah, sapalah mereka dengan pelukan dan ciuman yang lembut.

Dan ketika mereka sedang khawatir atau kesal, dengarkan cerita mereka sambil menepuk lembut punggungnya atau memeluk mereka bila perlu. Berikan perasaan aman orangtua yang selalu hadir dalam kehidupan mereka.

Anak usia sekolah mengalami banyak perubahan emosional. Ini adalah usia ketika mereka paling membutuhkan dukungan emosional dan moral.

Dekat secara fisik dengan mereka adalah salah satu elemen kunci yang akan memengaruhi perkembangan emosional mereka.

Sentuhan fisik saat anak semakin dewasa

Sentuhan fisik pada anak yang lebih besar sama pentingnya seperti halnya ketika mereka masih balita.

Manusia, seperti yang telah disebutkan, membutuhkan sentuhan fisik ini bahkan setelah tumbuh menjadi dewasa.

Saat kita tumbuh, kita mengharapkannya tidak hanya dari orang tua tetapi juga dari orang penting atau pasangan kita.

Pada usia ini, pelukan hangat, sapaan, atau tepukan lembut di punggung akan memberi perasaan bahwa mereka dicintai.

Sebagai gantinya, anak-anak akan belajar untuk memberikan cinta dan perhatian yang sama pada hubungan lain yang akan datang di kemudian hari, seperti dengan pasangan atau anak mereka.

Menurut penelitian di Gottman, individu yang kehilangan ikatan fisik dan emosional ini di masa kecil akan melakukan hal yang sama ketika mereka dewasa.

Anak-anak dari keluarga yang hancur atau orang tua yang kasar, anak-anak dari orang tua yang telah meninggalkan mereka, atau anak-anak yang hanya diasuh oleh pengasuh bayi dan diabaikan oleh orang tua adalah yang paling berpengaruh.

Sentuhan fisik dan kecerdasan emosional

Menurut Science Direct, orang dewasa yang dicintai dan dirawat oleh orangtua melalui sentuhan fisik dan ikatan emosional, ternyata memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik.

Anak-anak dengan kasih sayang cukup dari orangtuanya, akan lebih berempati terhadap orang lain.

Sementara anak-anak yang tak memiliki keterikatan fisik dan emosional dengan orang tuanya sering berubah menjadi pribadi yang dingin, agresif, atau tidak peka terhadap orang lain.

Oleh karena itu, sentuhan fisik sangat penting bagi anak-anak tidak hanya pada masa bayi tetapi juga pada semua tahap.

Meskipun kamu adalah orangtua yang sibuk bekerja dan tidak bisa mengasuh anak-anak sendiri, paling tidak sisihkanlah waktumu yang berkualitas bersama si kecil.

Duduklah bersama mereka, peluk, cium dan tepuk punggung mereka dan tunjukkan cinta dan kasih sayangmu setidaknya sekali atau dua kali sehari.

*Sumber: kompas.com

Sabtu, 14 November 2020

Sering Dianggap Buruk, Jeroan Juga Punya Manfaat Kesehatan

Sabtu, 14 November 2020 17:22:08

Sering Dianggap Buruk, Jeroan Juga Punya Manfaat Kesehatan

Jeroan atau bagian dalam hewan seringkali dianggap sebagai makanan pengundang penyakit.

Bahan makanan ini juga seringkali dianggap sebagai pemicu kenaikan berat badan.

Namun, laporan healthline justru mengatakan sebaliknya. Laporan tersebut mengatakan bahwa jeroan justru mengandung nutrisi penting, seperti Vitamin B12 dan folat.

Tak hanya itu, jeroan juga sumber zat besi dan protein yang baik. Ada bermacam-macam jenis jeroan yang bisa disajikan menjadi bermacam menu masakan. Jenis-jenis tersebut, antara lain:

- hati
- lidah
- jantung
- ginjal
- otak
- babat
- pankreas.

Nutrisi jeroan

Seperti yang disebutkan sebelumnya, jeroan kaya akan vitamin B12 dan folat.

Bahan makanan ini juga kaya akan mineral, termasuk zat besi, magnesium, selenium dan seng.

Jeroan juga kaya akan vitamin yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E dan K.

Selain itu, jeroan merupakan sumber protein, terutama protein hewani yang menyediakan asam amino esensial agar tubuh berfungsi efektif.

Manfaat jeroan

Mengonsumsi jeroan akan memberikan manfaat berikut ini:

1. Membuat kenyang lebih lama

Banyak penelitian menunjukkan diet tinggi protein dapat mengurangi nafsu makan dan meningkatkan perasaan kenyang.

Jeroan yang kaya akan protein ini juga memiliki manfaat tersebut. Selain itu, makan jeroan juga dapat meningkatkan meningkatkan laju metabolisme yang membantu penurunan berat badan.

2. Mempertahankan massa otot

Jeroan adalah sumber protein berkualitas tinggi, yang penting untuk membangun dan mempertahankan massa otot

3. Sumber kolin yang bagus

Jeroan adalah salah satu sumber kolin terbaik, yang merupakan nutrisi penting untuk kesehatan otak, otot, dan hati.

4. Sumber zat besi yang baik

Jeroan mengandung zat besi heme yang diserap lebih baik oleh tubuh daripada zat besi non heme, yang biasanya terdapat banyak pada makanan nabati.

*Sumber: kompas.com

Kamis, 12 November 2020

6 Cara Mencegah Demam Berdarah

Kamis, 12 November 2020 17:25:10

6 Cara Mencegah Demam Berdarah

Demam berdarah dengue ( DBD) adalah penyakit yang disebabkan virus dengue.

Virus dengue dapat menular antarmanusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Virus dengue menginfeksi nyamuk Aedes betina saat nyamuk tersebut menghisap darah penderita DBD.

Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan, penderita baru merasakan gejala DBD selang empat sampai enam hari setelah digigit nyamuk pembawa virus dengue.

Beberapa gejala DBD saat awal penderita terinfeksi virus dengue di antaranya:

- Demam tinggi dengan suhu di atas 38 derajat Celcius
- Timbul bintik-bintik merah di kulit
- Sakit kepala
- Nyeri saat menggerakkan bola mata
- Sakit punggung
- Badan terasa lemah dan lesu
- Gelisah
- Ujung tangan dan kaki berkeringat
- Muntah
- Ulu hati terasa nyeri
- Terkadang mimisan dan buang air besar (BAB) bercampur darah
- Kadar trombosit turun hingga 100.000/mm3

Di beberapa kasus yang serius, penyakit ini menimbulkan pendarahan di saluran cerna, syok, dan kematian.
Kendati berpotensi fatal, hingga kini belum ada vaksin untuk mencegah demam berdarah.

