Pages

Selasa, 31 Maret 2020

4 Hal yang Bisa Dilakukan agar Tak Kepikiran soal Masa Lalu Pasangan

Selasa, 31 Maret 2020 18:11:03

4 Hal yang Bisa Dilakukan agar Tak Kepikiran soal Masa Lalu Pasangan

Kita tidak pernah benar-benar tahu masa lalu seseorang, bahkan pasangan kita sendiri. Namun ada satu titik dalam sebuah hubungan di mana kamu mengetahui tentang masa lalu pasangan kamu bersama mantan kekasihnya yang mungkin saja membuatmu merasa tidak nyaman.

Meski demikian, sebisa mungkin untuk tidak membiarkan sejarah pasanganmu bersama mantan kekasihnya mengganggu kamu, meskipun wajar-wajar saja kamu merasa tidak nyaman atau bahkan cemburu terhadap hubungan masa lalunya.

Namun, jika kamu masih berharap untuk membangun hubungan yang bahagia dan penuh cinta bersama si dia, maka sangat penting untuk melupakan masa lalunya dan fokus pada masa kini. Oleh karena itu, ikuti tips-tips berikut dilansir dari Your Tango.

Terima Kenyataan

Mungkin sebelumnya pasangan kamu pernah memiliki beberapa hubungan. Namun ingat bahwa itu semua hanyalah masa lalunya dan kini dia lebih memilih bersama kamu.

Sesering mungkin kamu mencoba menghilangkan rasa penasaran berapa banyak mantan yang ia miliki. Penting untuk menerima fakta kamu bukanlah satu-satunya yang menjadi orang spesial, meskipun yang lainnya sekarang berstatus "pernah spesial".

Jika pikiran itu benar-benar mengganggu, maka ingatkan diri kamu bahwa masa lalu telah usai dan tidak dapat diubah lagi. Apa pun yang terjadi dengan mantan pasangan kamu terjadi jauh sebelum ada kamu di kehidupan dia.

Tanya Langsung

Terkadang beberapa hal lebih baik tidak kita ketahui. Namun jika itu membuat kamu overthinking atau merasa banyak pertanyaan yang belum terjawab oleh pasanganmu tentang masa lalunya, maka bicarakan dengannya tentang apa yang mengganggu pikiran kamu.

Daripada membiarkan pikiran kamu berputar di luar kendali, penting untuk memberi tahu dia bahwa kamu ingin melupakan masa lalunya, tetapi kamu perlu beberapa jawaban untuk melakukannya.

Karena masa lalu pasangan kamu bukan urusan kamu, ia tidak wajib berbagi semua detailnya, lagi pula juga dia tidak akan nyaman menceritakannya. Namun, jika kamu mengajukan pertanyaan dengan berhati-hati dan masih dalam batas wajar, maka kemungkinan dia akan lebih terbuka.


Hargai Perasaan Pasanganmu

Jika pasangan kamu terbuka kepada kamu dan memberi tahu segala cerita yang seharusnya tidak perlu diceritakan, maka penting untuk tetap tenang dan hargai keputusan dia. Jika kamu membuatnya menyesal memberi tahu kamu, maka kemungkinan dia tidak akan begitu terbuka lagi di masa selanjutnya. Sekali lagi, jangan panik jika kamu mengetahui sesuatu yang tidak kamu sukai dari hubungan masa lalunya dan jangan bereaksi berlebihan.

Karena apa pun yang ia lakukan di masa lalunya adalah sebelum kamu berada dalam hidupnya, kamu tidak boleh menghukumnya karena perilaku atau keputusannya di masa lalu. Terobsesi dengan masa lalunya tidak akan membuat kamu merasa lebih baik tentang diri sendiri atau hubungan kamu dengan dia.

Biarkan dan Lupakan

Tidak peduli seberapa kamu kecewa terhadap masa lalu pasanganmu dan mantannya, kamu tidak dapat mengubahnya dan memikirkannya tidak akan membuatnya berubah. Bahkan, semakin kamu membiarkan rasa cemburu menggerogoti kamu, semakin jauh kesempatan kamu untuk menciptakan kenangan bersama pasangan kamu. Jangan biarkan momen itu sia-sia!

Setiap kali kamu tiba-tiba merasa sedih setelah mengetahui masa lalunya, paksa diri kamu untuk memikirkan atau melakukan sesuatu yang lain. Menyibukkan diri akan membuatmu fokus pada diri sendiri dan menjauhkan pikiran negatif.

Jika kamu masih saja marah karena masa lalunya, tanyakan pada diri kamu, apakah kamu sendiri tidak memiliki rahasia kecil yang tidak ingin dia ketahui.

*Sumber: kumparan.com

Senin, 30 Maret 2020

Kehabisan Masker Sekali Pakai, Bolehkah Pakaikan Anak Masker Kain?

Senin, 31 Maret 2020 17:09:58

Kehabisan Masker Sekali Pakai, Bolehkah Pakaikan Anak Masker Kain?

Merebaknya virus corona di Indonesia, masker sekali pakai pun menjadi barang yang paling banyak dibeli. Padahal menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, masker hanya untuk orang sakit dan petugas medis saja lho, Moms.

Lantas, jika persediaan masker sekali pakai di rumah habis, bolehkah pakaikan anak masker kain? Dokter Spesialis Anak, dr. Madeleine Ramdhani Jasin, SpA mengatakan, bila bicara tentang bukti ilmiahnya, belum ada bukti bahwa masker kain bisa menangkal atau melindungi anak dan orang dewasa dari virus seperti corona.

"Tapi CDC (Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat), mengatakan bahwa masker kain sebenarnya bisa menjadi upaya terakhir bagi Anda yang tidak mempunyai masker sama sekali. Masker kain boleh digunakan sebagai usaha terakhir ketika krisis masker sekarang ini. Namun bukti ilmiah tentang mencegah virus itu belum ada," ujarnya saat Live Instagram "Penggunaan Masker yang Tepat" di @/idai_ig, yang kumparanMOM ikuti baru-baru ini.
Anak dan ibu gunakan masker untuk lindungi diri dari polusi udara.

Perlu diingat, penggunaan masker pun ada aturannya. Dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Puri Cinere, Depok, Jawa Barat ini menjelaskan, praktik ideal penggunaan masker adalah setiap 4 jam sekali harus ganti. Apalagi jika sudah basah, terkena kotoran, dan lain sebagainya, wajib diganti. Meski begitu, tentu ada pengecualian untuk kondisi kelangkaan masker saat ini.

"Kalau kondisi sekarang, kita ada anjuran extended use yakni boleh digunakan sampai 8 jam dan maksimalnya itu 1 hari. Tapi harus diperhatikan kondisi masker tersebut, seperti tidak basah, tidak kotor atau rusak," kata dr. Madelaine.

Ia menyarankan bila Anda ingin menggunakan masker itu kembali untuk anak, ada beberapa cara aman yang bisa Anda lakukan. Pertama, setelah pakai masker, lipat masker dengan bagian dalam atau yang berwarna putih terlipat ke dalam. Kedua, masukkan masker ke dalam kantong atau di simpan di dalam plastik.

Ketiga, cuci tangan dengan bersih setelah meletakkan masker dan lakukan aktivitas seperti biasa. Keempat, bila ingin menggunakan masker kembali, cuci tangan dulu, lalu ambil masker dari kantong atau plastik. Pegang tali masker dan gunakan seperti biasa. Kelima, cuci tangan lagi ya, Moms.

*Sumber: kumparan.com

Minggu, 29 Maret 2020

Pandemi Corona, Ini Cara Tingkatkan Imunitas Tubuh

Minggu, 29 Maret 2020 17:32:01

Pandemi Corona, Ini Cara Tingkatkan Imunitas Tubuh

Selama pandemi virus corona seperti sekarang, berbagai langkah perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan.

Pemerintah menganjurkan untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), mengikuti pedoman social distancing atau jarak sosial, mencuci tangan dengan benar, dan tinggal di rumah.

Tapi memperkuat sistem kekebalan atau imunitas tubuh juga perlu. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain olahraga, meditasi, manajemen tidur, dan manajemen stres.

Dilansir CNN Health (27/3/2020), aktivitas fisik dapat membantu mengeluarkan bakteri dari paru-paru, mengurangi kemungkinan terkena flu, dan penyakit lainnya.

Pendiri Browningsfitness MaryAnn Browning menjelaskan olahraga juga mengurangi kadar hormon stres di tubuh, seperti hormon adrenalin dan kortisol.

Kadar hormon stres yang lebih rendah dapat melindungi dari penyakit.

"(Olahraga) juga merangsang produksi endorfin, bahan kimia di otak yang merupakan obat penghilang rasa sakit alami dan pengangkat suasana hati," kata Browning.

Beberapa olahraga saat corona yang bisa dilakukan di rumah menurut rekomendasi Browning antara lain:

Olahraga menggunakan satu set resistance band (alat untuk latihan kekuatan otot). Ini dapat digunakan untuk punggung, bisep, trisep, bahu, dan kerja kaki.

Untuk memperkuat otot glute dan mencegah cedera lutut serta punggung bisa menggunakan looped band atau pita melingkar yang mengelilingi betis/paha.

Sementara itu untuk latihan kardio di rumah, direkomendasikan gerakan jumping jacks, high knees, butt kicks, burpees dan switch jumps. Masing-masing dilakukan selama 15 detik. Kemudian ulangi lintasan melingkar itu 5-10 kali, tergantung kebutuhan.

Lakukan juga hal-hal yang membuat hati senang seperti menari, yoga, dan lainnya. [lis]

Sumber: kompas.com

Jumat, 27 Maret 2020

4 Hal yang Harus Diketahui Sebelum Berjemur di Bawah Sinar Matahari

Jum'at, 27 Maret 2020 17:39:58

4 Hal yang Harus Diketahui Sebelum Berjemur di Bawah Sinar Matahari

Pemerintah Indonesia tengah mengimbau masyarakat untuk melakukan social distancing dan juga work from home (WFH). Imbauan ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus corona.

Karena diimbau untuk berkegiatan dan melakukan segala aktivitas di dalam rumah, maka tubuh pun otomatis akan kekurangan asupan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Padahal, vitamin D adalah salah satu vitamin larut lemak yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan, salah satunya dalam meregulasi sistem imun.

Nah, salah satu cara untuk bisa meningkatkan asupan vitamin D dalam tubuh adalah dengan rutin berjemur di bawah sinar matahari. Meski kegiatan berjemur ini menjadi aktivitas yang sangat familiar dan sering dilakukan masyarakat, namun ternyata masih ada saja orang yang belum paham mengenai aktivitas tersebut. Padahal, jika aktivitas ini dilakukan dengan benar, maka akan mendatangkan banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. 

Lalu, hal-hal apa sajakah yang harus kita perhatikan sebelum berjemur di bawah sinar matahari? Simak informasinya berikut ini.

1. Berjemur di pukul 10 pagi

Banyak orang beranggapan bahwa waktu ideal untuk berjemur adalah pukul 07.00 WIB, dengan pertimbangan bahwa di waktu tersebut sinar matahari belum terlalu terik sehingga tidak menyengat di kulit. Namun sayangnya, pemahaman tersebut kurang tepat dan keliru.

Menurut dr. Indah Widyasari, SpKK, dokter kulit yang bekerja di klinik Bamed Skin Care Menteng, Jakarta, waktu ideal yang disarankan untuk berjemur di bawah sinar matahari adalah sekitar pukul 10. Menurutnya, waktu tersebut memiliki intensitas sinar UVB yang sangat tinggi sehingga bisa bermanfaat untuk tubuh.

“Sinar matahari yang dibutuhkan oleh tubuh itu kan mengandung sinar ultraviolet B (UVB), sebab sinar UVB ini bisa meregulasi dan mem-booster sistem imun dalam tubuh. Sebenarnya intensitas sinar UVB ini bisa didapatkan dari pukul 11 hingga 1 siang. Namun, karena rentang waktu itu lagi tinggi-tingginya dan sinar mataharinya juga cukup menyengat, maka kita bisa mengambil rentang waktu di bawahnya yaitu pukul 10 pagi,” ungkap dr. Indah saat dihubungi kumparanWOMAN pada Kamis (26/3).

2. Lama waktu berjemur sekitar 10-15 menit

Waktu untuk menyerap sinar matahari ternyata sangat berpengaruh terhadap jumlah vitamin D yang dihasilkan oleh tubuh. Karena itulah, dr. Indah menyarankan kita untuk berjemur sekitar 10-15 menit.

