Pages

Rabu, 31 Juli 2019

Anak Suka Berbahasa Gaul, Orang Tua Harus Bagaimana?

Rabu, 31 Juli 2019 17:44:22

Anak Suka Berbahasa Gaul, Orang Tua Harus Bagaimana?

Keterampilan berbahasa merupakan satu dari sekian keterampilan yang perlu dimiliki anak. Tidak hanya berguna untuk anak berkomunikasi sehari-hari, bersekolah atau berinteraksi dengan teman-temannya, keterampilan berbahasa juga jadi salah satu tolok ukur kecerdasan anak.

Namun bagaimana kalau anak suka berbahasa gaul? Baik secara lisan maupun tulisan. Apakah ini termasuk perkembangan keterampilan berbahasa? Atau justru merupakan suatu kemunduran dan perlu jadi perhatian orang tua?

Henny E.Wirawan, M.Hum, psikolog yang juga merupakan seorang psikoterapis dari Fakultas Universitas Indonesia, menjelaskan mengenai hal ini, Moms.

Dalam bukunya, Anakku Buah Hatiku - Panduan Praktis Mengasuh Anak, Henny menulis kalau berbahasa Indonesia yang baik dan benar seyogyanya tidak menjadi kendala bagi kita atau anak-anak kita yang dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia. Namun Henny tak memungkiri, dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan bahasa gaul semakin marak.

Orang tua bisa saja mendapat pesan tulisan dari anak melalui ponsel yang isinya sulit dibaca. Misalnya karena penuh dengan istilah gaul, singkatan-singkatan, penggunaan tanda baca hingga besar-kecil huruf yang sulit dipahami. Kata-kata maupun cara menulis yang 'ajaib' tersebut juga tidak bisa ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tidak heran kalau kita sebagai orang tua dibuat bingung membacanya.

Namun kita pun perlu tahu, apa yang kita anggap aneh atau 'ajaib' ini justru merupakan hal yang spektakuler bagi anak. Seringkali anak menggunakan bahasa atau cara ini sebagai alatnya berekspresi atau menyatakan jati diri. Jadi sebaiknya, jangan langsung dimarahi ya, Moms.

Lantas, apa yang sebaiknya kita lakukan?

Menurut Henny, sebagai orang tua tidak ada salahnya jika kita turut menyerap kata-kata atau belajar memahami bahasa gaul yang digunakan anak. Jangan ragu untuk bertanya pada anak apa arti kata-kata atau singkatan yang digunakannya.

Mencari tahu atau belajar bahasa gaul yang digunakan anak juga bisa membantu kita memahami percakapan anak dengan teman-temannya, Moms.  Anak pun tentu senang, karena kita mau mencari tahu dan tidak 'ketinggalan zaman'.

Meski begitu, Henny mengingatkan bahwa orang tua juga perlu berdiskusi dengan anak mengenai penggunaan bahasa gaul ini. Anda bisa mengatakan pada anak bahwa berbahasa gaul itu tidak salah jika digunakan untuk berkomunikasi dengan teman-teman sebaya.

Tapi,  ingatkan juga bahwa penggunaan bahasa yang baik, benar dan santun tetap harus ia kuasai dan digunakan pada tempatnya. Misalnya saat anak berinteraksi dengan guru di sekolah atau  berbicara dan menulis pesan untuk orang tua dan orang dewasa lainnya.

*Sumber: kumparan.com

Selasa, 30 Juli 2019

Beneran Sayang (Anak)?

Selasa, 30 Juli 2019 17:26:03

Beneran Sayang (Anak)?

“T-U, TU,” kata Bu Guru ketika seorang anak 4 tahun tidak mendengarkan instruksinya di kelas. Kemudian seluruh murid di kelas tersebut menjawab keras “L-I, LI”. Dan segera sesudahnya, ramai berteriak bersama “Tuli! Tuli! Tuli!”, sambil menunjuk si anak laki-laki beramai-ramai.

