Pages

Sabtu, 13 November 2021

Bayi Terlalu Sering Digendong Bikin Manja, Benarkah?

Sabtu, 13 November 2021 19:06:37

Bayi Terlalu Sering Digendong Bikin Manja, Benarkah?

 

 

 

 

 

 

 

Banyak orang menganggap bayi yang sering digendong akan menyebabkan bau tangan, istilah untuk bayi manja dan sering menangis minta digendong. Benarkah?

Menjawab pertanyaan ini, Dokter Spesialis Anak dr. Nofianty Nicolas Sp. A, mengatakan bahwa itu adalah hoaks.

Menurut dr. Nofiyanty dalam acara webinar Parenting Canggih untuk Ibu Canggih: Bedah Hoax Kesehatan, beberapa waktu yang lalu, justru bayi seharusnya lebih banyak dipeluk dan digendong. Tujuannya, agar ikatan batin antara ibu dan anak semakin terjalin.

“Ternyata, sentuhan pada bayi yang baru lahir dan sudah beberapa bulan, itu akan menstimulasi dan merangsang perkembangan bayi,” ungkap dr. Nofiyanty.

“Jadi kalau bayi nangis, ya digendong. Kalau nggak nangis, ya jangan digendong,” tambahnya.

Jadi, tak perlu takut sering menggendong bayi. Selain manfaat yang diungkap dr. Nofiyanty di atas, ada pula manfaat lain menggendong bayi yang perlu Anda tahu, dikutip dari Klik Dokter.

1. Bisa mengurangi stres pada ibu

Sebuah penelitian yang terbit di American Academy of Pediatrics menyebutkan bahwa kontak kulit ke kulit dapat mengurangi stres bagi ibu. Sementara itu, para peneliti dari Children’s National Health System mengukur tingkat stres wanita sebelum dan sesudah mereka menggendong bayi selama satu jam. Dan hasilnya, tingkat stres turun signifikan.



2. Membantu bayi mengatur suhu tubuh

Menggendong bayi dengan sentuhan kulit ke kulit dapat membantu bayi mengatur dan menstabilkan suhu tubuh mereka dan membantu menjaga bayi tetap hangat.

3. Mampu melancarkan dalam menyusui

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan kontak kulit langsung dengan tingkat inisiasi menyusui. Penelitian menunjukkan bahwa menggendong bayi sangat berpengaruh terhadap berapa lama wanita menyusui bayinya.

Tak hanya itu, kontak kulit ke kulit dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah laktasi pada wanita, setelah beberapa minggu atau beberapa bulan pasca melahirkan.

4. Mengurangi rasa sakit pada bayi

Sentuhan ibu berpotensi menjadi obat penghilang rasa sakit yang paling kuat. Bahkan, menurut penelitian yang terbit di Pediatrics pada tahun 2000, menemukan bahwa bayi yang lahir dan dipeluk erat oleh ibunya lebih sedikit menangis. Dan bayi yang dipeluk oleh ibunya memiliki detak jantung yang lebih santai.

*Sumber: suara.com


Kamis, 11 November 2021

Hati-hati, Kebiasaan Tidur Terlalu Lama Bisa Tingkatkan Risiko Stroke Lho

Kamis, 11 November 2021 18:50:30

Hati-hati, Kebiasaan Tidur Terlalu Lama Bisa Tingkatkan Risiko Stroke Lho

 

 

 

 

 

 

 

 

Jika Anda salah satu orang yang suka menghabiskan waktu untuk tidur atau kebiasaan tidur terlalu lama, maka berhati-hatilah.

Kurang tidur memang berpengaruh pada kesehatan, tapi tidur berlebihan juga tidak baik.

Umumnya, semua orang disarankan untuk tidur setidaknya 6 hingga 8 jam setiap harinya guna menjaga fungsi tubuh yang sehat. Tapi, ada baiknya Anda tidak tidur lebih lama dari itu.

Tidur terlalu lama atau tidur berlebihan bisa mengindikasikan masalah kesehatan. Kebiasaan tidur berlebihan ini bisa meningkatkan risiko stroke tanpa disadari.

Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang tidur lebih dari 8 jam setiap hari berisiko menderita stroke dibandingkan orang yang tidur tepat antara 6 hingga 8 jam setiap hari.

Sebab dilansir dari Times of India, gaya hidup yang tidak banyak bergerak ini bisa membuat orang-orang usia 25 tahun meninggal akibat serangan jantung yang biasanya disebabkan oleh stroke.

Para ilmuwan telah mengevaluasi risiko stroke di antara 32 ribu orang dengan rata-rata 62 dalam edisi online jurnal Neurology, jurnal medis American Academy of Neurology pada 11 Desember 2019.



Para ilmuwan menghubungkan tingkat stroke dengan pola tidur yang dilaporkan oleh setiap peserta studi. Secara umum, stroke bisa terjadi ketika aliran darah ke bagian otak terganggu atau berkurang, yang menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.

Berdasarakan hasil penelitian ini, orang yang tidur lebih dari 9 jam per malam 23 persen berisiko mengalami stroke dibandingkan orang yang kurang tidur dari 8 jam per malam.

Selanjutnya, orang yang tidur siang setidaknya 90 menit memiliki risiko terserang stroke sebesar 25 persen dibandingkan mereka yang tidur siang kurang dari 30 menit.

Sedangkan, orang yang tidur lebih lama tetapi memiliki kualitas yang buruk berisiko 82 persen lebih tinggi terkena stroke. Selain itu, masalah tidur juga akan lebih sering terjadi setelah stroke.