“Tapi kalau ada orang yang memiliki kulit sensitif dan rentan terbakar saat terpapar sinar matahari, jadi usahakan jangan lama-lama, 10 menit saja sudah cukup,” lanjutnya.

3. Lakukan 3 kali dalam seminggu

Selain disarankan untuk berjemur dalam waktu 10-15 menit, dr. Indah juga menyarankan kita untuk melakukan aktivitas ini secara rutin, yaitu dalam seminggu tiga kali.

Selain itu, dr. Indah juga tidak menyarankan agar seluruh tubuh untuk terkena sinar matahari. Menurutnya, cukup area-area tertentu saja yang terkena paparan matahari, seperti area punggung, tangan, lengan, kaki, wajah, hingga leher. “Kalau ada perempuan yang takut kalau misalnya kena flek kalau wajahnya terpapar sinar matahari, maka cukup bagian tangan sama kaki saja (yang terkena sinar matahari),” tambahnya.

4. Memahami penggunaan tabir surya

Kita memang seringkali diingatkan untuk mengenakan sunscreen atau tabir surya di wajah untuk melindungi kulit dari paparan langsung sinar matahari. Namun, menurut dr. Indah penggunaan tabir surya ini tidak disarankan saat Anda hendak berjemur, terutama di bagian tubuh yang ingin dipaparkan di bawah sinar matahari. “Sunblock itu kan sifatnya menangkal sinar matahari ya, sehingga manfaat yang akan didapatkan tubuh akan kurang maksimal. Sehingga, bisa saya katakan kalau tujuan untuk berjemur adalah untuk menyerap sinar matahari, maka penggunaan sunblock tidak disarankan,” tutup dr. Indah. Selain itu dr. Indah juga mengingatkan jika kita takut terkena flek wajah akibat sinar matahari, maka cukup paparkan bagian tangan dan kaki saja.

*Sumber: kumparan.com

Kamis, 26 Maret 2020

Awas! lima hal ini bisa menurunkan imun tubuh

Kamis, 26 Maret 2020 18:02:18

Awas! lima hal ini bisa menurunkan imun tubuh 

Imun tubuh yang kuat menjadi salah satu senjata utama dalam memerangi infeksi virus corona.

Anda mungkin mendengar banyak anjuran yang diberikan untuk memperkuat sistem imunitas tubuh. Misalnya, dengan memperbanyak makan sayuran, buah-buahan dan gandum utuh.

Namun, kita juga harus memerhatikan beberapa kebiasaan umum yang bisa memperlemah sistem daya tahan tubuh kita di tengah pandemi global ini. Apa saja?

1. Stres

Khawatir dengan situasi sekitar adalah hal yang wajar. Kamu juga mungkin merasakan stres dari hal-hal lainnya yang terjadi dalam hidup.

Namun, jika kekhawatiran dan stres itu sudah berdampak pada hal-hal kecil di sekitarmu, maka saatnya kamu mengubah kebiasaan itu.

Sebab, ketika stres dan panik tubuh akan melepaskan kortisol ke aliran darah. Kondisi ini bisa menekan sistem imun pada tubuh dan membuatmu menjadi lebih rentan terhadap penyakit.

Jika kamu berada ada situasi stres, cara terbaik adalah mencoba keluar dari situasi tersebut dan lakukan meditasi untuk menenangkan syarafmu.

2. Pola hidup tidak aktif

Berada pada masa social distancing bahkan lockdown seharusnya tidak menjadi alasan untuk melewatkan olahraga. Pola hidup tidak aktif bisa mengancam sistem daya tahan tubuh.

Namun olahraga berlebih juga bisa merusak sistem imun. Jadi. Cobalah dan temukan keseimbangan di antaranya. Videeo dan informasi tentang olahraga bisa dengan mudah kita temukan di internet.

Kita juga bisa mengaplikasikannya di rumah, bahkan di dalam kamar. Untuk memulai, kamu bisa mencoba melakukan peregangan dan yoga.

3. Begadang

Bisa dipahami jika masa isolasi memberikan waktu luang lebih banyak bagi sebagian orang untuk bermalas-malasan atau menonton serial favorit.

Tak jarang beberapa orang begadang hingga dini hari untuk menghabiskan serial yang tengah ditontonnya. Meski begitu, perlu diketahui bahwa kita memerlukan tidur 6-8 jam sehari.

Sebab, tubuh juga memerlukan waktu membangun keluatan untuk mengatasi peradangan dan infeksi selama kita tidur. Durasi tidur memang berbeda bagi setiap orang. Namun, ketika tubuh sudah menunjukkan tanda-tanda kelelahan, kamu sebaiknya beristirahat.

Untuk membantumu lebih mudah tidur di malam hari, simpanlah peralatan digital apapun satu jam sebelum tidur.

4. Merokok

Rokok tidak baik untuk tubuh. Selain merusak paru-paru, merokok juga mengacaukan sistem kekebalan tubuh dan membuatmu lebih rentan terserang flu dan infeksi virus lainnya.

Nikotin dapat meningkatkan kadar kortisol yang membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi. Merokok juga dapat menurunkan kadar antioksidan pelindung dalam darah.

Menurut Harvard Health Publishing, cara terbaik untuk menghentikan kebiasaan tersebut adalah dengan secara bertahap mengurangi jumlah perokok dalam sehari.

5. Minum alkohol

Minum dan menyemprotkan alkohol ke seluruh tubuh tidak akan membunuh virus corona.

Minum alkohol secara berlebihan justru dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena mengganggu flora usus dan menyebabkan peradangan hati.

Penting untuk dipahami bahwa mengonsumsi alkohol dalam jumlah berapapun berbahaya bagi tubuh.

Itulah sebabnya banyak pihak menyarankan untuk tidak mengonsumsinya, terutama selama pandemi virus corona.

Jadi, daripada minum alkohol, lebih baik minum air putih dengan cukup. [mad]

Sumber: https://kesehatan.kontan.co.id/news
/awas-lima-hal-ini-bisa-menurunkan-imun-tubuh

Rabu, 25 Maret 2020

Sembuhkan Dulu Luka Masa Lalumu Sebelum Memulai Hubungan yang Baru

Rabu, 25 Maret 2020 17:32:10

Sembuhkan Dulu Luka Masa Lalumu Sebelum Memulai Hubungan yang Baru

Banyak dari kamu pasti pernah merasakan patah hati. Entah itu hubungan antara kamu dan gebetanmu, hubunganmu dengan kekasihmu, dan hubunganmu dengan istri atau suamimu. Selama menjalani sebuah hubungan, kamu pasti mendambakan hal-hal menyenangkan, hubungan yang penuh komitmen, kepercayaan, cinta, dan pengorbanan.

Namun, ada kalanya kamu harus menerima kenyataan bahwa enggak semua yang kamu rencanakan jadi kenyataan. Hingga akhirnya hubungan itu harus berakhir, meninggalkanmu dengan luka, kekecewaan dan rasa sakit karena kehilangan.

Sebagai seseorang yang baru saja mengalami patah hati dan sakit hati, tentu akan menyalurkan emosimu dengan berbagai cara. Mulai dari menyendiri, menangis, hingga kapok enggak mau berhubungan dengan orang lain. Atau sebaliknya? Mencari pelampiasan bersama orang lain atas patah dan sakit hati yang dirasakan.

Apapun itu, kalau kamu enggak menghadapi dan memberikan kesempatan pada waktu untuk bisa menyembuhkan luka tersebut, maka akan susah bagimu untuk mencintai orang lain. Salah-salah, ketika kamu memaksa mencintai orang lain namun kamu belum sembuh sepenuhnya, kamu malah melampiaskan rasa marah, sakit dan kecewa itu kepada orang lain. Sehingga sulit untuk menjalin hubungan yang sehat.

Karenanya, kamu perlu untuk sembuh dari luka lamamu sebelum akhirnya menjalin hubungan dengan orang yang baru.

Kamu enggak sendiri, hampir semua orang pernah mengalami patah hati.

Mungkin hubungan cintamu berakhir karena kamu merasa dimanipulasi, di-PHP, atau bahkan diselingkuhi. Lantas kamu merasa kehilangan dirimu sendiri, kamu lupa kalau kamu juga layak untuk bahagia, kemudian kamu mulai merasa enggak percaya diri.

Ini memang menyakitkan, tapi kamu enggak sendiri. Banyak orang yang mengalami hal serupa dan pada akhirnya, kita semua hanyalah manusia yang enggak bisa menghindar untuk merasakan sakit dan kehilangan.

Sebagai manusia, tentunya pernah mengalami masa-masa kelam dan sulit. Tapi, gimana pun juga, kita harus ingat bahwa selalu ada hikmah di balik setiap kesulitan.

Kamu enggak perlu takut atau malu menghadapi masa-masa sulit itu, sebaliknya, kamu harus menjadikan pengalaman ini untuk menemukan kekuatan dalam dirimu yang enggak pernah kamu sadari selama ini.

Ketika kamu berani menghadapi masa-masa kelam itu, maka akan memberikanmu kekuatan untuk mengontrol emosi hingga akhirnya kamu siap menjalani hubungan baru dengan orang lain.

Kamu akan kembali pada tujuan awalmu, yakni menemukan seseorang yang tepat untuk hatimu.

Tak semua orang datang untuk menetap, banyak dari mereka yang hadir hanya untuk memberikan pelajaran.

Saat kamu menghadapi luka-luka di masa lalu dan mencoba menyembuhkannya, kamu akan menyadari bahwa orang yang kamu temui di masa lalu hadir untuk memberikan pengalaman, mengajarimu tentang mencintai dirimu sendiri.

Kamu lantas mulai memahami garis tipis yang memisahkan antara naif dan skeptis ketika menjalin hubungan. Ketika kamu sudah sembuh, kamu akan sadar bahwa masih ada orang yang tulus di luar sana yang pantas untuk mendapatkan hatimu, menginginkanmu, serta mendoakan hal-hal baik kepadamu.

Lalu, setelah sembuh dari luka masa lalu, kamu juga akan mulai mengerti bahwa pengalaman menyakitkan tersebut, rasa sakit yang pernah kamu alami, sama sekali enggak bisa mengontrol kisah cintamu di masa yang akan datang.

Sekaligus, kamu akan memahami bahwa pengalaman pahit itu akan memberikanmu cara pandang baru dalam hal cinta.

*Sumber: kumparan.com

Selasa, 24 Maret 2020

Hati-hati, 5 Kebiasaan Buruk Orang Tua Ini Bawa Bakteri dan Virus Jahat ke Rumah

Selasa, 24 Maret 2020 17:18:46

Hati-hati, 5 Kebiasaan Buruk Orang Tua Ini Bawa Bakteri dan Virus Jahat ke Rumah

Berbagai cara mencegah penyebaran virus corona yang saat ini jadi sorotan, mungkin Anda sudah hafal betul. Mulai dari sering cuci tangan, memakai masker, hingga menjaga jarak atau mengurangi interaksi sosial.

Meski begitu, ternyata ada 5 kebiasaan yang kita, para orang tua, kerap lakukan dan bisa saja membawa berbagai virus dan bakteri jahat ke rumah. Apa saja?

1.Tidak ganti baju sesampai di rumah

Sampai rumah langsung rebahan di sofa atau kasur. Itu sama saja menyebarkan berbagai mikroorganisme dari luar yang menempel di pakaian Anda ke rumah!

Ingat, baik pulang-pergi naik kendaraan pribadi apalagi publik, Anda sudah terpapar udara dari luar ruangan. Terutama bila Anda bekerja di RS atau baru pulang dari RS, Moms. Sebab, RS merupakan tempat dengan banyaknya pasien sakit yang berseliweran dengan virus maupun bakteri yang ada pada dirinya. Karenanya, sebaiknya segeralah mandi dan ganti pakaian.

Bagaimana kalau sedang work from home yang sekarang tengah dilakukan? Sama saja, segera ganti pakaian selama Anda dari luar ruangan seperti jogging, belanja di pasar, dan lain sebagainya.

2. Langsung pegang anak tanpa cuci tangan

Mungkin pembelaan Anda, karena pulang-pergi naik mobil pribadi maka membuat Anda berpikir pasti kebersihan sudah terjaga. Padahal pada kemudi, rem, kartu e-toll, dan area dalam mobil juga bisa jadi sarang mikroorganisme. Karena itu, jangan lupa pula untuk membersihkan secara berkala, demi cegah virus corona!