Satu-satunya cara mencegah demam berdarah adalah dengan menghindari gigitan nyamuk DBD. Berikut beberapa di antaranya:

1. Pilih pakaian yang aman dari gigitan nyamuk

Melansir Medical News Today, pilih pakaian yang aman dari gigitan nyamuk.

Sebisa mungkin, minimalkan bagian kulit yang rentan digigit nyamuk.

Caranya dengan menggunakan celana panjang, pakaian lengan panjang, serta kaus kaki.

2. Gunakan obat nyamuk yang aman

Cara mencegah demam berdarah lainnya yakni gunakan pengusir nyamuk yang aman.

Jika menggunakan obat nyamuk yang mengandung diethyltoluamide (DEET), pilih yang kadarnya 10 persen.

Demi keamanan, hindari obat nyamuk yang mengandung kadar DEET tinggi di atas 30 persen karena bisa merusak saraf dan memicu kanker.

Ingat, obat nyamuk dengan bahan aktif ini tidak aman untuk anak-anak.

3. Pakai kelambu atau perangkap nyamuk

Apabila khawatir dengan keamanan obat nyamuk, gunakan kelambu atau alat perangkap nyamuk.

Kendati tidak sepraktis dan efisien seperti obat nyamuk, namun kelambu dan alat perangkap nyamuk relatif lebih aman untuk mencegah gigitan nyamuk.

4. Pasang kasa di lubang angin, pintu, dan jendela

Selain menggunakan kelambu atau perangkap nyamuk, cara mencegah gigitan demam berdarah juga bisa dengan memasang kasa.

Pasang kasa di lubang angin, pintu, dan jendela yang rentan menjadi pintu masuknya nyamuk demam berdarah.

5. Hindari wewangian tertentu

Beberapa wewangian dapat mengundang nyamuk demam berdarah masuk dan bersemayam di suatu ruangan.

Untuk itu, hindari wewangian tertentu saat musim demam berdarah.

Sabun dan parfum yang beraroma tajam juga dapat menarik nyamuk DBD menggigit tubuh.

 6. Cegah genangan air di sekitar tempat tinggal

Nyamuk Aedes aegypti gemar berkembang biak di air bersih dan genangan.

Untuk itu, cara mencegah demam berdarah perlu mencegah genangan air di sekitar tempat tinggal, caranya:

- Selalu Balik ember, tempayan, kaleng penyimpanan, atau benda yang rentan jadi penampungan genangan air 

- Pastikan untuk menghilangkan kelebihan air di piring pot tanaman

- Sisir wadah atau bak penampung air yang potensial digunakan sebagai tempat berkembang biak nyamuk

- Pastikan saluran pembuangan air mengalir lancar, bila perlu pasang jebakan nyamuk di lubang selokan

- Ganti air di vas bunga setiap dua hari dan gosok bagian dalam vas sampai bersih

Selain mencoba meminimalkan gigitan nyamuk dengan berbagai cara mencegah demam berdarah di atas, pastikan kondisi tubuh prima.

Jaga daya tahan tubuh dengan pola makan sehat, tidur yang cukup, dan minimalkan stres.

*Sumber: kompas.com

Rabu, 11 November 2020

Nyeri Leher Saat Bangun Tidur? Mungkin Penyebabnya Salah Bantal

Rabu, 11 November 2020 17:45:41

Nyeri Leher Saat Bangun Tidur? Mungkin Penyebabnya Salah Bantal

Aktivitas di era modern sangat dekat dengan teknologi.

Disadari maupun tidak, banyak aktivitas saat ini yang membuat kita terbiasa menunduk, entah ke komputer, laptop, atau sekadar menatap layar ponsel.

Kebiasaan itu pada akhirnya dapat menyebabkan nyeri leher dan posisi tidur yang kurang baik, termasuk memilih bantal yang, salah bisa membuat kondisi semakin buruk.

"Tidur telentang dengan kepala menunduk akan membuat masalah menjadi semakin buruk," kata chiropractor Andrew Bang, DC, seperti dilansir Cleveland Clinic.

Tidur pada posisi lain, seperti menyamping, atau yang lebih buruk lagi tengkurap dengan kepala terpelintir dan dirimingkan pada sudut yang aneh, juga bisa berkontribusi terhadap nyeri leher yang dirasakan di pagi hari.

Selain itu, bantal yang digunakan harus menjaga leher sejajar dengan kasur, bukan menunduk atau terlalu menengadah ke atas.

Jika masih bingung bagaimana memilih bantal yang tepat, berikut tujuh tipsnya:

1. Pilih bantal yang beradaptasi dengan posisi tidur

Bantal kontur serviks dianggap yang paling baik untuk kebanyakan orang.

Sebab, bantal ini memungkinkan kepala kita bertumpu pada tekanan di tengah.

Leher menjadi bertumpu pada sisi yang tidak terlalu tinggi ketika berbaring telentang, atau pada sisi yang lebih tinggi ketika berbaring miring.

Bantal dengan kontur busa adalah yang terbaik untuk memberikan topangan yang maksimal pada leher kita saat tidur.

2. Material busa lateks

Lateks alami menawarkan dukungan yang nyaman untuk area leher tanpa membuat kita merasa panas seperti memory foam.

“Orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka merasakan kepanasan di malam hari. Kondisi ini bisa membuat seseorang merasa gelisah ketika tidur."

"Tidur dengan kondisi sejuk akan membuat tidur lebih nyenyak," kata Bang.

Namun, orang yang alergi terhadap lateks sebaiknya memilih memory foam.

3. Bantal bulu paling sering menyebabkan sakit leher

Harga bantal bulu mungkin paling terjangkau, tetapi tidak memberikan staabilitas yang memadai untuk leher.

"Ketika pertama digunakan, bantal bulu mungkin akan terasa nyaman. Namun ketika kita bergerak saat tidur, leher akan berakhir tanpa penyangga dan menyebabkan nyeri leher di pagi hari," ujarnya.

Bantal bulu angsa sedikit lebih mendukung leher, namun tetap perlu ditepuk-tepuk.

Selain itu, jika aergi terhadap bulu binatang, lebih baik memilih bantal dengan bahan lainnya.

4. Bantal soba (bucketwheat) terdengar agak berisik

Menggunakan bantal soba mungkin bisa membuat kita tidur lebih nyenyak, sebab ada sirkulasi udara yang baik di dalamnya.

Selain itu, harga bantal jenis ini juga cenderung terjangkau, dapat diperbarui, serta cukup menopang leher ketika tiduur miring.

Hanya saja, bantal soba mungkin agak berisik di malam hari karena bergerak-gerak.

Jika tidurmu banyak bergerak, bantal ini juga bisa jatuh.

5. Bantal dengan isian campuran

Tidak banyak penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan bantal dengan isian campuran, seperti campuran memory foam atau lateks dengan busa dan sisipan gel.