Ini bukan kisah rekaan, ini cerita nyata, beberapa hari lalu di sebuah TK negeri di Jakarta, yang seluruh komunitasnya merasa praktik “perundungan” pada anak yang dilakukan oleh orang dewasa dan teman sebaya bukan masalah.

Dalam pendidikan dan pengasuhan, serta berbagai peran kita terhadap anak, kita sebenarnya selalu dihadapkan pada pilihan. Sebagai guru dan orang tua, atau sebagai pengusaha buku dan tetangga di jalan yang sama, kita seringkali berinteraksi dengan anak berbagai usia.

Namun, kita jarang berefleksi soal apa yang dirasakan tentang anak, apa yang dipikirkan mengenai anak dan apa yang dilakukan terhadap anak. Pertanyaan esensialnya “Apakah kita berorientasi pada anak?” dan pertanyaan mendasarnya “Apakah kita layak menjadi pendidik atau pengasuh anak?”

Saya paham betul pertanyaan dan pernyataan di atas bisa disalahpahami sebagai “serangan”. Tetapi, setelah sekian lama bekerja di bidang ini--saya makin percaya, bahwa paradigma adalah awal segalanya. Kita semua sepakat, bahwa anak butuh dibiasakan “kuat” menghadapi tekanan kehidupan, “berjuang” melawan kesusahan agar berhasil mengatasi berbagai tantangan masa depan. Tetapi keselarasan paradigma tidak pernah sekadar tentang cita-cita yang sama.

Saya selalu “menguji” paradigma saat pendidik berbicara tentang “cara”. Jangan pernah lupa, menghadapi tekanan yang muncul dari orang yang tidak memiliki dasar percaya--sering kali punya intensi jahat pada kita, sangat berbeda dengan dibebani dan dikhianati oleh orang tua atau guru sendiri yang kebablasan melakukan kekerasan dengan alasan anak “perlu dibiasakan”.

Situasi pertama adalah bagian yang seringkali tidak bisa dihindari dalam perjalanan hidup, situasi kedua adalah pelanggaran hak, jebakan tak perlu, yang membuat keyakinan diri anak untuk berdaya justru semakin rapuh.

Menghadapi tekanan di saat dewasa, dengan modal interaksi di kelas dan ruang keluarga yang penuh cinta tanpa syarat di masa anak dan remaja, sangat berbeda dengan menghadapi perundungan di usia dini. Berusaha membela diri sendiri di lingkungan terdekat yang mestinya menjadi tempat aman bagi tumbuh kembangnya.

Situasi pertama mendukung anak memiliki kemampuan beradaptasi dan mencari solusi, situasi kedua adalah prediktor utama seseorang yang tidak mampu menginisiasi dan menunjukkan kompetensi.

Berpihak pada anak bukan sekadar mantra, tapi dilema berkelanjutan yang menjadi keputusan harian kita. Apakah kita berorientasi pada anak atau tidak, adalah kumpulan interaksi berkelanjutan yang menentukan keberhasilan mencapai tujuan.

Sebagian kita memilih untuk menilai anak, bukan ingin tahu tentang anak. Berhenti pada “skor” rendah atau tinggi dalam ujian, seberapa kurus atau gemuk anak di atas timbangan--tanpa menginterpretasi lebih jauh apa makna di balik setiap standar.

Sebagian kita yang lain dipenuhi emosi “tak puguh”, sampai ke titik memandang anak sebagai masalah. Memikirkan diri kita sendiri memang manusiawi, tetapi menganggap apa yang dilakukan anak semata bertujuan untuk mengganggu, jelas menunjukkan bahwa kita perlu lebih dewasa dalam memaknai interaksi lintas usia. Kita perlu percaya bahwa anak adalah sekutu utama, yang menuju tujuan yang sama--apa yang terbaik untuk kepentingannya. Sebelum mempertanyakan intensi anak, mari bertanya tentang intensi kita yang mendapat amanah menjaganya.