3. Menyimpan tisu habis pakai

Setelah menggunakan tisu, segeralah buang di tempatnya. Jangan justru dibawa pulang lalu karena lupa, meletakkan di atas meja misalnya.

"Jadi biasakan kalau sudah pakai tisu, langsung buang bukan disimpan. Nanti kuman dan virusnya ikut kesimpan," kata DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum., saat Live Instagram "Jurus Manjur Tangkal Virus" di @skata(underscore)id, belum lama ini.

4. Tidak bersihkan ponsel secara berkala

Ponsel adalah salah satu barang yang sering kita gunakan di mana pun itu. Belum lagi sesampainya di rumah, anak ingin pinjam untuk menonton YouTube. Bukan tak mungkin pada ponsel, menempel banyak kuman, bakteri, hingga virus corona yang disebut bisa menempel dan hidup beberapa waktu di permukaan ponsel.

5.Membawa masuk sepatu kotor ke dalam rumah

Selain membuat lantai rumah kotor karena debu, sepatu yang Anda kenakan juga membawa mikroorganisme berbahaya!

"Kita berjalan dan menginjak banyak hal, seperti kotoran burung, anjing, dan
kuman di lantai toilet umum, semuanya merupakan sumber dari E.Coli," tutur Kelly Reynolds, PhD, seperti dilansir Metro. Perlu diketahui, bakteri E.Coli merupakan penyebab diare dan demam, Moms.

*Sumber: kumparan.com

Senin, 23 Maret 2020

5 Tips Bekerja di Rumah yang 'Ramai' selama Pandemi Virus Corona

Senin, 23 Maret 2020 17:28:33

5 Tips Bekerja di Rumah yang 'Ramai' selama Pandemi Virus Corona

Bekerja di rumah sesuai imbauan Pemerintah, menyusul merebaknya penyebaran virus corona di Indonesia belum tentu menjadi pilihan yang nyaman bagi semua karyawan.

Dalam sejumlah kondisi, bekerja di kantor kerap mampu memastikan tercapaikan produktivitas dan performa karyawan, ketimbang harus bekerja di rumah.
Ditambah lagi, tidak semua karyawan memiliki "ruang kerja" yang ideal untuk menyulap bagian dari tempat kerjanya sebagai kantor yang nyaman.

Apalagi jika ternyata tempat tinggal kita memang ramai, -entah karena diisi oleh banyak orang, atau karena memang luas rumah yang tak luas.

Atau, karena banyaknya anak kecil yang ada di rumah?

Pilihan bekerja di rumah dalam kondisi semacam itu, tentu perlu mendapat perhatian khusus dan trik tertentu agar target, performa, dan produktivitas kita tetap bisa terjaga baik.

Dalam artikel ini akan dibagikan sejumlah tips dari para pakar, yang bisa kita lakukan saat harus bekerja dari rumah di lingkungan yang crowded.

- Membuat Workstation

Menetapkan workstation untuk setiap orang memberi setiap orang perasaan bahwa mereka masuk ke dalam ruang/ suasana kerja, -tentu idealnya dibarengi dengan menetapkan batasan untuk ruang pribadi.

Hal pertama yang perlu diingat adalah workstation harus masuk akal untuk pekerjaan yang dilakukan.

Jika pekerjaan membutuhkan -misalnya, konferensi video atau streaming multimedia, lakukanlah pekerjaan itu di dalam ruangan dengan pintu.

Untuk pekerjaan yang tenang yang membutuhkan konsentrasi, headphone yang meminimalkan kebisingan mungkin akan membantu.

Jadi jelas, menyisihkan waktu beberapa saat untuk menyiapkan ruang akan amat menentukan kesuksesan dalam menyelamatkan kita - dan juga seluruh anggota keluarga, dari masalah dan perasaan lelah berlebih.

- Tentukan zona bebas-kerja

Jika kita memiliki rumah dengan ruang terpisah untuk bersantai, seperti ruang keluarga atau ruang kerja, pertimbangkan wilayah tersebut untuk menjadikan zona bebas kerja.

Termasuk menyiapkan spot bermain bagi anak-anak di titik tertentu. Ini bisa sangat membantu ketika ada anak-anak di tempat kita.

Jadi, menetapkan ruang yang bukan untuk pekerjaan adalah bagian dari menciptakan batas kehidupan kerja yang sehat untuk kesehatan psikologis.

- Jadwal istirahat

Kesalahpahaman paling umum tentang pekerjaan jarak jauh adalah bahwa hal itu memungkinkan kita bermalas-malasan.

Padahal, kemalasan sering kali lebih terkait dengan kepribadian daripada konteks kerja dan di mana pekerjaan dilakukan.

Pekerja jarak jauh yang sukses didorong oleh hasil yang ingin dicapai. Dan, penelitian menunjukkan, gaya ini tidak selalu menjadi contoh keseimbangan kehidupan kerja dan keluarga.

Nah, mengambil istirahat yang dijadwalkan tidak hanya membuat pikiran segar, tetapi juga memberi sinyal kepada orang lain bahwa kesehatan itu penting.

Jika kita berada dalam masa isolasi bersama dengan anak-anak, perilaku kita pun akan mengajarkan kepada anak tentang seperti apa kehidupan kerja kita.
Jadi, pastikan untuk menanamkan prioritas untuk kesehatan dengan membuat model kerja dan istirahat yang jelas.

- Perhatikan kegiatan fisik

Sebagai orang dewasa, kita tahu bahwa penting untuk meluangkan waktu berolahraga dan bergerak.

Lihat saja, anak-anak pun memiliki kegiatan yang dijadwalkan di hari sekolah mereka, melalui istirahat, olahraga, dan mata pelajaran kreatif seperti seni dan musik.

Jika kita menjalani masa isolasi sendiri, penting untuk menjadwalkan aktivitas fisik dan kreatif setiap hari - untuk semua orang.

Jika cuaca memungkinkan, keluar, atau rencanakan untuk melakukan aktivitas fisik. Jika di dalam ruangan, aktivitas yoga, atau video game interaktif bisa menjadi pilihan.

Jadikan waktu itu menyenangkan. Yang penting adalah menjadwalkannya.

- Tetapkan waktu berhenti yang tegas

Waktu berhenti yang ditentukan membantu kita merasa memiliki kendali psikologis atas pekerjaan kita. Ini juga menetapkan batasan dan rasa rutinitas.
Anak-anak yang terbiasa dengan periode waktu, lonceng untuk istirahat dan waktu untuk pulang masih memerlukan struktur dan rutinitas untuk membuat mereka merasa aman.

Perlakukan pula hal yang sama di rumah, terutama selama masa-masa yang tidak pasti ini seperti sekarang.

Untuk anak-anak dan orang dewasa, menetapkan timer dan menetapkan norma bahwa waktu-kerja memiliki awal dan akhir dapat menandakan norma-norma yang akrab di tempat kerja dan sekolah.

Hal ini -pada gilirannya, akan mengarah pada perilaku yang lebih efektif untuk berbagi ruang bersama.

Nah, selain kelima tips di atas, yang paling penting adalah memiliki dialog terbuka dengan keluarga, teman sekamar, atau siapa pun yang berbagi ruang dengan kita.

Berusahalah cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan berbagai kebutuhan yang muncul saat kondisi itu ada di depan mata.

*Sumber: kompas.com

Sabtu, 21 Maret 2020

6 Langkah Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Virus Corona

Sabtu, 21 Maret 2020 17:34:50

6 Langkah Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Virus Corona

Stres dan kecemasan tentang penyebaran virus corona, ditambah dengan peningkatan jarak sosial atau social distancing dan rekomendasi isolasi, bukan tak mungkin memengaruhi kesehatan mental lebih dari yang kita sadari.

Beberapa negara telah mengeluarkan kebijakan untuk menjauhkan diri dari kegiatan sosial, menutup sementara sekolah dan bisnis, dan memindahkan aktivitas sekolah dan bekerja dari rumah.

“Kita adalah makhluk sosial. Kita suka terhubung dan bersentuhan, serta dekat dengan orang-orang, dan kami harus mengubah perilaku, yang dapat menciptakan perasaan terisolasi,” kata Patricia Thornton, PhD, seorang psikolog berlisensi di New York City.
Walaupun mungkin terasa seperti kehidupan telah berhenti, ada cara untuk memanfaatkan waktu ini dalam perspektif dan belajar bagaimana melanjutkannya.

“Berfokus pada kesiapsiagaan, tetap tenang, menyempatkan diri memeriksa kesejahteraan orang lain, serta melakukan perawatan diri akan membantu kita melalui momen yang menantang dalam sejarah ini," ujar Deborah Serani, PsyD, psikolog dan penulis Sometimes When I’m Sad.

"Ingatkan diri kita bahwa Covid-19 adalah penyakit serius tetapi sementara, dan kehidupan akan kembali normal pada waktunya," lanjutnya.

Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga kesehatan mental selama wabah penyakit virus corona ini merebak.

1. Pahami kecemasan

Banyak orang dengan dan tanpa gangguan kecemasan merasa cemas.

Psikolog Patricia Thornton menggambarkan kecemasan sebagai kekhawatiran yang diantisipasi tentang sesuatu yang mungkin terjadi di masa depan.

Dia mengatakan, dunia kita merasakan "pukulan telak kecemasan" karena virus corona.

“Karena virus ini adalah virus yang tidak bisa kita lihat, dan tidak cukup banyak orang yang diuji, kita tidak tahu siapa penyebarnya. Hal ini juga membuat kita menjadi lebih waspada terhadap orang lain dan permukaan yang kita sentuh, dan tempat yang kita tuju,” ujarnya.

“Yang membuat kita lebih cemas karena ada bahaya nyata, ketidakpastian, dan kurangnya informasi tentang virus corona,” imbuhnya.

Menyaksikan orang lain merasa cemas juga akan meningkatkan kekhawatiran kita.

“Kecemasan itu menular. Jika kamu melihat seseorang di dekatmu panik dan berkata, ‘Dunia akan segera berakhir’, kamu akan mulai khawatir tentang hal tersebut," kata Thornton.

Thornton mengumpamakan, jika suatu suku keluar di ladang dan satu anggota melihat seekor harimau di kejauhan dan mulai berlari, suku yang lain akan mengikuti.

"Kami mencari orang lain untuk mendapatkan petunjuk tentang bagaimana kami harus bersikap," kata Thornton.
"Walaupun virus corona adalah ancaman nyata, kita semua harus berada dalam sebuah keabu-abuan, merangkul ketidakpastian mengetahui bahwa kita tidak dapat melakukan segalanya dan bergerak di dalam batas-batas seperti apa,” ujarnya.

Bagi mereka yang hidup dengan kondisi kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau PTSD, psikolog Deborah Serani mengatakan, kamu mungkin sangat rentan selama pandemi ini.

Dia menyarankan, untuk mendapatkan resep untuk setiap bulannya dan memertimbangkan pengiriman ke rumah dari perusahaan asuransi atau apotek setempat.

Serani juga merekomendasikan untuk meminta terapis mengadakan sesi pengobatan jarak jauh atau melalui konferensi video.

”Dengan cara ini kamu bisa tetap aman dan terus mendapat pengobatan, sekaligus mengatasi segala kekhawatiran yang muncul dari Covid-19," kata Serani.

Jika kamu merasa sulit mengelola stres karena masalah pandemi ini, ia menyarankan untuk membuat rencana darurat dengan profesional kesehatan mental pribadimu.

2. Murka, lalu belajar

Sementara situasinya membuat frustrasi, Thornton menyarankan untuk hanya membiarkan diri merasa murka selama 15 menit kemarahan per hari, dan kemudian lanjutkan kehidupan.

"Jangan menganggapnya sebagai kiamat. Lihatlah itu sebagai hal normal baru yang ditemukan. Tanyakan kepada diri sendiri, ‘Bagaimana saya ingin menjalani hidup saya sekarang dengan kendala-kendala ini?’ Dan batasi berbicara dengan keluarga jika mereka mulai membahas berbagai informasi yang tak jelas kebenarannya. Katakan, 'Kita hanya akan membicarakannya selama 15 menit," katanya.

Serani setuju, mencatat bahwa berpikir positif selama bencana lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

“Salah satu cara terbaik adalah membina diri dalam pengetahuan. Tetap terhubung dengan departemen kesehatan setempat atau negara bagian untuk mendapatkan informasi akurat," katanya.

"Hindari menonton atau membaca berita di media sosial, di mana fakta bisa menjadi kabur atau bahkan dibesar-besarkan,” lanjutnya.

“Ingatkan diri bahwa wabah penyakit menular telah menjadi bagian dari sejarah kita, dan ini juga akan berlalu, ”imbuhnya.