Menurut Bang, bantal yang memiliki terlalu banyak material isian ternyata malah bisa terlalu empuk dan bisa menahan leher dalam posisi yang canggung.

Material busa parut mungkin terasa sejuk ketika digunakan, tetapi stabilitasnya akan berkurang seiring berjalannya waktu jika kamu banyak tidur miring.

6. Bantal badan bisa bermanfaat

Jika kamu punya kebiasaan tidur tengkurap, bantal badan (body pillow) bisa membantu menjaga postur tidur tetap baik.

Bantal badan memberikan tekanan pada perut sekaligus bisa menjaga postur tubuh ketika kita dalam posisi tidur miring," kata Bang.

Bantal jenis ini juga bisa menjaga tulang belakang tetap sejajar dan menopang perut, terutama ketika masa kehamilan atau jika kamu memiliki pinggul yang besar.

7. Sesuaikan dengan kasur

Jika kamu memiliki kasur yang lebih kokoh, kamu membutuhkan bantal yang lebih tebal karena bahu tidak akan terlalu tenggelam ke dalam kasur.

"Bantal diperlukan untuk mengisi celah antara kepala dan kasur," ujarnya.

Jika kamu menggunakan kasur dengan material memory foam atau kasur dengan bantalan ekstra lembut, kamu memerlukan bantal yang lebih tipis karena badan akan tenggelam ke dalam tempat tidur.

"Bantal tersebut perlu mengisi ruang yang lebih kecil antara bahu dan kepala kita," ungkap Bang.

*Sumber: kompas.com

Selasa, 10 November 2020

6 Penyebab Bau Mulut pada Anak dan Cara Mengatasinya

Selasa, 10 November 2020 18:00:07

6 Penyebab Bau Mulut pada Anak dan Cara Mengatasinya

Jika Anda menemukan bahwa anak Anda memiliki bau mulut, yakinlah Anda tidak sendirian.

Bau mulut (halitosis) sering terjadi pada anak-anak, termasuk usia bayi di bawah lima tahun (balita).

Banyak masalah berbeda yang dapat menyebabkan bau mulut pada anak.

Apa pun penyebabnya, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi bau mulut pada anak.
Berikut ini adalah beragam hal yang bisa menjadi penyebab bau mulut pada anak yang bisa terjadi:

1. Kondisi mulut kurang bersih

Mulut manusia pada dasarnya adalah tempat yang penuh dengan bakteri.

Melansir Health Line, kebanyakan ahli berpikir bau mulut dapat disebabkan oleh produk metabolisme bakteri, seperti sulfur, asam lemak yang mudah menguap, dan bahan kimia lainnya, seperti putrescine dan cadaverine.

Sumber utama bakteri ini adalah lidah, terutama lidah dalam kondisi kurang bersih.

Kuman penyebab bau mulut tersebut juga bisa ditemukan di antara gigi dan gusi (area periodontal).

Bagaimana cara mengatasi bau mulut pada anak ini?

Menyikat atau membersihkan lidah, terutama bagian belakang lidah, dapat membantu mengurangi bau mulut pada orang dewasa.

Meskipun belum ada penelitian tentang anak, menyikat lidah tentunya merupakan perawatan bebas risiko yang dapat Anda coba di rumah.

Obat kumur, terutama yang mengandung seng, juga dapat mengurangi bau mulut pada orang dewasa.

Tapi sekali lagi, belum ada penelitian yang dilakukan pada anak atau balita, yang mungkin tidak bisa berkumur dan meludah sebagai obat kumur.

Yang jelas, mengunjungi dokter gigi mulai usia 1 tahun, untuk pembersihan dan pemeriksaan rutin dapat membantu mencegah kesehatan gigi yang buruk dan kerusakan gigi, yang dapat menyebabkan bau mulut.

2. Kondisi hidung

Sinusitis kronis bisa menjadi penyebab bau mulut pada anak maupun balita.

Anak-anak dengan kondisi ini hampir selalu memiliki tanda atau gejala lain, seperti:

- Hidung meler yang berkepanjangan
- Batuk
- Obstruksi hidung
- Nyeri wajah

Selain itu, benda asing yang menempel di hidung, seperti manik-manik atau potongan makanan, biasa terjadi pada kelompok anak-anak.

Hal ini juga bisa menyebabkan bau mulut tak sedap.

Jika demikian, anak biasanya juga mengeluarkan cairan yang berbau busuk, dan seringkali berwarna hijau dari hidung (seringkali hanya dari satu lubang hidung).

Dalam kasus ini, baunya mungkin luar biasa dan cepat memburuk.

Bagaimana cara mengatasi bau mulut pada anak ini?

Jika menurut Anda anak Anda menderita sinusitis dan perkembangannya cukup baru, Anda dapat mencoba untuk menunggu dulu.

Membuat anak Anda minum banyak air dan membuang ingus dapat membantu lebih cepat baik.

Tetapi jika Anda telah mencoba metode ini tanpa hasil, lebih baik segera temui dokter anak.

Terkadang antibiotik mungkin diperlukan untuk mengatasi sinusitis kronis.

Begitu juga jika Anda merasa ada benda asing di hidung anak Anda, lebih baik segera hubungi dokter anak.

Pada saat mencapai titik bau mulut dan keluarnya cairan berwarna hijau, benda tersebut sekarang mungkin dikelilingi oleh jaringan hidung yang bengkak.

Benda ini mungkin sulit untuk dilepas secara mandiri di rumah.

Dokter anak mungkin dapat mengeluarkannya di ruang periksa atau merujuk Anda ke dokter spesialis telinga hidung tenggorokan (THT).

3. Gastrointestinal

Penyebab gastrointestinal (GI) bau mulut pada anak tidak sesering penyebab lainnya, tetapi perlu dipertimbangkan jika ada keluhan GI lainnya.

Jika anak Anda menderita bau mulut kronis serta sakit perut, mual, muntah, atau mulas, maka penyakit gastroesophageal reflux ( GERD) adalah penyebabnya.

Dalam kondisi ini, asam lambung akan refluks atau naik ke kerongkongan dan sering kali sampai ke tenggorokan atau mulut.

Dalam beberapa kasus, asam lambung bahkan bisa keluar dari mulut.

Orang tua mungkin lebih akrab dengan GERD, tetapi kondisi ini bisa juga terjadi pada anak-anak.

Infeksi Helicobacter pylori, sejenis bakteri yang dapat menginfeksi lambung dan terkadang menimbulkan gejala yang tidak menyenangkan, merupakan penyakit lain yang dapat menyebabkan bau mulut.

Biasanya, konsisi ini terjadi bersamaan dengan keluhan gastrointestinal lainnya yang jelas, seperti sakit perut, mual, muntah, atau bersendawa.

Infeksi H. pylori yang menyebabkan gejala lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia, tetapi kadang-kadang dapat terlihat pada balita.