Lebih dari setengah penyintas stroke mengalami kesulitan tidur pada bulan-bulan berikutnya.

Hal ini bisa mengganggu proses pemulihan, sehingga membuat mereka lebih melankolis dan mengalami masalah memori.

Di sisi lain, tidur berlebihan juga bisa meningkatkan kadar kolesterol yang menyebabkan penambahan berat badan dan meningkatkan risiko stroke.

*Sumber: suara.com


Jumat, 05 November 2021

Studi: Kesepian dan Kelaparan Hasilkan Respons Serupa di Otak

Jum'at, 05 November 2021 18:57:23

Studi: Kesepian dan Kelaparan Hasilkan Respons Serupa di Otak

 

 

 

 

 

 

 

Otak orang kesepian merespons gambar sosial seperti otak lapar menanggapi gambar makanan. Hal ini dinyatakan dalam studi yang terbit pada Nature Neuroscience yang menunjukkan bahwa interaksi sosial mungkin sama mendasarnya dengan makanan dalam kehidupan sehari-hari.  

Melansir dari Insider, para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Salk Institute memindai otak dari 40 orang dewasa muda yang sehat setelah 10 jam berpuasa atau dalam isolasi sosial.

Mereka menemukan bahwa setelah kesepian, respons neurologis peserta terhadap isyarat sosial mirip dengan orang lapar yang bereaksi terhadap makanan. Dalam hal ini area tertentu di otak yang terkait dengan mengidam diaktifkan.

Untuk orang yang terisolasi, gambar orang yang tertawa bersama menyebabkan reaksi area otak yang sama menyala seperti saat orang lapar melihat sepiring besar pasta.

"Hal ini menunjukkan bahwa otak menganggap interaksi sosial sebagai kebutuhan dasar, sama seperti tubuh membutuhkan makanan untuk bertahan hidup," kata Julianne Holt-Lunstad, seorang profesor psikologi dan ilmu saraf di Universitas Brigham Young yang tidak berafiliasi dengan penelitian tersebut.



"Sama seperti rasa lapar, sensasi tak menyenangkan ini memotivasi Anda untuk mencari makan dan rasa haus memotivasi untuk mencari air, sementara kesepian adalah kebutuhan biologis yang memotivasi kita untuk terhubung kembali dengan orang lain," kata Holt-Lunstad kepada Insider.

Namun di sisi lain, peneliti juga terkejut menemukan bahwa orang-orang yang kesepian menjadi lebih fokus pada kebutuhan bersosialiasai dan kurang reaktif terhadap kelaparan.

Saat kesepian mereka meningkat, mereka menjadi kurang responsif terhadap gambar makanan. Studi juga menunjukkan bahwa orang yang lapar kurang responsif terhadap gambar bersosialisasi.

Temuan terbaru ini menunjukkan bahwa hubungan antara makanan dan kesepian mungkin lebih rumit daripada yang kita duga. Oleh karena itu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami cara-cara kompleks orang mengatasi kesepian.

*Sumber: suara.com


Kamis, 04 November 2021

Catat! 4 Hal Perlu Diketahui Orangtua Untuk Menghibur Anak

 Kamis, 04 November 2021 18:30:47

Catat! 4 Hal Perlu Diketahui Orangtua Untuk Menghibur Anak


 

 

 

 

 

 

 

Saat anak sedih, kesepian atau putus asa, banyak orangtua akan mencari cara yang tepat untuk meembuatnya senang. Terkadang, gerakan seperti menghangatkan adalah cara terbaik untuk membuatnya merasa dicintai dan dilindungi.

Orang-orang secara tidak sadar mengasosiasikan kehangatan fisik dengan kehangatan emosional. Kaitan ini mengingatkan kembali pada masa bayi, ketika seseorang belajar menghubungkan kehangatan dipeluk dan diberi makan oleh orangtuanya dengan perasaan aman dan diperhatikan.

Nah, jika masih bingung bagaimana caranya, ada baiknya perlu meyakinkan anak dengan salah satu cara menenangkan sederhana ini, antara lain:

1. Nyalakan thermostat

Suhu yang hangat membuat anak-anak merasa lebih dekat dengan orang-orang yang bersama dengannya. Hubungan tidak sadar antara suhu hangat dan kehangatan emosional terbentuk begitu awal dalam kehidupan.

2. Sajikan sup atau cokelat panas

Secara rasional, tidak masuk akal bahwa minum atau memegang sesuatu yang hangat dapat mempengaruhi perilaku kita, tetapi ada hubungan kuat antara tubuh dan pikiran yang berperan dalam semua cara yang berbeda ini.

3. Memberinya bantal hangat.

Ahli saraf telah menemukan bahwa bagian otak yang disebut insula aktif sebagai respon terhadap kedua jenis kehangatan, misalnya ketika seseorang menyentuh bantal hangat. Menurut Dr. Bargh dan rekannya juga menemukan bahwa bagian spesifik yang berbeda dari insula menjadi aktif baik ketika seseorang memegang sesuatu yang dingin atau ketika diperlakukan dengan dingin atau dikhianati oleh seseorang.

4. Simpan strategi kecil untuk diri sendiri

Pemanasan akan membuat anak merasa lebih baik setelah melewati hari buruk. Cukup dengan memberinya pelukan dan katakan bahwa kamu mencintainya dan merindukannya sepanjang hari.

Hal sederhana itulah yang dapat menenangkan anak saat sedang merasa dirinya tidak baik. Dengan kehangatan yang diberikan orang tua, tentu anak akan terasa nyaman dan terhibur.

*Sumber: suara.com