3. Batasi diri tonton berita

Thornton juga menyarankan, menonton berita bereputasi baik sekali sehari agar tetap up to date.

"Norma-norma baru dapat berubah setiap hari, jadi kamu bisa mengatakan, 'Setiap hari saya akan membatasi berita saya sampai setengah jam di pagi hari dan di malam hari untuk melihat apakah ada sesuatu yang perlu saya ubah tentang perilaku saya.' Dan jangan memikirkan kembali keputusan yang telah kamu ambil,” katanya.

4. Beri pengetahuan pada anak

Jika kamu memiliki anak, Serani mengatakan untuk membatasi paparan berita pada mereka, karena itu bisa sangat berat bagi mereka untuk diproses.

Menjadi sadar tentang bagaimana kamu berbicara tentang Covid-19 di sekitar anak-anak juga penting.

“Berbagi berlebihan tentang bencana dan bahkan bercanda tentang kematian atau penyakit dapat membuat trauma anak kecil,” ujarnya.

“Meskipun ini bisa menjadi waktu yang menakutkan bagi anak-anak. Saya telah menunjukkan pasien kecil saya untuk melihat bagaimana tenaga medis yang siap membantu ada di mana-mana, dan bagaimana masyarakat berkumpul bersama selama masa sulit ini, ”imbuh Serani.
Dia menambahkan bahwa merasa dirawat, dilindungi, dan dicintai adalah hal penting bagi anak-anak untuk dirasakan dan didengar selama bencana.

“Kiat lain adalah mendorong anak-anak untuk menggambar, menulis, atau menulis jurnal sehingga mereka dapat mengekspresikan perasaan mereka. Dan akhirnya, menjaga rutinitas untuk anak-anak selalu membantu selama krisis, ”kata Serani.

5. Temukan cara untuk terhubung dan tetap sibuk

Menjaga rutinitas adalah penting bagi orang dewasa dan anak-anak yang dikurung di rumah.

“Cobalah untuk tetap pada rutinitas normalmu sebanyak mungkin. Pertahankan waktu tidur dan waktu terjaga yang sama," kata Thornton.

"Pakai pakaian yang ingin kamu pakai. Berjalan-jalan di luar untuk berolahraga, dan saksikan orang lain merasakan bahwa semua orang terlibat dalam hal ini bersama-sama, "kata Thornton.

Serani juga menyarankan orang mencoba untuk menjadi kreatif tentang kegiatan yang dapat mereka kontrol di rumah.

"Pilih kegiatan yang menenangkan atau memberimu tujuan," katanya, seperti bermain papan permainan, membaca, menyusun puzzle, atau mandi.

Jadikan itu sebagai bagian dari rutinitas harianmu untuk menjangkau teman dan keluarga.

“Pastikan kamu menelepon, teks, FaceTime, atau Skype setiap hari dengan orang lain. Selama masa-masa traumatis, memiliki rasa terkoneksi dan komunitas sangat penting untuk harapan dan penyembuhan,” kata Serani.

6. Tambahkan humor

Dan karena pengalaman yang menyenangkan dan bermakna mengurangi hormon stres kortisol dan meningkatkan hormon perasaan-baik seperti serotonin, dopamin, dan oksitosin, kedua ahli menyarankan menambahkan humor untuk hari-harimu dengan membaca komik atau menonton film lucu dan acara komedi.
"Tidak mungkin semua hanya tentang malapetaka dan kesuraman. Menertawakan situasi tidak menyakiti siapa pun dan menunjukkan bahwa kita semua terlibat bersama, "kata Thornton.

*Sumber: kompas.com

Kamis, 19 Maret 2020

Bekerja di Rumah Bersama Anak, Bagaimana Agar Tetap Produktif?

Kamis, 19 Maret 2020 17:40:43

Bekerja di Rumah Bersama Anak, Bagaimana Agar Tetap Produktif?

Imbas dari penyebaran virus corona, sebagian besar perusahaan di beberapa negara mulai menerapkan kebijakan work from home alias bekerja dari rumah untuk para karyawannya.

Namun, bekerja dari rumah tak semudah kedengarannya. Ada banyak potensi gangguan yang dihadapi. Bagi orang-orang yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, gangguan dari anak-anak yang berkeliaran di rumah adalah salah satunya.

Nicole Roder, penulis lepas, mencoba membagikan pengalamannya. Nicole juga menjadi ibu anak-anak homeschooling yang duduk di kelas 5 dan 6 sekolah dasar. Sementara dua anaknya yang lebih muda masih menjalani sekolah umum.

Tiga tahun bekerja dari rumah membuat Nicole kini sudah terbiasa multi-tasking. Seperti melakukan wawancara telepon sambil mengantar anak ke sekolah atau menulis artikel sambil menidurkan anak.

Kini, ada banyak ibu yang akan menjalani hari-hari yang sama seperti Nicole. Lalu, apakah bekerja dari rumah dengan anak-anak di sekeliling mungkin dilakukan?

"Ya, ini bisa dilakukan," kata Nicole, seperti dilansir dari Business Insider.
Ia memahami bahwa akan ada perubahan yang cukup besar. Jika tadinya kamu bekerja di balik meja dengan kursi yang nyaman dan ruangan yang tenang, kini kamu mungkin terganggu dengan suara anak-anak yang juga menjalani program belajar di rumah.

Namun, jangan terlalu mengkhawatirkannya. Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan ketika bekerja di rumah dengan anak-anak di sekitar:
1. Jelaskan situasinya kepada anak

Kita semua pasti masih ingat perasaan ketika kita masih kecil dan sekolah diliburkan, seharian kita akan bermain dan melakukan apapun yang kita mau. Namun, mereka pasti paham jika ini hanya sementar.

Jelaskan kepada mereka bahwa ayah atau ibu punya tumpukan pekerjaan yang harus diselesaikan. Buatlah suasana kondusif dan mereka bisa bermain sendiri tanpa mengganggu orangtuanya bekerja.

2. Buat jadwal "jam kerja"

Buatlah jam kerja dan beritahukan pada anak, termasuk memberitahu kapan kamu bisa bermain dengan mereka. Berjanjilah kepada mereka kamu akan berhenti bekerja sesuai waktu yang telah disepakati.

3. Minta bantuan anak yang sudah besar
Jika kamu punya lebih dari satu anak dan anak yang lebih besar sedang bersekolah di rumah, kamu bisa meminta bantuan mereka untuk membantu mengurus adiknya. Bantulah anak yang lebih besar untuk mengatur waktu mereka antara belajar dan menghibur adiknya.

4. Atur waktu kerja menjadi malam hari
Salah satu hal terbaik dari bekerja di rumah adalah jam kerja yang lebih fleksibel. Jika memungkinkan, kamu bisa menukar jam kerja dari yang biasanya pagi dan siang hari menjadi malam hari dan pagi hari sebelum orang-orang rumah bangun.

5. Siapkan mainan agar anak sibuk
Pastikan kamu telah mempersiapkan mainan-mainan anak, terutama jika mereka masih kecil. Biarkan mereka sibuk dengan aktivitas bermain tersebut sehingga tidak mengganggu.

6. Beri anak tugas

Sekalipun si kecil bukan belajar homeschooling, kamu bisa memberi mereka "tugas". Beri mereka aktivitas seperti membaca atau menjawab pertanyaan tertentu. Cara ini bisa membantu otak mereka tetap terlatih ketika sekolah ditutup untuk periode tertentu.

Jika kamu rela mengeluarkan uang, kamu juga bisa membeli kurikulum dari penyedia jasa pendidikan online.

7. Bekerja dari toilet

Jika memungkinkan, kamu juga bisa membawa ponsel dan membalas email-email pekerjaan di toilet untuk meminimalisasi gangguan. Namun, jangan lupa cuci tangan dan membersihkan ponsel setelah selesai melakukannya.

8. Memutar video meditasi mindfulness
Ada banyak video meditasi tersedia di YouTube atau platform pemutar video lainnya. Cobalah cari video yang bisa membantumu untuk fokus lewat meditasi singkat. Ikuti instruksinya, fokuskan pikiran agar tetap bisa berkonsentrasi kerja di tengah keributan anak-anak dan jika memungkinkan buat anak menjadi tenang.

9. Jika gagal, beri anak sedikit waktu screen time

Memberi anak gawai (gadget) agar mereka tenang sebetulnya kurang baik. Namun, jika semua usaha telah kamu lakukan dan tetap gagal, kamu bisa menggunakan ponsel atau alat digital lainnya untuk membuat mereka sibuk.

Namun, pastikan kamu tetap membatasi penggunaannya secara konsisten dan jangan biarkan 'screen time' mengambil alih waktu belajar, waktu tidur atau bermain bersama keluarga. Dan ingatlah, ini hanya situasi sementara dan jangan biarkan berlangsung selamanya.

10. Kurangi beban pekerjaan

Bertahan dengan jadwal penuh untuk bekerja dari rumah adalah hal yang sulit. Terutama jika dilaksanakan selama berminggu-minggu. Nicole sendiri bekerja 25 jam seminggu. Ia akan bekerja lebih panjang ketika dibutuhkan dan berhenti total di akhir pekan.
Namun, bekerja penuh setiap waktu akan sangat melelahkan. Kamu bisa mengurangi pekerjaan jika memungkinkan. Jika kamu memiliki bisnis tertentu, pertimbangkan juga para pekerjamu yang bekerja tanpa pengasuh. Berikan mereka cuti tambahan jika memungkinkan.

*Sumber: kompas.com

Rabu, 18 Maret 2020

Efektifkah Penggunaan Masker untuk Cegah Virus Corona?

Rabu, 18 Maret 2020 18:54:59

Efektifkah Penggunaan Masker untuk Cegah Virus Corona?

Kasus virus corona yang terus bertambah di berbagai belahan dunia membanjiri publik dengan banyak informasi.

Pada akhirnya, kondisi ini menimbulkan keraguan di masyarakat atas informasi-informasi tertentu.

Termasuk salah satunya informasi penggunaan masker. Kita semua tahu bahwa masker wajah utamanya perlu digunakan oleh mereka yang sedang sakit, agar tidak menularkan virusnya kepada orang lain.

Namun, seiring berkembangnya wabah virus corona, semakin banyak publik yang mengenakan masker meski sedang tidak sakit dengan alasan pencegahan.
Nah, apakah sebetulnya masker wajah cukup efektif untuk mencegah virus corona?

Dilansir dari Guardian, penggunaan masker wajah tentu bukan jaminan kita tidak akan tertular virus corona, karena virus juga dapat menular melalui mata dan partikel virus kecil, yang dikenal sebagai aerosol. Partikel virus kecil tersebut dapat menembus masker yang kita gunakan.

Namun, masker dinilai efektif untuk menahan tetesan (droplet) sebagai rute transmisi utama dari coronavirus.
Sejumlah penelitian memperkirakan, masker memiliki kemampuan menahan tetesan tersebut sekitar lima kali lipat jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak menggunakan penghalang apapun.

Meskipun, ada pula penelitian yang menemukan tingkat efektivitas masker lebih rendah.

Jika kita kemungkinan melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi, masker dapat mengurangi kemungkinan tertular dari penyakit tersebut.

Jika kita mengalami gejala yang mengarah pada virus corona atau telah didiagnosis, memakai masker juga dapat melindungi orang lain.

Sementara itu, laman Live Science menyoroti jenis masker wajah yang digunakan.

Spesialis penyakit penular dari Vanderbilt University in Tennessee, Dr. William Schaffner mengatakan, masker bedah tidak efektif untuk mencegah virus corona.

Masker yang lebih khusus, yang dikenal sebagai respirator N95, menurutnya bisa melindungi terhadap virus corona baru.
Masker jenis tersebut lebih tebal daripada masker bedah, tetapi baik Schaffner maupun Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) tidak merekomendasikannya untuk penggunaan umum, setidaknya tidak pada saat ini.
Sebab, mengenakan topeng tersebut dalam waktu lama adalah suatu hal yang menantang.

Ia bahkan terus menerima sesi pelatihan setiap tahunnya hanya untuk mengajari cara memasang respirator ini dengan tepat di sekitar hidung, pipi, dan dagu. Alasannya, untuk memastikan pemakai tidak bernapas lewat tepi respirator.

"Bernapas lewat material tebal itu akan lebih sulit dan bisa membuat sedikit sesak. Kondisi ini akan membuat bagian dalam lembab dan panas," kata Schaffner.