Bagaimana cara mengatasi bau mulut pada anak ini?

Masalah gastrointestinal biasanya memerlukan perawatan oleh dokter.

Obat sering diresepkan untuk kondisi ini, tetapi anak Anda mungkin memerlukan pengujian lebih lanjut untuk menentukan apakah GERD atau H. pylori yang menjadi penyebab masalahnya.

Jika anak Anda memiliki gejala gastrointestinal yang sering atau kronis disertai dengan bau mulut, jangan ragu untuk segera bicarakan dengan dokter anak.

4. Bernapas lewat mulut

Anak-anak yang bernapas melalui mulut saat tidur memiliki kemungkinan lebih besar mengalami bau mulut dibandingkan anak-anak yang tidak bernapas melalui mulut.

Pernapasan mulut dapat mengeringkan mukosa mulut, menyebabkan penurunan aliran air liur.

Kondisi ini bisa menghasilkan pelepasan bakteri berbau busuk di mulut.

Selain itu, jika anak Anda meminum apa pun selain air dari botol pada malam hari, hal ini dapat memperburuk masalahnya.

Ada banyak alasan mengapa anak-anak hanya bernapas melalui mulut, mulai dari hidung tersumbat akibat alergi hingga kelenjar gondok besar yang menghalangi jalan napas mereka.

Bagaimana cara mengatasi bau mulut pada anak ini?

Sikatlah gigi anak Anda sebelum tidur, lalu berikan air saja atau ASI jika mereka masih menyusui di malam hari hingga pagi.

Jika anak Anda terus-menerus bernapas melalui mulut, mintalah bantuan dokter.

Hal itu dikarenakan, ada banyak penyebab pernapasan melalui mulut yang beberapa di antaranya memerlukan perhatian medis.

Dokter harus memeriksa anak Anda untuk menyingkirkan masalah serius.

5. Nutrisi atau pola makan

Melansir laman Raising Children, terkadang, bau mulut anak Anda tidak ada hubungannya dengan aktivitas mikroba.

Makanan dan sayuran tertentu seperti bawang putih, bawang bombay, dan rempah-rempah yang kuat dapat menimbulkan bau mulut tidak sedap.

Saat anak Anda mencerna dan menyerap makanan ini, molekul bau memasuki aliran darah dan dikeluarkan secara bertahap melalui paru-paru dan pernapasan.

Makanan berprotein tinggi seperti daging merah, ikan, dan keju bahkan bisa memperburuk bau mulut.

Bagaimana cara mengatasi bau mulut pada anak ini?

Jika napas anak Anda menjadi tak tertahankan, pertimbangkan untuk membatasi beberapa makanan bau ini.

6. Penyebab lainnya

Meski jarang terjadi, kondisi medis serius seperti penyakit paru-paru, diabetes tipe-1 dan diabetes tipe-2 pada kenyataannya tetap saja bisa menjadi penyebab bau mulut pada anak.

Masalah ginjal atau hati juga dapat menyebabkan bau mulut pada anak, tetapi ini juga jarang terjadi.

Bagaimana cara mengatasi bau mulut pada anak ini?

Jika Anda atau anggota keluarga Anda memiliki riwayat penyakit paru-paru, diabetes, penyakit ginjal, maupun penyakit hati, lebih baik beri tahu dokter saat memeriksakan anak.

Pasalnya, hal itu bisa memperbesar peluang anak mengalami penyakit serupa yang salah satunya bisa ditandai dengan gejala bau mulut.

Untuk mengatasi bau mulut karena kondisi medis ini, diperlukan penanganan pada faktor penyebabnya.

*Sumber: kompas.com

Senin, 09 November 2020

Tanda Kamu Perlu Break dari Media Sosial

 Senin, 09 November 2020 18:20:34

Tanda Kamu Perlu Break dari Media Sosial

Ketika kita memiliki waktu senggang, biasanya kita mengaktifkan ponsel dan membuka media sosial.

Berbagai unggahan dari teman dan kerabat pun kita lihat. Misalnya, seorang teman yang update status bahwa dia baru saja membeli mobil baru.

Scroll ke bagian bawah, kita menyaksikan rekan kerja kita membicarakan politik dan menyudutkan salah satu kubu.

Kemudian, ada juga unggahan dari tetangga kita yang menikmati liburan di tempat menawan.

Atau, saudara kita yang mengunggah foto di mana ia berhasil menurunkan berat badan lewat diet yang dijalaninya.

Semua unggahan itu dapat membuat kita frustasi akan banyak hal.

Kita mulai memikirkan karier yang tidak pasti, jengah dengan topik seputar politik, kesal tak dapat menikmati liburan, atau iri karena diet yang kita terapkan tidak berhasil.

Apa yang ditampilkan di media sosial semuanya tampak sempurna. Wajar jika kita merasa terpuruk setelah melihat berbagai unggahan dari teman atau kerabat kita dan membandingkan dengan kondisi kita.

Lalu, adakah cara untuk berhenti mengakses media sosial?

Terapis kesehatan perilaku Jane Pernotto Ehrman, MEd, RCHES, ACHT, menjelaskan cara memiliki hubungan sehat dengan media sosial, serta tanda kita perlu break atau berhenti bermain media sosial.

1. Sejauh mana media sosial bisa dikatakan sehat?

Media sosial memainkan peran besar dalam kehidupan manusia di era modern, dan banyak hal positif yang bisa didapat.

Selain itu, media sosial dapat menjadi sarana kita untuk terhubung dengan orang-orang yang jarang kita temui.

Akan tetapi, kita juga tahu media sosial bisa memicu depresi, kesepian, kecemasan, dan harga diri yang rendah.

Menurut studi yang diterbitkan di guilfordjournals.com, membatasi penggunaan media sosial hingga 30 menit sehari dapat memperbaiki kesehatan mental dan kesejahteraan.

Partisipan dalam studi tersebut melaporkan adanya penurunan depresi dan kesepian di saat mereka membatasi waktu berselancar di media sosial.

Masalahnya, ada banyak perbandingan yang terjadi di platform media sosial. Bagi beberapa orang, melihat caption atau unggahan foto tertentu bisa membuat mereka sedih.

"Media sosial menarik perhatian kita," kata Ehrman.

"Kita menilai, membandingkan, dan membayangkan apa yang kita lihat secara online, jadi kita tidak sepenuhnya menjalani hidup."

"Kita terjebak di dunia virtual yang tidak sama seperti apa yang terlihat," tambah dia.

Manfaat membatasi media sosial tidak langsung terlihat dalam semalam.

Dari studi yang diterbitkan di guilfordjournals.com, terungkap bahwa seseorang butuh waktu sekitar tiga minggu untuk mendapat keuntungan dari mengurangi paparan media sosial.