Salah satu pikiran utama kita mengenai anak yang biasanya mendominasi adalah kekurangannya. Jarang sekali kita melihat bahwa dalam kesulitan, anak sedang mengkomunikasikan kebutuhannya. Hal ini seringkali membuat kita mencari solusi yang justru membuat kekurangannya makin tampak sehari-hari, serta melupakan bahwa kelebihan anak sering kali adalah titik tolok yang lebih berarti untuk mengurangi kesenjangan antara perilaku anak dengan ekspektasi.

Coba pikirkan kembali, saat anak tidak menyelesaikan tugas misalnya, kecenderungan kita justru menambah beban pekerjaannya--bukan berpikir tentang tingkat tantangan yang sesuai untuknya, atau dukungan pengaturan waktu maupun pengayaan keterampilan dasar yang membantunya.

Kita yang berorientasi pada anak, akan punya harapan yang tinggi kepadanya, untuk mencapai semua tujuan pendidikan dan pengasuhan. Kita akan membuktikan bahwa semua anak bisa mencapai puncak capaian, selama kita memperhatikan kesiapannya dan menumbuhkan kompetensinya.

Kita yang berorientasi pada suatu standar administrasi atau beban kurikulum atau tuntutan apapun di luar anak, akan dengan cepat menilai kemampuannya--mengklasifikasi anak dengan berbagai cara, pintar atau bodoh, berpotensi atau tidak layak dapat atensi. Begitu banyak contoh, di desa maupun di kota, pulau terpadat ataupun terluar di Indonesia yang menjadi bukti kesenjangan kesempatan dan capaian, serta menunjukkan masalah pemerataan dalam ekosistem pendidikan kita.

Di dalam sistem besar sebagai negara dan warganya, di dalam sistem kecil sebagai keluarga dan anggotanya, kita perlu berpikir ulang tentang apa yang kita lakukan terhadap anak. Praktik menghukum dan menyogok anak masih sering kita praktikkan, bahkan saat kita merasa mendukung Indonesia yang anti korupsi. Anak kita butuh ditumbuhkan kemandiriannya dengan disiplin dan dukungan lingkungan sejak dini, bahkan sejak pemberian ASI.

Di percakapan sehari-hari, kita mungkin sudah sering mengapresiasi anak yang menurut kita layak dipuji, namun masih jarang dengan sengaja memastikan bahwa semua dan setiap anak di sekitar kita dihormati.

Tulisan ini sengaja disebarkan sesudah segala perayaan dan unggahan tentang hari anak. Momen yang bermanfaat, dan mestinya menjadi pengingat. Memenuhi hak anak, generasi masa depan, seharusnya menjadi pekerjaan harian. Bukan untuk dikebelakangkan atau dilupakan setelah mendapat penghargaan tahunan.

Apalagi diabaikan dengan alasan “saya juga dulu dibegitukan”. Suara anak sering kali kurang kuat. Kurang nyaring untuk didengarkan di dalam kelas, kurang penting untuk dipertimbangkan dalam kebijakan, kurang genting untuk mendorong kita melakukan perubahan. Mari merayakan anak, setiap hari!

*Sumber: kumparan.com

Senin, 29 Juli 2019

Mengenal Trombofilia, Penyebab Keguguran Berulang pada Ibu Hamil

Senin, 29 July 2019 17:52:51

Mengenal Trombofilia, Penyebab  Keguguran Berulang pada Ibu Hamil

Mungkin tak ada satu pun ibu hamil yang menginginkan keguguran. Namun dalam beberapa kasus, keguguran taak bisa dihindari bahkan bisa terjadi berulang. Seorang wanita dikatakan mengalami keguguran berulang bila ia pernah mengalami keguguran sebanyak tiga kali secara berturut-turut atau lebih.

Penyebab keguguran berulang bisa dipengaruhi oleh faktor hormonal, kondisi rahim, adanya infeksi, sistem kekebalan tubuh yang turun, serta adanya kelainan kromosom pada janin.

Dalam sebuah studi terbaru, keguguran berulang juga bisa disebabkan oleh gangguan pembekuan darah atau dalam bahasa medisnya disebut trombofilia.