Bahkan, ketika hanya akan mengenakannya dalam waktu singkat di ruangan tertentu, Schaffner sendiri harus keluar dari ruang isolasi tersebut, melepasnya, lalu mengambil napas dalam-dalam sebelum bisa kembali.
Masker N95 mungkin masih tersedia baik offline maupun online, namun Schaffner tidak menganjurkan untuk membelinya.
Apalagi, jika terlalu banyak orang menimbun N95 yang tidak perlu, para pekerja kesehatan dan mereka yang membutuhkan bisa kehabisan stok dan itu dapat berisiko.

Schaffner juga menyoroti orang-orang yang menggunakan masker bedah karena sedang sakit dan tidak ingin menularkan orang lain.

Hal itu memang bisa dilakukan, namun jika kamu sakit ia menganjurkan untuk tidak banyak beraktivitas di area publik.

"Lebih baik beristirahat di rumah," katanya.

Pada intinya, masker penting digunakan bagi pekerja kesehatan dan sosial ketika merawat pasiennya.

Masker juga direkomendasikan bagi anggota keluarga yang perlu merawat seseorang yang sakit. Idealnya pasien dan perawat sama-sama mengenakan masker.

Namun, masker mungkin hanya memberi sedikit perbedaan jika kamu hanya berjalan-jalan di kota atau naik bus yang lengang, sehingga kamu tidak perlu memborongnya dalam jumlah besar.

CDC mengatakan, bahwa cara terbaik menghindari virus corona adalah menunda semua rencana perjalanan ke tempat-tempat berisiko.

Kita juga disarankan untuk rutin membersihkan tangan dengan sabun, menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan kotor, menghindari kontak dengan orang-orang yang sedang sakit, serta rutin membersihkan permukaan dengan disinfektan.

*Sumber: kompas.com

Selasa, 17 Maret 2020

Cara Mengatasi Cemas Berlebih karena Wabah Corona

Selasa, 17 Maret 2020 20:19:39

Cara Mengatasi Cemas Berlebih karena Wabah Corona

Jumlah orang yang terinfeksi virus corona yang terus bertambah membuat sebagian orang merasa khawatir dan cemas. Kecemasan ini pada akhirnya berdampak pada aktivitas harian karena pikiran sulit tenang.

Rasa cemas yang muncul pada kondisi pandemi seperti saat ini wajar terjadi. Namun, kecemasan itu harus dilawan.

Psikolog anak dan keluarga, Samanta Ananta, M.Psi menjelaskan, kecemasan berdampak ada bagian otak prefrontal cortex. Ini merupakan bagian di otak yang berfungsi menyusun perencanaan, logika berpikir, rasionalisasi dan pertimbangan konsekuensi, serta pengaturan atensi dan mengatasi suatu hal.

Cemas dan terlalu memfokuskan diri pada kabar-kabar tertentu, dalam hal ini kabar tentang virus corona, akan membuat kita terjebak dalam kecemasan tersebut itu sendiri dan sulit untuk menemukan solusinya.

"Maka perlu untuk berpikir jernih," kata Samanta dalam pernyataannya.

Ada beberapa tips yang dibagikan oleh Samanta agar kita bisa mengontrol prefrontl cortex, antara lain:

1. Melatih pernafasan

Setiap mengambil nafas, cobalah berhitung hingga lima hitungan lalu embuskan nafas. Ulangi tahapan ini hingga nafasmu stabil. Ketika pernafasan sudah stabil, cobalah merasakan kehadiran seluruh panca indera kita dan syukuri kehadirannya.
2. Melatih mindfulness

Melansir Very Well Mind, meditasi mindfulness merupakan teknik meditasi yang melatih kita agar berfokus pada emosi, pikiran dan sensasi yang kita alami pada saat ini. Bukan yang sudah berlalu atau yang akan datang.

Teknik mindfulness bervariasi. Namun, kita bisa memulainya dengan mencari tempat yang tenang dan nyaman, mengatur nafas dan mulai memusatkan pikiran dan cobalah kontrol pikiran kita dengan pernafasan yang tenang.

Namun, Samanta mengingatkan bahwa mindfulness dapat dilakukan ketika seseorang dalam tingkat kecemasan rendah.

3. Alihkan perhatian

Cobalah mengalihkan perhatian dengan kegiatan-kegiatan positif. Misalnya, bermain permainan kesukaan bersama keluarga, membaca buku, berolahraga sederhana, atau menjajal hobi yang selama ini mungkin terpinggirkan karena kesibukan pekerjaan.

4. Tertawa

Tahukah kamu bahwa tertawa juga bisa membantu meningkatkan sistem imun? Perbanyaklah tertawa terbahak-bahak bersama orang-orang tercinta atau menyaksikan acara favoritmu. Tertawa dapat mendukung sistem imun yang kuat selain tentunya memerhatikan asupan makanan bergizi dan menjaga kesehatan.
5. Batasi konsumsi berita

Ya, kita memang perlu mengetahui perkembangan berita dari waktu ke waktu. Namun, usahakan kamu tidak berfokus pada berita sepanjang waktu atau secara berlebihan.

"Batasi diri dalam mengonsumsi berita. Perbanyak cari berita positif dan menenangkan. Percayalah bahwa di tengah wabah ini, masih ada berita baik," kata Samanta.

6. Detoksifikasi ponsel

Selain rasa cemas, kamu juga mungkin mengalami overthinking (berpikir berlebihan). Ketika perasaan ini muncul, kamu mungkin bisa mempertimbangkan detoksifikasi ponsel.
Jika tidak mungkin melepas ponsel seharian, kamu bisa menguranginya sedikit demi sedikit. Termasuk mengurangi penggunaan aplikasi chat.
"Tidak ada salahnya kamu membatasi diri sejenak, menutup pintu komunikasi yang tak kunjung berhenti di berbagai grup yang membahas tentang Covid-19 ini," tuturnya.

7. Melatih otak

Daripada fokus pada hak yang jauh di depan dan belum tentu terjadi, lebih baik fokus pada hari ini, bukan? Kamu bisa memanfaatkan waktu untuk melatih otak. Ini bisa dilakukan sendiri maupun bersama orang lain dan pilihlah bidang yang kamu senangi.

"Tanyakan pada dirimu, apa yang bisa kamu lakukan atau kerjakan hari ini agar bisa aktif secara positif?" kata Samanta.

Mengatasi kecemasan dan overthinking di saat-saat seperti ini memang tidak mudah, namun harus dicoba. Manfaatkanlah waktumu untuk lebih dekat dengan keluarga dan yakinilah bahwa masa kritis ini akan segera berakhir.

*Sumber: kompas.com

Senin, 16 Maret 2020

Ide Kegiatan Anak di Rumah Saat Sekolah dan Kantor Diliburkan

Senin, 16 Maret 2020 17:58:01

Ide Kegiatan Anak di Rumah Saat Sekolah dan Kantor Diliburkan

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meminta agar warga mengurangi aktivitas di luar rumah untuk menekan penyebaran Covid-19. Beberapa kepala daerah pun telah menetapkan untuk meliburkan sekolah selama dua minggu ke depan.

Banyak orangtua yang mungkin bingung bagaimana memberi kegiatan kreatif pada anak usia dini agar tidak hanya sibuk memainkan gawai.

Agar tak jemu, kita bisa melakukan beberapa kegiatan bersama anak yang lebih kecil selama "karantina" di rumah.

1. Buat dan mainkan balon dari sabun
Buat sendiri balon dari sabun dan meniupnya bersama si kecil. Caranya sangat mudah yakni, dengan mencampurkan sabun cuci piring dengan air dalam wadah. Untuk mempercantik, tambahkan pewarna. Lalu, gunakan sedotan untuk meniupkan cairan ke udara. Pastikan anak tidak menelannya ya.

Dari setiap gelembung yang dihasilkan, orangtua bisa ajak anak untuk berimajinasi tentang warna-warna dan bentuk apa yang tersirat di dalam gelembung.

2. Bermain malam atau play doh buatan sendiri

Bermain malam atau play doh bisa membunuh kejenuhan sekaligus melatih keterampilan motorik halus anak balita. Bila di rumah tak tersedia play doh, kita bisa membuatnya sendiri dengan mencampurkan bahan bahan berikut ini:

* 2 cangkir tepung serbaguna
* ½ gelas garam
* 2 sdm. minyak sayur
* ½-¾ gelas air hangat
* 4 tetes pewarna makanan atau dua paket Kool-Aid
* Mangkuk besar
* Sendok besar

Caranya: tuang tepung, garam dan Kool-Aid atau pewarna makanan ke dalam mangkuk besar dan aduk. Tambahkan minyak sayur dan setengah cangkir air hangat. Aduk sampai warnanya merata dan gunakan tangan untuk menguleni adonan. Tambahkan lebih banyak air jika teksturnya terlalu kering atau rapuh.
Billy Truong, seorang instruktur tambahan dalam perkembangan anak di East dan West Los Angeles Colleges, mengatakan kegiatan ini dapat membantu anak-anak mempelajari angka dan pengukuran, kimia dasar dan kata-kata untuk berbagai warna dan tekstur.

Untuk membantu anak-anak yang lebih muda melatih keterampilan motorik halus mereka, tempelkan spaghetti mentah di atas gumpalan adonan besar dan dorong mereka untuk merangkai sereal ke pasta.

3. Mencuci

Kegiatan mencuci mungkin adalah hal yan membosankan bagi orang dewasa. Namun bagi anak-anak, mencuci adalah hal yang menyenangkan.

Kurtz, seorang psikolog perkembangan dengan pelatihan mengatakan menunjukkan kepada anak-anak cara memilah pakaian berdasarkan jenis dan warna sambil berhitung adalah cara untuk mengajarkan keterampilan matematika dasar.

Bahkan jika anak-anak tidak mampu melakukan tugas-tugas ini sendiri, menceritakan apa yang sedang dilakukan, telah mengajarkan mereka kata-kata baru dan memperkaya kosa kata balita.

4. Pesta dansa

Ada banyak alasan mengapa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit merekomendasikan anak-anak melakukan aktivitas fisik 60 menit dalam sehari. Alasan yang lebih ilmiah, olahraga membantu tubuh kecilnya untuk membentuk tulang yang kuat dan menambah kemampuan mereka untuk mengambil dan menggunakan oksigen.

Pilihlah lagu-lagu favorit anak seperti naik delman, balonku dan lain-lain. Gunakan kostum yang memadai, seperti layaknya pesta dansa sesungguhnya. Ciptakan gerakan-gerakan unik sesuai irama. Ajak anak untuk menirukan gerakanmu.

Jangan lupa siapkan ponsel untuk mengabadikannya dan mengunggah di media sosial.

5. Main detektif

Ajak anak menjadi detektif dengan menciptakan sebuah kasus dan petunjuk-petunjuk. Misalnya, sembunyikan mainan kesukaannya, lalu berikan petunjuk dalam sebuah kertas dimana dia bisa menemukan mainannya yang hilang.
Lengkapi kostum anak dengan kaca pembesar bila punya dan kamera untuk memotret dan menganalisa petunjuk.
Kegiatan bisa lebih seru bila orangtua mempersiapkan hadiah untuk si kecil yang berhasil memecahkan masalah.

6. Bersihkan mainan

Sembari menjaga kebersihan, kita juga bisa menghabiskan waktu dengan mengajak si kecil untuk membersihkan mainannya.
"Apa pun yang melibatkan seember air sabun dan sikat atau spons seringkali cukup menarik," kata Elizabeth Criswell, koordinator kurikulum anak usia dini di University of Minnesota.
Mencuci mainan dapat membantu memberi anak-anak rasa tanggung jawab dan mengembangkan keterampilan sensorik dan motorik yang membantu anak-anak belajar.

7. Menonton TV bersama

Penelitian menunjukkan, menemani anak menonton TV bersama membuat anak mendapat banyak manfaat daripada jika mereka hanya menontonnya sendiri.
“Ajukan pertanyaan pada anakmu tentang cerita dari acara televisi yang ditonton bersama. Buat mereka tetap terlibat,” ujar Mc Garon.

Pilihlah acara televisi yang bisa disaksikan oleh anak-anak sesuai dengan usianya.

*Sumber: kompas.com

Minggu, 15 Maret 2020

Tips Melindungi Diri dari COVID-19 Saat di Angkutan Umum

Minggu, 15 Maret 2020 18:34:27

Tips Melindungi Diri dari COVID-19 Saat di Angkutan Umum
 
Semakin bertambahnya jumlah kasus virus corona (COVID-19) di Indonesia tentu mengkhawatirkan. Penduduk yang menyebar di berbagai pulau, dan jumlahnya yang tidak sedikit di masing-masing pulau, terutama ibukota negara saat ini, Jakarta, yang merupakan kota sibuk dan memiliki banyak penduduk memiliki risiko penyakit yang sama.