Kita tidak harus benar-benar berhenti bermain media sosial, tapi melakukan rehat atau detoksifikasi media sosial sementara waktu bisa jadi pertimbangan.

2. Detoksifikasi media sosial

Detoksifikasi media sosial pada dasarnya adalah berhenti sejenak dari media sosial.

Tentukan berapa lama kita membatasi akses media sosial, dan platform apa saja yang harus kita batasi.

Kita bisa mengumumkannya di media sosial supaya teman atau kerabat kita mengetahuinya.

Jika enggan melakukan hal tersebut, kita dapat langsung berhenti mengakses media sosial.

Detoksifikasi media sosial bisa berbagai macam, seperti menghapus salah satu aplikasi atau berhenti mengikuti akun yang membuat kita mempertanyakan harga diri kita.

Bisa jadi kita berusaha menghindari semua platform media sosial selama satu bulan.

Atau, kita tetap mengakses media sosial dalam waktu terbatas, yaitu 30 menit sehari.

"Menjauh dari media sosial adalah cara tepat untuk mendapatkan gambaran lebih baik tentang realita," kata Ehrman.

"Tindakan itu baik bagi kesehatan mental dan sosial kita, tetapi tidak harus selamanya. Intinya, kita menjadi lebih sadar akan realita."

3. Tanda kita perlu membatasi paparan media sosial

a. Tidak bisa berhenti membandingkan

Media sosial biasanya dianggap sebagai gambaran utama kehidupan seseorang.

Namun, jangan sampai hal itu membuat kita tidak mampu atau tidak puas dengan kehidupan kita.

Hal-hal negatif seperti perceraian, kesedihan, dan kesulitan juga terjadi di hidup mereka, namun tentu saja mereka tidak akan mengunggahnya.

Jika kita kesulitan menyadari tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, mungkin sudah saatnya kita istirahat dari media sosial.

b. Mulai menggulir media sosial tanpa sadar

Ada sesuatu tentang media sosial yang bisa menghibur, kata Ehrman.

Namun, jika kita mulai menggulir media sosial secara tidak sadar, itu bisa menandakan kita tenggelam dalam "gemerlap" media sosial.

c. Terganggu dengan unggahan yang kita lihat

Unggahan mengenai politik atau unggahan yang sifatnya berlebihan yang tampak di beranda kita bisa saja membuat kita kesal.

Atau, kita stres dengan apa yang kita lihat karena menggulir laman beranda terlalu jauh.

d. Panik tidak dapat memeriksa linimasa

Bisakah kita mengikuti rapat atau pergi membeli bahan makanan di toko tanpa kecemasan tidak bisa mengakses media sosial?

Apakah kita tidak sabar menulis tweet atau mengunggah status dan tidak dapat memikirkan hal lain di luar media sosial?

Jika jawabannya iya, maka kita perlu membatasi paparan media sosial.

e. Menggulir media sosial hingga lupa waktu

Satu studi menemukan, rata-rata orang menatap layar ponsel pintar mereka sebanyak 2.617 kali sehari, untuk menggulir media sosial, mengirimkan pesan, dan sebagainya.

Coba tanyakan kepada pasangan atau teman mengenai pendapat mereka tentang kebiasaan kita bermain media sosial.

f. Tidak dapat menikmati hidup tanpa mengunggah sesuatu

Kita tidak dapat lepas dari ponsel saat berada di pernikahan teman tanpa mengunggah gambar acara tersebut.

Kemudian, kita menghabiskan banyak waktu untuk memeriksa berapa likes yang sudah didapat dari gambar yang kita unggah.

g. Memeriksa media sosial saat bangun dan sebelum tidur

Satu studi menemukan, 80 persen pengguna ponsel pintar memeriksa ponsel mereka 15 menit setelah bangun.

Kebiasaan ini dikaitkan dengan peningkatan stres dan kecemasan, menyita waktu dan perhatian, bahkan bisa membuat kita terlambat ke kantor.

Melihat layar ponsel sebelum tidur juga terbukti merangsang otak, sehingga kita lebih sulit untuk tidur.

h. Media sosial tidak terasa menyenangkan

Memiliki akun media sosial dan aktif di dalamnya bukanlah kewajiban.

Platform media sosial dirancang agar menyenangkan, interaktif, dan sebagai sarana kita untuk terhubung dengan teman dan kerabat.

Jika kita menganggap media sosial tidak lagi menyenangkan, ada baiknya untuk mengurangi paparan media sosial.

Terkadang, linimasa kita berisi semua kegiatan menyenangkan yang dilakukan orang lain.

Kita pun sulit untuk mundur dan menyadari bahwa hidup tidak selalu menarik dan menyenangkan.

"Jika kita tidak berhati-hati, kita bisa terjebak dalam perasaan bahwa hidup kita tidak sebaik hidup orang lain," kata Ehrman.

"Tapi kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di balik itu."

4. Menggunakan media sosial dan ponsel dengan bijak

Ehrman menyarankan, kita perlu memiliki tujuan dalam menggunakan media sosial.

Ia merekomendasikan tips untuk menjaga kebiasaan kita dalam menggunakan media sosial dan ponsel kita, yaitu:

a. Lacak penggunaan media sosial

Unduh aplikasi atau ubah setelan untuk memberi tahu kita berapa banyak waktu yang habis dalam bermain media sosial setiap hari atau minggu.

Temukan platform apa yang paling sering kita gunakan dan tetapkan waktu untuk masing-masing platform.

Memiliki batasan waktu akan membantu kita menentukan berapa banyak waktu yang perlu kita kurangi.

b. Jadwalkan waktu untuk melihat media sosial

Tentukan kapan kita bermain media sosial dalam satu hari atau satu minggu.

Sebagai contoh, tentukan setiap Minggu pagi kita memeriksa akun media sosial dan melihat apa saja yang dilakukan teman-teman kita.

Atau, kita memutuskan untuk mengecek media sosial selama 10 menit setiap hari saat jam makan siang.

c. Letakkan karet gelang di sekitar ponsel

Trik ini tidak hanya membuat kita lebih berhati-hati saat menggunakan media sosial, namun juga membantu kita lebih memikirkan kebiasaan kita bermain ponsel.

Setiap kali kita menyentuh ponsel, ada penghalang fisik untuk mengingatkan kita agar berhati-hati menggunakannya.

d. Ganti layar kunci dengan gambar atau tulisan tertentu

Sederhananya, kita dapat mengatur tulisan atau gambar sebagai layar kunci (lock screen) ponsel kita.

Pilih kutipan atau gambar yang menginspirasi dan mendorong kita untuk melihat ponsel, bukan hanya saat kita merasa bosan.

Penyedia layanan kesehatan dan kebugaran tidak berhenti berbicara tentang mindfulness atau kesadaran penuh.

Terapkan mindfulness saat kita menggunakan ponsel dan media sosial, sehingga kita tidak perlu sering menggulir layar ponsel dan merasakan hidup yang sebenarnya.

*Sumber: kompas.com

Jumat, 06 November 2020

Awas, Menahan Bersin Bisa Sebabkan 7 Kondisi Berbahaya

Jum'at, 06 November 2020 17:27:30

Awas, Menahan Bersin Bisa Sebabkan 7 Kondisi Berbahaya

Bersin terjadi ketika tubuh merasakan ada sesuatu di dalam hidung, yang tidak seharusnya berada di sana.

Itu bisa saja berupa bakteri, kotoran, debu, jamur, serbuk sari, atau asap.

Hidung mungkin akan terasa geli atau tidak nyaman, dan tidak lama kemudian kita akan bersin.

Banyak dari kita yang tidak menyadari pemtingnya bersin.

Bersin membantu mencegah kita jatuh sakit atau cedera karena berbagai hal yang mungkin masuk ke dalam hidung.

Para illmuwan mengatakan, bersin membantu mengatur ulang suatu pengaturan di hidung agar menjadi normal kembali.

Pada beberapa momen, kita mungkin tergoda untuk menahan bersin.

Misalnya, ketika berada di tempat yang ramai, ketika sedang berbicara dengan orang lain, atau dalam situasi lainnya di mana bersin rasanya tidak tepat waktu.

Namun, penelitian menemukan bahwa menahan bersin bisa berbahaya bagi kesehatan, bahkan bisa menyebabkan komplikasi serius.

Mengapa demikian?

Dilansir Healthline, bersin dapat mengeluarkan tetesan lendir dari hidung dengan kecepatan hingga 160 km/jam.

Sangat kuat, bukan?

Alasannya, ketika bersin tubuh menghasilkan tekanan dalam sistem pernapasan, termasuk sinus, rongga hidung, dan tenggorokan ke paru-paru.

Dalam penelitian tahun 2016, para ilmuwan mengukur tingkat tekanan 1 pon-force per square inch (1 psi) di tenggorokan seorang perempuan yang sedang bersin.

Ketika seseorang mengembuskan napas dengan keras selama aktivitas berat, tekanan tenggorokannya ternyata jauh lebih kecil, hanya sekitar 0,03 psi.

Menahan bersin bisa meningkatkan tekanan di dalam sistem pernapasan hingga sekitar 5-24 kali lipat yang disebabkan oleh bersin itu sendiri.

Para ahli mengatakan menahan tekanan tambahan ini di dalam tubuh dapat menyebabkan potensi cedera serius. Beberapa di antaranya:

1. Gendang telinga pecah

Ketika menahan tekanan tinggi yang terbentuk di sistem pernapasan sebelum bersin, kita akan mengirimkan udara ke telinga.

Udara bertekanan ini mengalir ke tabung di masing-masing telinga yang terhubung ke telinga tengah dan gendang telinga, yang disebut tabung eustachius.

Para ahli mengatakan mungkin saja tekanan tersebut menyebabkan gendang telinga pecah dan menyebabkan hilangnya pendengaran.

Sebagian besar gendang telinga yang pecah dapat sembuh tanpa pengobatan dalam beberapa minggu, meskipun dalam beberapa kasus diperlukan pembedahan.

2. Infeksi telinga tengah

Bersin membantu membersihkan hidung dari segala benda yang seharusnya tidak ada di dalamnya, termasuk bakteri.

Secara hipotetis, pengalihan udara kembali ke telinga dari saluran hidung dapat membawa bakteri atau lendir yang terinfeksi ke telinga tengah, yang pada akhirnya menyebabkan infeksi.

Infeksi seringkali cukup menyakitkan.

Kadang-kadang infeksi telinga tengah bisa sembuh tanpa pengobatan, tetapi dalam beberapa kasus diperlukan antibiotik.

3. Kerusakan pembuluh darah

Menahan bersin bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada mata, hidung atau gendang telinga.

Para pakar mengatakan, kasus ini jarang terjadi namun bisa terjadi.

Peningkatan tekanan yang terjadi karena menahan bersin dapat menyebabkan pembuluh darah di saluran hidung terjepit dan pecah.

Cedera semacam ini biasanya menyebabkan kerusakan dangkal pada penampilan, seperti kemerahan di mata atau hidung.

 4. Cedera diafragma

Diafragma adalah bagian otot dada di atas perut.

Meskipun cedera ini jarang terjadi, dokter mengamati adanya kasus-kasus udara bertekanan yang terperangkap di diafragma, yang berdampak ke paru-paru pada orang yang menahan bersin.

Ini adalah cedera yang mengancam jiwa dan membutuhkan rawat inap segera.

Kasus yang lebih umum, kita mungkin merasakan sakit di dada setelah menahan bersin karena udara bertekanan ekstra.

5. Aneurisma

Menurut para ahli, tekanan yang disebabkan dari menahan bersin berpotensi menyebabkan pecahnya aneurisma otak.

Kondisi ini adalah cedera yang mengancam jiwa dan dapat menyebabkan pendarahan di tengkorak di sekitar otak.

6. Kerusakan tenggorokan

Para dokter menemukan setidaknya ada satu kasus di mana seseorang mengalami robekan di bagian belakang tenggorokannya karena menahan bersin.

Pria 34 tahun yang mengalami cedera ini dilaporkan mengalami rasa sakit yang luar biasa dan hampir tidak bisa berbicara atau menelan.

Dia mengatakan merasakan sensasi meletup di lehernya, yang kemudian mulai membengkak setelah dia mencoba menahan bersin dengan menutup mulutnya dan mencubit hidungnya pada saat bersamaan.

Ini adalah cedera serius yang membutuhkan penanganan medis segera.

7. Patah tulang rusuk

Beberapa orang, terutama orang dewasa yang lebih tua, melaporkan patah tulang rusuk akibat bersin.

Tapi, menahan bersin juga bisa menyebabkan patah tulang rusuk karena menyebabkan udara bertekanan tinggi yang dipaksa masuk ke paru-paru dengan tenaga kuat.

Mencegah bersin tanpa menahannya

Beberapa orang lebih sering bersin daripada yang lainnya karena lebih sensitif terhadap penyebab iritasi di udara.

Jika kamu salah satunya, bersin dapat diatasi dengan baik tanpa menahannya dengan menghindari hal-hal yang memicu bersin.
Pemicu ini biasanya mencakup hal-hal seperti debu, serbuk sari, jamur, hingga bulu hewan peliharaan.

Beberapa orang juga busa bersin saat melihat cahaya terang.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah bersin tanpa menahannya, antara lain:

- Mengobati alergi yang dialami.
- Melindungi diri dari paparan iritan di udara.
- Menghindari melihat langsung ke cahaya.
- Menghindari makan berlebihan.
- Menggunakan semprotan hidung homeopati.
- Meniup hidung, dan
- Menggelitik langit-langit mulut dengan lidah selama 5-10 detik.