Mungkin akan sulit jika menutup semua jalur transportasi di Indonesia untuk mencegah penyebaran COVID-19, sebagaimana yang dianjurkan WHO dan CDC. Bila di luar negeri pemerintah setempat mengimbau agar menghindari penggunaan transportasi umum, seperti angkutan umum, taksi, bis, kereta, dan sebagainya. Mungkin di Indonesia agak sulit karena satu-satunya akses untuk mencapai tujuan lebih murah menggunakan transportasi umum.

Masih belum diketahui secara pasti bagaimana COVID-19 menyebar, tapi virus yang sama diketahui menularkan melalui droplet dari batuk dan bersin, atau permukaan yang disentuh orang yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang yang sehat. 

Mengutip laman BBC, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghindari penularan virus corona di angkutan umum, seperti:

1. Hindari berada di tempat yang berdesakan dengan orang lain.
Jika angkutan penuh, tunggu angkutan lain yang masih jarang penumpang. Tidak berdekatan (beri jarak minimal 2-3 meter) dengan orang yang batuk atau bersin selama lebih dari 15 menit.

Dr. Lara Gosce, di Institute of Global Health, mengatakan penelitiannya (diterbitkan pada tahun 2018) menunjukkan orang yang menggunakan underground (kereta bawah tanah) secara teratur lebih mungkin untuk menderita gejala seperti flu.

"Terutama, pilihan jalur yang pendek (yang disukai banyak orang) memiliki tingkat penularan penyakit seperti flu lebih tinggi daripada jalur dengan tujuan lebih jauh (yang sedikit penumpangnya), katanya.

Sama halnya dengan bepergian menggunakan bis yang sepi dan ramai penumpang, tentu risikonya akan berbeda. Juga tergantung ventilasi dan berapa lama Anda menghabiskan waktu di bis dan kereta.

Meskipun WHO menyarankan untuk menghindari transportasi umum, namun pemerintah Inggris dan Indonesia tidak mengimbau warganya untuk menghindari transportasi publik ini.

David Nabarro, seorang penasihat khusus tentang COVID-19 untuk WHO, mengatakan, meskipun transportasi umum adalah hal yang penting untuk dipertimbangkan, bukti menunjukkan bahwa jenis "kontak sekilas" yang dimiliki orang ketika bepergian bersama, tampaknya tidak menjadi "sumber penularan" 
terpenting.

Untuk meminimalisir penyebaran virus, sebaiknya Anda membawa hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60% untuk berjaga-jaga jika dalam angkutan umum tidak menyediakannya.

Semprotkan setiap kali Anda menyentuh permukaan yang paling sering disentuh seperti kenop pintu, pegangan, uang kembalian, setelah bersin, batuk atau buang ingus, sebelum dan sesudah makan, sebelum menyentuh wajah, sebelum memakai masker dan juga sesudah melepas masker.

Jika ada kesempatan, segera cuci tangan dengan air bersih dan sabun.

Jangan sungkan untuk menegur (tanpa menyinggung), siapapun yang Anda temui batuk atau bersin tidak ditutupi dengan masker atau tisu atau siku. Jika ia tidak memiliki masker atau tisu, berikan selembar padanya untuk menyelamatkan Anda dan orang lain.

Jika Anda tidak sakit, sebaiknya tidak memakai masker. “Rata-rata orang sehat tidak perlu pakai masker, dan mereka tidak boleh memakai masker,” kata spesialis infeksi Eli Perencevich, MD, seorang profesor kedokteran dan epidemiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Iowa.

“Tidak ada bukti bahwa memakai masker pada orang sehat akan melindungi mereka. Mereka yang memakainya secara salah, justru meningkatkan risiko infeksi karena mereka lebih sering menyentuh wajah mereka."

Jika Anda Sakit sebaiknya berdiam diri di rumah. Tapi jika dalam keadaan darurat, lakukan hal ini:
- Hindari kontak dengan orang lain
- Gunakan masker dengan baik dan benar. Ganti setiap 4 jam sekali atau sebelumnya jika dirasa sudah basah.
 - Tutupi hidung dan mulut setiap batuk atau bersin, jangan buang lendir ingus atau dahak sembarangan. Pakai tisu dan setelahnya buang ke tempat sampah yang sesuai.
 - Perbanyak minum air putih dan makanan bergizi seperti buah dan sayur. [lis]

Sabtu, 14 Maret 2020

Memulihkan Diri dari Rasa Jenuh dan Stres Kerja Kronis

Sabtu, 14 Maret 2020 17:46:57

Memulihkan Diri dari Rasa Jenuh dan Stres Kerja Kronis

Jika kamu seorang pekerja, besar kemungkinan kamu pernah mendengar istilah "burnout" atau bahkan pernah mengalaminya.

Burnout atau kejenuhan merupakan kelelahan berlebih yang disebabkan oleh stres kronis ketika kerja.

Karakter gejalanya seperti kelelahan emosional, kurang berenergi, dan mengalami penurunan kepuasan dengan pekerjaan.

Waspadalah karena kondisi ini dikaitkan dengan masalah kesehatan yang cukup luas, seperti risiko penyakit kardiovaskular dan gangguan muskoskeletal.

Stres mengaktifkan sistem hormon, metabolisme, kekebalan tubuh, dan kardiovaskular. Jika respon tubuh ini dipicu terlalu sering atau terlalu lama, mereka akan gagal untuk kembali normal dan dapat mengubah respon imun serta peradangan di dalam tubuh.
Perubahan-perubahan ini pada akhirnya dapat menyebabkan kondisi fisik lainnya, seperti penyakit jantung koroner.

Untuk mengatasinya memang diperlukan perbaikan kondisi kerja dan budaya untuk mengatasi peningkatan jumlah orang yang mengalami kelelahan.

Namun, ada banyak hal yang dapat kita lakukan sendiri untuk mengatasinya sekarang. Cara paling signifikan untuk mencegah kejenuhan adalah pemulihan.
Kejenuhan adalah konsekuensi stres kronis di tempat kerja yang terjadi pada periode waktu tertentu dan memiliki tiga komponen:

- Kelelahan emosional (lelah, letih dan frustrasi).

- Sinisme atau perasaan lepas dari kehidupan sosial (sedikit peduli tentang rekan kerja atau klien).

- Kekurangan rasa kepuasaan terhadap kerjaan orang lain.

Alih-alih mencoba lebih produktif atau menjadi lebih baik di tempat kerja, kejenuhan justru membutuhkan penanganan berbeda.

Dibutuhkan pemulihan dengan menemukan waktu atau ruang untuk diri sendiri di mana kamu tidak terkait dengan segala sesuatu tentang pekerjaan atau hal-hal yang membuat stres.

Pemulihan adalah bagaimana membawa respons fisiologis, seperti kortisol (hormon stres utama), kembali ke tingkat awal. Pemulihan yang tepat akan membantumu merasa lebih bersemangat untuk menghadapi hari lain di tempat kerja. Pemulihan dapat terjadi selama hari kerja (pemulihan internal) dan di luar pekerjaan (pemulihan eksternal).

Tipe pemulihan

Pemulihan internal adalah bagaimana melepaskan diri dari stres dengan menggunakan waktu singkat selama bekerja untuk mengurangi respons stres tubuh kita.

Misalnya, istirahat sejenak, melakukan latihan pernapasan atau berganti tugas ketika merasa lelah secara mental atau fisik.

Jadi, jika memiliki waktu luang beberapa menit di antara tugas atau rapat, kamu mungkin bisa mencoba bersantai daripada memeriksa email dan mengalami stres baru.

Setelah bekerja, kamu memiliki kesempatan untuk pemulihan eksternal. Ini adalah hal-hal yang dilakukan di luar pekerjaan untuk membantu menghilangkan stres.

Alih-alih terus memeriksa pekerjaan dan email, kamu bisa melakukan aktivitas apa pun yang kamu sukai. Bisa seperti menonton televisi, membaca, atau bersosialisasi.

Lakukan apapun kegiatan yang tidak mendorongmu untuk berpikir lebih banyak tentang pekerjaan.

Kunci untuk pemulihan yang baik adalah memilih kegiatan berdasarkan apa yang membuatmu merasa lebih baik.

Jika media sosial menciptakan perasaan negatif, jangan membukanya saat istirahat atau setelah bekerja.

Jika bersosialisasi dengan orang-orang tertentu membuatmu merasa lelah, maka hindarilah karena tidak akan memulihkanmu.

Pemulihan harian juga penting. Penelitian menunjukkan, energi yang diperoleh dari kegiatan setelah kerja di hari sebelumnya membantu mengelola stres kerja di keesokan harinya.
Tetapi, penting untuk diketahui bahwa yang perlu diperhatikan bukan dari kuantitas waktu yang dihabiskan untuk pemulihan, melainkan kualitasnya.
Penting untuk melakukan hal-hal yang membuatmu merasa bahagia atau puas saat melakukannya.

Penelitian menemukan, bahwa memilih kegiatan pemulihan yang memuaskan dan bermakna secara pribadi lebih mungkin membantu kita merasa pulih dan lebih baik di pagi berikutnya.

Tipe aktivitas

Ada empat jenis pengalaman pemulihan yang menjelaskan bagaimana dan mengapa kegiatan pemulihan bekerja:

- Pelepasan psikologis (tidak memikirkan pekerjaan).

- Relaksasi (berjalan-jalan di alam, mendengarkan musik, membaca buku, tidak melakukan apa pun di sofa).

- Penguasaan (seperti mencari peluang untuk melakukan hal-hal yang tidak terkait dengan pekerjaan, seperti belajar bahasa atau mengejar olahraga dan hobi), dan

- Kontrol (memilih cara menghabiskan waktu dan melakukan hal-hal seperti yang diri sendiri inginkan).

Penting untuk dicatat, bahwa detasemen psikologis adalah inti dari pemulihan, tetapi tidak semudah seperti yang dibayangkan.

Misalnya, penggunaan ponsel setelah bekerja dapat mengganggu pemulihan, karena mengaburkan batas antara kerja dan rumah sehingga menghentikan pelepasan psikologis dari pekerjaan.
Atau, bertemu teman dan bersosialisasi untuk bersantai tidak mengarah pada pelepasan psikologis jika percakapan fokus pada keluhan tentang pekerjaan.
Orang-orang juga dapat mempersonalisasi dan memilih kegiatan pemulihan yang cocok untuk dirinya sendiri.

Kelelahan emosional biasanya terjadi sebelum fase lainnya. Ini paling mudah untuk diidentifikasi dan lebiu mudah untuk diubah daripada fase lainnya.
Jadi, jika kamu sudah merasakan kelelahan emosional setiap malam setelah bekerja dan tidak merasa lebih baik di pagi harinya, artinya pemulihanmu belum sempurna.

Jika begitu, kamu mungkin perlu melihat kualitas aktivitas sepulang kerjamu.
Bahkan jika kamu tidak punya banyak waktu, penting untuk meluangkan waktu melakukan hal-hal yang bisa memuaskan diri.

Menyisihkan waktu untuk pulih bisa membantu seseorang lebih erat dengan pekerjaannya dan melindungi diri dari konsekuensi jangka panjang stres kerja dan risiko kejenuhan.

*Sumber: kompas.com

Jumat, 13 Maret 2020

Tempat Paling Banyak Kuman di Pusat Kebugaran

Jum'at, 13 Maret 2020 16:55:01

Tempat Paling Banyak Kuman di Pusat Kebugaran

Cepatnya penyebaran virus corona ke berbagai negara membuat kita lebih peduli terhadap tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang kuman penyakit. Termasuk ketika berada di pusat kebugaran karena ini merupakan tempat berkumpulnya orang dan mereka menggunakan alat secara bergantian.

Jika sudah mengetahui area mana yang kira-kira menjadi tempat favorit kuman, ada baiknya menghindari area tersebut atau lebih menjaga kebersihan setelah menyentuhnya.

Jadi, area mana saja yang perlu diwaspadai di pusat kebugaran?

1. Area dengan keringat

Dari perspektif kesopanan, sangatlah jorok jika berkeringat pada alat-alat olahraga yang digunakan bersama di pusat kebugaran, termasuk di lantai. Dari sudut pandang kesehatan, keringat membantu perpindahan bakteri dan virus dari satu tempat ke tempat lain.