*Sumber: kompas.com

Rabu, 04 November 2020

5 Tips untuk Segera Bangun Setelah Dengar Alarm

Rabu, 04 November 2020 17:40:52

5 Tips untuk Segera Bangun Setelah Dengar Alarm

Bangun pagi seringkali terasa sulit. Terlebih ketika pandemi Covid-19 memaksa kita bekerja dari rumah, dan membuat jadwal menjadi lebih tak teratur.

Padahal, pola tidur akan memengaruhi kesehatan mental dan fisik secara keseluruhan. Untuk itu, apabila ada gangguan tidur, maka masalah tersebut harus segera diatasi.

Aktivitas yang tak lagi terjadwal rapi, kelelahan atau memang kita bukan tipe ‘morning person’ bisa menyebabkan kesulitan di sepanjang hari.

Alih-alih langsung terbangun saat menyetel alarm pada malam sebelumnya, kita seringkali mengulur waktu dengan menekan tombol snooze.

Nah, demi mengatasi kendala bangun pagi ini, berikut beberapa tips yang mungkin bisa membantu kita.

1. Tidur lebih awal

Salah satu langkah pertama dan penting untuk bangun pagi adalah dengan tidur lebih awal pada malam hari sebelumnya.

Biasakan untuk tidur sebelum pukul 23.00, dan matikan semua gawai dan televisi sebelum tidur.

Hal ini bisa membantu kita untuk segera terlelap.

2. Biasakan diri

Ikuti aturan untuk tak langsung bangun setelah mendengar alarm selama 21 hari.

Menurut teori dari Maxwell Maltz, jika kita melakukan sesuatu secara rutin selama 21 hari, ini akan segera menjadi rutinitas baru.

Sehingga nantinya, kita tak akan lagi kesulitan untuk bangun di pagi hari, dan langsung bangkit dari tempat tidur sesaat setelah mendengar alarm.

3. Minumlah air sebelum tidur

Minum air yang cukup dan tetap terhidrasi secara otomatis akan mengaktifkan tubuh kita di pagi hari.

Proses alami tubuh akan terbiasa dengan itu, dan kita akan bangun dengan perasaan segar.

4. Tetapkan tujuan jangka pendek

Memiliki tujuan jangka pendek yang dapat dicapai membantu kita dalam memiliki pandangan yang positif.

Pikirkan hal kecil yang ingin kamu lakukan setiap pagi setelah bangun tidur yang akan menghibur kita.

Misalnya, menyiram tanaman, atau menghirup udara segar, sehingga kita akan menantikan momen bangun tidur di pagi hari.

5. Tempatkan alarm jauh dari tempat tidur

Dengan menempatkan alarm jauh dari ranjang, akan membuat kita harus bangun saat ingin menekan tombol snooze pada alarm.

Akibatnya, kita harus bangun dan tak lagi kembali pergi tidur dan bermalas-malasan.

*Sumber: kompas.com

Selasa, 03 November 2020

Cara Mengatasi Depresi pada Anak

Selasa, 03 November 2020 19:42:57

Cara Mengatasi Depresi pada Anak

Depresi pada anak sebenarnya memiliki gejala yang serupa dengan orang dewasa, tetapi terkadang terlihat dalam bentuk yang berbeda karena anak-anak terkadang belum memahami apa yang dialaminya.


Anak yang mengalami depresi tidak selalu terlihat sedih, tetapi juga dapat menjadi agresif dan mudah kesal.

Mengatasi depresi pada anak memiliki beberapa perbedaan dengan orang dewasa. Beberapa orang tua mungkin kebingungan mengenai bagaimana cara mengatasinya.

Namun sebagai orangtua, kita dapat menerapkan beberapa tips di bawah ini sebagai cara mengatasi depresi pada anak:

1. Mengasihi dan bersabar

Saat anak mengalami depresi, kelakuan dan suasana hati anak dapat berubah-ubah dan dapat membuat orang tua frustrasi serta marah.

Namun, orang tua harus selalu mengingat bahwa apa yang dilakukan dan dirasakan oleh anak merupakan bagian dari depresi.

Berusahalah untuk mengerti dan tidak memarahi anak. Menjaga hubungan yang positif dengan anak adalah salah satu kunci cara mengatasi depresi pada anak.

2. Meluangkan waktu bersama anak

Berkomunikasi dan meluangkan waktu dengan anak tidak hanya membantu orang tua untuk mengetahui apa yang anak alami, rasakan, dan pikirkan, tetapi juga dapat menjadi cara mengatasi depresi.

Meluangkan waktu bersama anak dapat menciptakan emosi dan suasana hati yang positif bagi anak. Kita bisa mengajak anak untuk bermain di wahana permainan, makan bersama anak, memasak bersama anak, dan sebagainya.

Tidak hanya dari sisi keluarga, orang tua juga perlu mendukung anak untuk bersosialisasi dengan teman-temannya.

3. Mengajarkan anak teknik-teknik relaksasi

Berbicara dan meluangkan waktu dengan anak dapat membantu anak untuk mengatasi stres yang dialami. Namun, orang tua juga perlu mengajari anak teknik-teknik relaksasi yang dapat membantunya mengatasi depresi yang dialami.

Beberapa teknik relaksasi yang dapat kita ajarkan ke anak adalah mindfulness, teknik pernapasan, visualisasi, dan relaksasi otot secara progresif (progressive muscle relaxation).

Selain itu, kita juga dapat membantu anak untuk memilah pemikiran negatif yang dialami dan mengubahnya menjadi pemikiran positif.

Selalu puji dan dorong anak saat anak melakukan cara mengatasi depresi yang dialami atau saat anak mengalami kemajuan.

4. Peka terhadap anak

Orang tua harus bisa peka terhadap kondisi yang dialami anak. orang tua perlu tahu kapan anak mengalami depresi dan selalu mendorong anak untuk mengekspresikan apa yang dirasakan dan dipikirkan dengan lembut.

Jangan pernah mengabaikan gejala-gejala depresi yang terlihat pada anak. Segera berkonsultasi dengan dokter dan ahli kesehatan mental jika anak mengalami atau kembali mengalami depresi.

5. Memenuhi kebutuhan anak

Cara mengatasi depresi juga perlu dilihat dari sisi fisik. orang tua perlu memastikan anak mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang, memiliki tidur yang cukup, dan berolahraga secara teratur.

Jika anak mengonsumsi obat untuk depresi, orangtua perlu memastikan anak tetap mengonsumsi obat yang telah diberikan.

6. Menjaga diri sendiri

Orang tua tidak boleh mengabaikan kesehatan fisik dan mentalnya karena jika orang tua memiliki kesehatan mental dan fisik yang terganggu, maka orang tua akan kesulitan dalam mengatasi depresi pada anak.

Mengenali depresi pada anak

Hal paling penting yang perlu dilakukan sebelum menerapkan cara mengatasi depresi pada anak adalah dengan mengenali tanda-tanda depresi pada anak.

Depresi bisa muncul berbeda-beda pada tiap anak dan biasanya hanya dianggap sebagai perubahan psikologis atau emosi yang normal yang dihadapi anak di masa pertumbuhan.

Umumnya, serupa dengan orang dewasa, ciri khas depresi pada anak adalah suasana hati yang sedih dan keputusasaan, tetapi pada kasus tertentu, anak yang depresi dapat menunjukkan perilaku marah atau meledak-ledak.

Beberapa gejala depresi pada anak yang dapat terjadi adalah:

- Penarikan diri secara sosial
- Mengeluhkan sakit fisik yang tidak kunjung sembuh meskipun sudah diobati
- Menangis atau berteriak-teriak
- Perasaan sedih dan keputusasaan yang tidak kunjung hilang
- Mudah kesal atau marah
- Nafsu makan yang menurun atau bertambah
- Kesulitan dalam berkonsentrasi
- Semakin sensitif terhadap penolakan
- Berkurangnya aktivitas di rumah ataupun luar rumah
- Pemikiran akan kematian atau bunuh diri
- Kesulitan untuk berpikir
- Kurang tidur atau tidur secara berlebih
- Merasa tidak berharga atau bersalah
- Kelelahan dan memiliki tingkat energi yang rendah

Apabila anak mengalami gejala-gejala di atas, terutama ketika terdapat pemikiran mengenai bunuh diri, segera konsultasikan dengan psikolog, psikiater, ataupun konselor.

*Sumber: kompas.com

Minggu, 01 November 2020

Balita Muntah: Mana yang Normal, Mana yang Berbahaya

Minggu, 01 November 2020 17:17:40

Balita Muntah: Mana yang Normal, Mana yang Berbahaya

Muntah merupakan terjadinya pengeluaran kembali sebagian atau seluruh isi lambung, yang terjadi setelah makanan agak lama masuk ke dalam lambung. Muntah sering ditemui pada bayi dan balita dan dapat bersifat berbahaya maupun tidak berbahaya. Muntah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

Infeksi saluran pencernaan: atau biasa disebut gastroenteritis, dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit. Selain muntah, infeksi pada saluran pencernaan ini juga dapat mengakibatkan diare.

Gastroenteritis merupakan penyebab muntah yang paling sering terjadi pada anak. Pada kasus gastroenteritis, muntah-muntah biasanya akan berlangsung selama beberapa hari.Keracunan makanan: jika anak Anda tidak sengaja menelan sesuatu yang bersifat racun, atau memakan makanan yang sudah buruk kualitasnya, maka tidak menutup kemungkinan terjadinya keracunan makanan yang dapat menyebabkan demam serta muntah.

Alergi makanan: sesaat setelah mengonsumsi makanan yang menimbulkan alergi, anak dapat mengalami gejala seperti mual, muntah, hingga sakit di bagian perut.Infeksi dan penyakit lain: adanya infeksi di bagian lain seperti infeksi telinga dan infeksi saluran kemih, terjangkit flu, hingga pneumonia dan meningitis juga dapat memicu terjadinya muntah pada anak.

Kecemasan berlebih dan stress: muntah tidak hanya dapat dipicu oleh faktor fisik saja melainkan juga oleh faktor psikologis. Kecemasan yang berlebihan misalnya saat anak Anda menghadapi hari pertama sekolah, atau ketakutan berlebihan pada sesuatu juga dapat memicu muntah pada anak.

Muntah atau regurgitasi?

Muntah dapat dibedakan dari regurgitasi, atau yang biasa kita kenal dengan sebutan gumoh, dan sering terjadi pada anak usia 4-6 bulan karena kerja sistem pencernaan yang belum sempurna. Regurgitasi merupakan keadaan di mana anak mengeluarkan kembali sedikit makanan atau susu yang baru saja diminumnya. Regurgitasi bersifat pasif, artinya tidak membutuhkan usaha dan paksaan dari anak. Ini berbeda dengan muntah yang terjadi secara aktif dimana terjadi paksaan untuk mengosongkan isi lambung.

Regurgitasi dapat terjadi karena anak terlalu kenyang, posisi anak yang kurang tepat saat menyusui, udara yang ikut masuk saat menyusu, serta terburu-buru saat menghisap susu. Namun jika regurgitasi terjadi lebih dari empat kali sehari dan tidak hanya sesaat setelah makan tetapi juga terjadi saat tidur, maka hal tersebut perlu diperhatikan.

Muntah yang normal

Meski menimbulkan kepanikan, sebenarnya sebagian besar penyebab muntah pada anak cenderung tidak berbahaya.  Misalnya bayi yang baru lahir akan sering muntah di minggu-minggu pertama karena ia masih membiasakan diri dengan makanan yang masuk. Menangis dan batuk yang berlebihan juga dapat memicu refleks muntah. Anak Anda juga mungkin sedang membiasakan diri dengan porsi makannya yang baru, sehingga bisa kemudian muntah karena terlalu kenyang.

Lalu keadaan seperti apa yang menandakan bahwa sebenarnya keadaan anak Anda tergolong normal?

Anak Anda tidak demam tinggiAnak Anda masih mau makan dan minumAnak masih bisa bermain, tidak rewel berlebihanAnak masih responsifGejala dan efek muntah mereda setelah 6-24 jamTidak ada darah dan cairan empedu (biasanya berwarna kehijauan) pada muntahan anak Anda

Lalu bagaimana muntah yang harus diwaspadai?

Meski kebanyakan muntah adalah normal, Anda tetap harus waspada dan memperhatikan setiap anak muntah, karena jika diiringi beberapa gejala berikut ini, artinya mungkin ada masalah lain yang lebih serius.

Anak lemas dan tidak responsifKulit menjadi pucat dan dinginAnak kehilangan nafsu makan dan menolak makan timbul gejala dehidrasi seperti mulut kering, menangis tapi tidak mengeluarkan air mata, dan buang air kecil tidak sesering biasanyaMuntah lebih dari tiga kali dalam 24 jam atau berlangsung selama lebih dari tiga hari dan disertai demam, muntah dan diare secara bersamaanSakit pada perut yang tidak tertahankan serta muncul pembengkakan pada perut ada substansi darah atau cairan empedu pada muntahannya. Nafas menjadi pendek-pendek

Jika keadaan seperti di atas muncul, Anda harus mempertimbangkan memeriksakan anak Anda ke dokter. [lis]

Sumber: hallosehat.com