Ketika ada tambahan keringat, permukaan apapun yang sudah kotor di pusat kebugaran pada dasarnya menjadi sarang penuh kuman jahat.

Ingatlah bahwa mengeringkannya dengan handuk tidak sama dengan disinfektan. Menggunakan semprotan antibakteri atau tisu sebelum meletakkan handuk di area pusat kebugaran akan sangat membantu menjaga terkena kuman penyakit.

2. Peralatan bersama

Kondisi peralatan bersama di pusat kebugaran lebih buruk daripada yang kamu duga. Peneliti dari Kent State University yang meneliti 16 pusat kebugaran berbeda menemukan bahwa hampir 40 persen dari semua permukaan mengandung Staph, bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius.

Menurut peneliti utamanya, Mark Dalman, Ph.D, alat yang kemungkinan besar mengandung kuman tersebut adalah medicine ball (exercise ball) yang mencatat angka hampir dua kali lipatnya dari persentase itu.

Penelitian lain menemukan, salmonella dan MRSA juga ditemukan dari segala alat, mulai dari treadmill, beban hingga bangku.

Lindungi diri dari bakteri dan kuman dengan menutupi luka serta mengelap mata, hidung dan mulut dengan handuk bersih. Selain itu, usahakan membersihkan peralatan sebelum menggunakannya.

3. Shower

Kamu mungkin tak mengira shower juga menjadi sarang kuman. Prinsipnya, kata ahli penyakit kaki Lee Cohen, D.P.M, tempat apapun yang lembap dan hangat menjadi sarang berkembang biak bakteri. Namun di kamar mandi bersama, kaki adalah area tubuh yang paling berisiko terkena kuman dan bakteri.

Virus yang menyebabkan kutil plantar sangat menular jika kamu sedang mengalami lecet, seperti jamur kuku jari kaki dan kaki atlet yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak memakai alas kaki dan mencuci kaki ketika beraktivitas di sekitar tempat mandi pusat kebugaran.

4. Perlengkapan olahraga lama

Ini mungkin bukan yang terburuk, tetapi bau dari perlengkapan olahraga lama mungkin akan mengganggu. Suhu panas melepaskan bau, jadi apa yang tampak tidak berbahaya di ruang ganti mungkin akan berbau busuk begitu kamu berkeringat.

Pakaian kotor tidak akan membunuh, tetapi bisa merusak kulit. Kotoran dan minyak dapat terjebak di dalam kain basah dan dapat menyebabkan pori-pori tersumbat.

Dokter kulit dari Mount Sinai Hospital di New York City, Joshua Zeichner, M.D juga mengingatkan bahwa bakteri di dalamnya dapat menyebabkan ruam gatal seperti folliculitis. Jadi, usahakan membawa perlengkapan baru.

*Sumber: kompas.com

Rabu, 11 Maret 2020

Kapan Saat Terbaik Melakukan Tes Minat Bakat untuk Si Kecil?

Rabu, 11 Maret 2020 18:21:38

Kapan Saat Terbaik Melakukan Tes Minat Bakat untuk Si Kecil?

Orangtua tentu ingin membantu anak menemukan ketertarikannya di bidang tertentu, salah satunya dengan tes minat bakat.
Susah-susah gampang menemukan minat dan bakat anak, terlebih mereka masih berada di usia eksplorasi berbagai hal baru di sekitarnya.

Tes minat bakat sebenarnya bukan kewajiban, namun dapat membantu orangtua dan juga anak menemukan apa ketertarikan mereka yang sesungguhnya.
Dalam tes minat bakat, sudah ada prosedur yang dilakukan untuk menilai apa preferensi anak. Hal ini tentu lebih akurat ketimbang hanya bertanya pada anak berdasarkan pengalaman mereka.

Bahkan sejak kecil pun, orangtua tentu sudah mengidentifikasi ketertarikan mereka. Mungkin ada anak yang suka sekali dengan dunia luar angkasa, kehidupan dinosaurus di masa lalu, atau hobi berkreasi di area terbuka.
Mengetahui minat dan bakat anak, akan membantu memutuskan banyak hal. Mulai dari mengetahui tipe kecerdasan anak, memilih buku atau media belajar yang tepat, hingga menentukan jurusannya kelak ketika akan melanjutkan ke bangku kuliah.

Lalu, apa yang bisa dilakukan orangtua
1. Fokus pada minat dan bakat anak   
Perkenalkan sebanyak mungkin hal baru kepada anak untuk membantu mereka mengidentifikasi mana yang paling menarik minat dan mengasah bakatnya. Jangan melulu berkutat pada satu bidang saja, eksplorasi hal sebanyak mungkin.
Semakin luas spektrum yang dikenal anak mulai dari fisik, intelektual, hingga kreativitas, maka bisa dibuat urutan mana yang paling menarik minat dan bakat mereka. Untuk memastikannya, baru bisa dilakukan tes minat dan bakat.

2. Bantu anak temukan tujuannya

Tanpa tujuan, tentu mengerjakan apapun cenderung dilakukan asal-asalan. Untuk itu, ajak anak mengerti apa makna atau nilai di balik hal yang dilakukannya. Hal ini lebih sulit karena harus mengajak anak berpikir secara abstrak.
Untuk membantu mereka, berikan analogi yang lebih nyata sehingga tergambar apa dampak dari yang mereka lakukan terhadap sekitar. Setelah menemukannya, hubungkan dengan minat dan bakat yang mereka sukai.

3. Lihat potensi karir

Mempertimbangkan potensi karir bisa dilakukan setelah melihat hasil tes minat bakat, terutama ketika anak sudah beranjak remaja atau dewasa.

Bantu anak memahami apa saja potensi karir yang bisa mereka masuki ketika menekuni bidang tertentu.

Anak selalu suka berkhayal. Bersama orangtua, ajak mereka berkhayal sudah terjun ke dunia kerja. Tanyakan mana yang paling mereka sukai.

Tentunya, paparkan kelebihan dan kekurangan dari setiap karir yang ada sehingga bayangan tentang karir itu lebih nyata.

4. Cari mentor

Ketika anak sudah menentukan apa minat dan bakat yang paling mereka sukai, tak ada salahnya mencari mentor untuk membimbing mereka.

Tentu tak harus dengan konsep duduk rapi seperti sedang kursus, orang yang lebih berpengalaman di bidangnya juga bisa mengajak anak bercerita lewat pengalaman-pengalaman mereka.

Hal ini bisa membantu membuka perspektif anak akan berbagai hal yang terjadi di sekitar mereka, utamanya berkaitan dengan minat dan bakat yang mereka sukai. Meskipun ada mentor, orangtua juga harus selalu ada untuk mendengarkan anak, apapun cerita mereka.

Kapan waktu yang tepat untuk tes minat bakat?

Idealnya, tes minat bakat dilakukan ketika anak tahu mereka harus mengambil pilihan dari banyak sekali bidang yang pernah mereka kenal.

Jika melakukan tes minat bakat ketika anak masih terlalu kecil, ketertarikan mereka cenderung masih berubah-ubah karena banyak hal baru yang dikenalnya.
Biasanya, orangtua melakukan tes minat bakat ketika anak akan masuk ke penjurusan di sekolah atau kepentingan lainnya yang tidak berhubungan dengan bidang akademis sekalipun.

Dengan melakukan tes minat bakat, orangtua bisa tahu mana yang merupakan minat dan bakat anak sesungguhnya. Tentunya, hasil tidak mutlak benar dan tetap saja orangtua merupakan pihak yang paling tahu anak mereka sendiri.
Untuk itu, orangtua juga bisa mendiskusikan hasil tes minat bakat dengan psikolog anak dengan memaparkan bagaimana antusiasme anak terhadap bidang-bidang tertentu.

Jangan lupa pula komunikasikan kepada anak. Tanyakan apa aktivitas yang paling membuat mereka merasa tertantang, asyik, bahkan betah melakukannya hingga berjam-jam.

Selain itu, hasil dari tes minat bakat pun belum tentu menentukan di mana anak paling cocok berkuliah atau bekerja. Tetap ada banyak faktor lain yang bisa mengubah jalan hidup anak hingga dewasa kelak.

*Sumber: kompas.com

Selasa, 10 Maret 2020

Jaga Kebersihan Tangan, Cara Paling Ampuh Tangkal Virus Corona

Selasa, 10 Maret 2020 17:18:00

Jaga Kebersihan Tangan, Cara Paling Ampuh Tangkal Virus Corona

Virus Corona terus menyebar. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) — yang memberi nama virus itu COVID-19 — mendeklarasikan wabah virus corona berstatus gawat darurat dan menjadi perhatian dunia.

Bagaimana tidak, kasus dan pengidap virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok ini jumlahnya terus bertambah. Virus yang menyerang sistem pernapasan ini telah menyebar hingga lebih dari 25 negara di seluruh dunia. Angka perkembangan yang signifikan ditemukan di Italia, Iran, dan Korea Selatan. Tak menutup kemungkinan Indonesia juga bisa terkena dampak penyebaran virus ini.

Sebagai respons atas instruksi WHO, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersama Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) memberikan rekomendasi terkait kebersihan diri untuk mencegah dan memutus rantai infeksi, yakni dengan melakukan kebersihan tangan secara rutin terutama sebelum memegang mulut, hidung, dan mata. Rekomendasi ini juga berlaku bagi masyarakat setelah mereka menyentuh atau memegang instalasi publik.

“Tangan ini sebenarnya adalah media penularan infeksi yang paling sering. Misalnya naik bajaj atau transportasi umum lain harus pegangan, atau ketika batuk dan pilek, virusnya akan menempel di tangan. Maka dari itu kebersihan tangan menjadi penting,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, DR. Dr. Agus Dwi Susanto Sp. P(K), FISR, FAPSR.

Kendati belum ada penelitian spesifik mengenai efektivitas pencegahan virus corona dengan cuci tangan, jika bertolok pada laporan WHO dan Kementerian Kesehatan, cuci tangan adalah cara yang paling efektif menangkal kuman dan berbagai virus.

Dr Connor Bamford, dari Wellcome-Wolfson Institute for Experimental Medicine, di Queen's University Belfast seperti dilansir BBC, berpendapat bahwa kebersihan tangan bahkan jauh lebih efektif melindungi diri dari virus corona dibandingkan masker wajah.

Seperti halnya virus atau serangga musim dingin, satu cara pasti untuk membunuh kuman adalah dengan mencuci tangan, dan memastikan Anda mencucinya dengan langkah yang benar.

Menurut National Health Service Inggris, Anda harus mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun yang mengandung antiseptik selama sekitar 20 detik, jumlah waktu yang sama untuk menyanyikan Selamat Ulang Tahun dua kali.

Lalu bagaimana cara mencuci tangan dengan benar?

Ya, ada sejumlah panduan tentang cara mencuci tangan, salah satunya yang direkomendasikan oleh WHO berikut ini:

- Basahi tangan dengan air mengalir.
- Oleskan tangan dengan sabun secukupnya.
- Gosok kedua telapak tangan dan punggung tangan.
- Gosok sela jari dengan kedua tangan.
- Gosok kedua telapak dengan jari-jari rapat.
- Jari-jari tangan dirapatkan sambil digosok ke telapak tangan. Tangan kiri ke kanan dan sebaliknya.
- Gosok ibu jari secara berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya.
- Gosokkan kuku jari kanan memutar ke telapak tangan kiri dan sebaliknya dan gosok pergelangan tangan kembali.
- Basuh kedua tangan dengan air mengalir.
- Keringkan tangan dengan handuk atau tisu.
- Matikan keran air dengan handuk atau tisu.

Jika sabun dan air tidak tersedia, WHO dan IDI pun menyarankan untuk menggunakan hand sanitizer dengan kandungan alkohol 70 persen.

Seperti yang dilaporkan oleh HuffPost, hand sanitizer berbasis alkohol 70 persen tidak hanya efektif mencegah penularan virus corona, tetapi juga penularan infeksi virus pada umumnya. Menurut profesor University of Toronto James Scott, dalam menghilangkan kotoran hand sanitizer dengan kandungan alkohol 70 persen memang tidak dapat menggantikan cuci tangan, namun dalam hal penyakit virus atau bakteri seperti corona, ini adalah cara terbaik untuk mencegah penyebarannya.

Menjaga kebersihan tangan adalah salah satu cara yang dapat Anda terapkan untuk menghindari menjaga diri Anda aman dari virus corona. Apalagi, kini tak sulit untuk mendapatkan sabun anti-bacterial atau hand sanitizer dengan kandungan alkohol 70 persen yang benar-benar efektif membunuh kuman.

*Sumber: kumparan.com

Senin, 09 Maret 2020

Berat Badan Anak Berlebih, Jangan Asal Kurangi Porsi Makannya! Kenapa?

Senin, 09 Maret 2020 20:52:38

Berat Badan Anak Berlebih, Jangan Asal Kurangi Porsi Makannya! Kenapa?

Orang tua perlu memantau tumbuh kembang anak, apalagi di 1.000 hari pertama kehidupannya. Sebab, jangan sampai pertumbuhannya terhambat karena nantinya dapat berpengaruh hingga dewasa, Moms.

Bahkan sejak memulai MPASI yaitu saat bayi berusia 6 bulan ke atas. Sebenarnya orang tua sudah harus memperhatikan asupan gizi yang akan dikonsumsi si kecil. Ya, mereka membutuhkan gizi seimbang sejak dini dari makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan vitamin lainnya. Adapun makanan yang Anda perlu sajikan adalah dari aneka jenis makanan, sebab tidak ada satu-satunya makanan 'sempurna' yang mengandung semua nilai gizi baik itu.

Seiring pertumbuhan anak, kerap didapati ada anak dengan berat badan berlebih. Apakah dengan menerapkan pola gizi seimbang dapat menurunkan berat badannya?

dr. Diana Suganda, SpGK, dokter spesialis gizi klinik menjelaskan bahwa menerapkan gizi seimbang tidak bisa menurunkan berat badan anak, Moms. Hal ini karena harus dilihat kembali, seberapa banyak kalori yang didapat si kecil dan seberapa banyak yang harus dikurangi. Adapun dalam praktiknya, orang tua juga tidak bisa sembarangan turunkan berat badan anak mereka karena ia masih dalam masa tumbuh kembang.

"Kalau orang tua turunin berat badan anak secara asal, nanti dia (anak) enggak tinggi lagi," kata dr. Diana Suganda, Sp.GK saat ditemui di kawasan Gunawarman, Jakarta Selatan belum lama ini.

Sebaliknya, dokter yang juga praktik di RSIA Asih Jakarta dan RSPI Bintaro Jaya Tangerang Selatan ini juga mengungkap, orang dewasa kemungkinan besar masih bisa menurunkan berat badan saat menerapkan gizi seimbang dibanding dengan anak yang masih tumbuh dan berkembang.

Sementara menurut WHO, pertumbuhan tinggi badan laki-laki biasanya akan berhenti kira-kira di usia 21 tahun, sedangkan perempuan di usia 18 tahun. Namun kondisi ini tergantung dengan kapan anak itu mulai mengalami pubertas.

Lebih lanjut, dr. Diana menyarankan jika orang tua ingin menurunkan berat badan anak, sebaiknya konsultasikan terlebih dulu ke dokter agar mendapatkan kepastian tentang seberapa banyak kalori yang perlu dikurangi.

"Kalau anak enggak boleh sembarangan. Harus konsultasi, nanti kalorinya kita kurangin dari kebutuhan tapi komposisi protein tinggi, kalsiumnya naik. Dan yang perlu diingat, tiap anak beda kebutuhan kalorinya," tutup dr. Diana.

*Sumber: kumparan.com

Minggu, 08 Maret 2020

Kesalahan Keuangan yang Dilakukan Perempuan dan Cara Mengatasinya

Senin, 08 Maret 2020 17:41:06

Kesalahan Keuangan yang Dilakukan Perempuan dan Cara Mengatasinya

Jika berbicara soal keuangan, perempuan memang lebih peka daripada laki-laki. Namun, perempuan juga yang terkadang paling banyak melakukan kesalahan dalam hal keuangan.

Perempuan gampang 'khilaf' jika tergoda oleh diskon dan bahkan berani mengambil cicilan kartu kredit hanya demi sebuah tas atau sepatu impian. Dan karena godaan-godaan ini, tidak sedikit perempuan yang kesulitan mengatur keuangannya setiap bulan.

Ligwina Hananto, seorang Financial Trainer dari QM Training mengatakan bahwa kesalahan yang dilakukan perempuan dalam hal finansial adalah karena adanya kecenderungan terlalu bergantung pada orang lain, terutama kepada ayahnya atau suami.

“Kesalahan utama perempuan adalah tidak memperhatikan kondisi finansialnya sejak dini, mengandalkan laki-laki untuk menopang hidupnya (ayah lalu suami), dan tidak menyiapkan pensiun. Padahal banyak perempuan yang hidup lebih lama daripada pasangannya,” ungkap Ligwina Hananto kepada kumparanWOMAN, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, sifat perempuan yang cenderung selalu mengandalkan laki-laki itu diibaratkan seperti pemikiran putri zaman dulu, di mana para putri selalu menunggu pangeran tampan yang datang untuk menyelamatkannya dari masalah apapun.

Pemikiran seperti itulah yang membuat perempuan kesulitan untuk mandiri secara finansial. Perempuan jadi berharap ada ayah atau suami yang akan membantu mereka jika nantinya keuangan tidak stabil.

Oleh karena itu, mulai sejak menjadi ‘first jobber’ di usia 20-an, penting sekali bagi perempuan untuk memiliki kemampuan untuk mengelola uang, agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan fatal di kemudian hari.

Menurut penuturan Ligwina, ada empat pilar ‘Jagoan Finansial’ yang bisa diterapkan oleh perempuan muda agar terhindar dari kesalahan keuangan yang sering dilakukan. Simak ulasannya berikut ini.

1. Menghasilkan uang

Ada baiknya sejak muda perempuan harus berlatih untuk bisa menghasilkan uang sendiri, sehingga bisa merasakan sulitnya mencari uang agar nantinya bisa mengapresiasi uang yang sudah didapatkan.

“Jika suatu hari memutuskan berhenti bekerja, jadi ibu rumah tangga, Anda harus mempertahankan kemampuan mengelola keuangan itu. Jadi walau menjadi ibu rumah tangga, tetap bisa menghasilkan uang.”

2. Berbelanja

Jika pada umumnya orang menganggap berbelanja bisa memperburuk keuangan, Ligwina berpendapat sebaliknya. Menurutnya, berbelanja itu bisa mengajarkan seseorang untuk mengambil keputusan dengan informasi yang lengkap. Hal inilah yang akan melatih perempuan menjadi lebih bijak dalam menggunakan uangnya di masa yang akan datang.

3. Berbagi

Berbagi memang menjadi salah satu hal yang mulia. Tapi bukan berarti perempuan mau saja ketika dimanfaatkan orang lain sebagai ‘ATM berjalan’. Berbagi disini mengajarkan seseorang untuk terbiasa berempati dan juga mengerti tanggung jawab membantu orang lain.

“Kalau sudah mengapresiasi uang sendiri, tentu nantinya juga mengerti bahwa selain menolong diri sendiri, penting bagi kita untuk bisa menolong orang lain lebih lama.” Jika sudah paham soal konsep berbagi ini, berarti perempuan harus lebih berhati-hati dan bijak saat akan memberi bantuan finansial pada orang lain.

4. Menabung

“Semua pemboros di luar sana, dari kecil sudah diajari menabung, tetapi tidak diajari berbelanja. Harusnya, menabung itu beriringan dengan berbelanja, berbagi dan menghasilkan uang.”

Hal ini perlu dilakukan agar perempuan tidak hanya tahu pentingnya menabung, tetapi juga bisa lebih dewasa dan bijak saat ingin memakai uang tabungannya suatu saat nanti. Apabila menabung dan berbelanja tidak seimbang, maka keuangan bisa ludes begitu saja tanpa ada hasil yang jelas.

*Sumber: kumparan.com

Sabtu, 07 Maret 2020

Alami Bad Mood saat Bekerja? Begini Cara Mengatasinya

Sabtu, 07 Maret 2020 16:48:08

Alami Bad Mood saat Bekerja? Begini Cara Mengatasinya

Menjalani aktivitas yang hampir sama dan selalu berada di kantor hampir setiap hari membuat kita lama-kelamaan dilanda rasa bosan hingga bad mood. Semangat bekerja pun jadi menurun, akhirnya hasil pekerjaan jadi kurang maksimal.

Ketika rasa bosan dan bad mood di kantor sudah dirasa sebaiknya Anda tidak membiarkannya. Bila suasana hati seperti itu kerap dibiarkan, ini bisa mempengaruhi pada kesehatan mental pula. Tidak enak kan rasanya, sedang merasa bosan tapi ‘dipaksa’ untuk tetap bekerja?

Supaya rasa bosan dalam bekerja tidak mengganggu intensitas bekerja, berikut kumparanWOMAN rangkum hal yang bisa Anda lakukan untuk memperbaiki mood buruk saat bekerja. Berikut ulasannya.

Mendengarkan musik

Menurut Darlene Mininni, pengajar pengembangan profesional dan psikolog kesehatan di University of California, Los Angeles, Amerika Serikat, dan penulis buku ‘The Emotional Tool Kit’, mendengarkan musik dapat menenangkan situasi hati. Terdapat studi yang menemukan bahwa mendengarkan musik klasik hanya dalam 10 menit dapat meminimalkan perasaan negatif.

Mengutip psychcentral, ada pula hasil studi yang menyatakan mendengarkan musik dapat menurunkan tekanan darah, detak jantung, dan kadar hormon stres (kortisol). Studi tersebut dilakukan pada 54 perawat yang mendengarkan musik menenangkan selama 30 menit.

Jadi ketika perasaan bosan muncul, mendengarkan musik klasik atau musik favorit Anda dapat membangkitkan kembali semangat. Pastikan mendengarkan musik di kantor menggunakan earphone ya Ladies, agar rekan kerja yang lain tidak terganggu.

Menghirup aroma yang menenangkan

Penulis buku terlaris asal Amerika Serikat, Gretchen Rubin, menghirup aroma yang menyegarkan dan menenangkan dapat meningkatkan mood jadi lebih baik. Menurutnya meredakan suasana hati yang buruk di kantor bisa dengan cara sederhana ini. Ketika kita menghirup aroma vanila yang lembut atau aroma kopi maka rasa stres akan memudar.

Mengobrol dengan rekan kerja

Ketika bad mood datang membuat Anda hanya ingin terdiam atau berbaring santai. Namun itu tidak mungkin dilakukan bila tugas pekerjaan masih menumpuk, cari kembali rasa semangat dengan mengajak rekan kerja berbincang agar suasana hati lebih tenang. Bisa saja Anda mendapatkan informasi yang menarik dan membangkitkan semangat.

Perlu diingat, jangan sampai mengobrol ini malah mengganggu efektivitas bekerja. Lakukan saja hanya untuk menenangkan pikiran dan mengembalikan suasan hati. Bagaimanapun interaksi sosial dapat membantu suasana hati.

Melatih pernapasan

Menurut pelatih pernapasan asal Turki, Nevsah Karamehmet mengatakan pada Elite Daily, kita perlu mengatur pernapasan pada situasi-situasi tertentu. Jadi kita harus memperhatikan pernapasan pada masa penuh tekanan, marah, lelah, hingga kehilangan fokus. Jadi mengatur pernapasan menjadi cara terbaik untuk menghadapi rasa bosan juga.

Nevsah menambahkan, mengatur pernapasan dengan kesadaran karena situasi yang dihadapi, membuat Anda merasa memiliki kekuatan untuk mengubah seluruh suasana hati. Maka berlatihlah dalam mengatur pernapasan.
Karier, rileks

Cara sederhahannya, Anda dapat menghirup napas dengan cara menarik perut bagian bawah dan mengeluarkan napas melalui mulut secara perlahan. Lakukan cara ini selama beberapa menit hingga seluruh energi negatif di dalam diri hilang dan otak pun menjadi lebih rileks.

Menyegarkan pikiran ke luar ruangan

Terkadang salah satu penyebab Anda merasa bad mood karena jenuh terhadap rutinitas yang ada di kantor. Seperti duduk di meja yang sama dan melakukan hal yang sama setiap harinya. Kondisi seperti ini membuat Anda membutuhkan suasana baru.

Jika perusahaan tidak memberlakukan bekerja remote, namun kantor memiliki suasana seperti rumah dan terdapat taman. Cobalah bekerja di ruang terbuka itu untuk menyegarkan pikiran dan suasana hati. Carilah tempat yang membuat Anda jadi lebih nyaman bekerja, Ladies.

*Sumber: kumparan.com