Trombofilia tidak selalu disebabkan oleh faktor keturunan Moms. Kondisi ini juga dapat dipicu oleh kehamilan. Wanita hamil yang mengalami trombofilia, umumnya akan mengalami gejala seperti pembengkakan atau rasa nyeri di satu kaki, rasa sakit yang berlebih ketika berjalan, dan vena yang lebih besar dari ukuran normalnya.

Adapun yang menjadi penyebab berubahnya faktor pembekuan darah yang menyebabkan trombofilia adalah akibat mutasi faktor V Leiden dan mutasi prothrombin G20210A sebagai pertanda genetik. Kedua mutasi genetik tersebut adalah penyebab paling umum dari trombofilia. Hal ini dapat dideteksi melalui beberapa pemeriksaan darah yang mudah pada wanita.

Pada pasien yang mengalami keguguran berulang, mungkin ia memiliki satu atau lebih pertanda genetik kondisi trombofilia-nya. Sebuah studi, kata dr Aryanto menunjukkan bahwa sebanyak 19 persen dari pasien yang mengalami keguguran atau 15 dari 80 pasien memiliki mutasi faktor V Leiden. Indikator lain dari trombofilia seperti mutasi protrombin, resistensi protein C, defisiensi protein S, dan defisiensi antitrombin III juga lebih banyak ditemukan di kalangan wanita yang sering mengalami keguguran.

Tapi jangan khawatir, Moms, trombofilia pada ibu hamil bisa diobati. Caranya, kata dr Aryanto, dengan pemberian obat pengencer darah, baik jenis tablet maupun suntikan. Pengobatan ini dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke organ kandungan dan menjaga kehamilan agar tetap baik dan meminimalisir terjadinya keguguran.

Yang jelas, semua pasien yang menerima pengobatan harus dipantau secara berkala selama masa kehamilannya dan kondisi kekentalan darahnya, Moms. Selain itu, penambahan asupan suplemen kalsium yang diberikan selama pengobatan juga harus diperhatikan.

*Sumber: kumparan.com

Sabtu, 27 Juli 2019

Riset: Anak yang Sering Tantrum Berpeluang Sukses saat Dewasa

Sabtu, 27 Juli 2019 17:37:01

Riset: Anak yang Sering Tantrum Berpeluang Sukses saat Dewasa

Tak ada orang tua yang senang bila anak sedang tantrum. Terutama bila si kecil harus tantrum di tempat umum, maklum jika Anda merasa kesal, malu, dan bingung sekaligus. Meski perilaku tantrum jauh dari kata menyenangkan, hasil riset berikut mungkin bisa menghibur Anda, Moms.

Sebuah riset yang dipublikasikan di jurnal Developmental Psychology pada 2015 mencoba mencari hubungan antara perilaku anak dengan kesuksesan mereka di masa depan. Studi itu melibatkan 745 orang di Luxembourg, Belgia, yang dianalisis perilaku dan karakternya mulai mereka berusia 12 tahun hingga 52 tahun.

Hasil penelitian itu mengungkapkan bahwa anak yang dulu suka menentang peraturan dan membangkang dari orang tuanya cenderung menempuh pendidikan lebih tinggi dan mendapatkan pekerjaan bergengsi!

Riset senada juga dilakukan Angela Duckworth, psikolog dari University of Pennsylvania, AS. Dia mengungkapkan bahwa bila anak menunjukkan sifat membangkang sejak usia dini, mereka cenderung lebih sukses dalam menitih karir.

Kok bisa begitu ya?

Mungkin selama ini kita hanya memandang tantrum sebagai tingkah negatif anak. Anak menangis, menjerit-jerit, memukul, berguling-guling di lantai, hingga kadang sambil melempar barang. 

Tapi coba pikir pelan-pelan, Moms, alasan si kecil begitu ngotot mempertahankan pendapatnya hingga ia tantrum. Sayangnya, orang tua kadang tak mengerti yang disampaikan dan diinginkan si kecil sehingga ia jadi frustasi.

Secara psikologis, tantrum sebenarnya normal dialami anak-anak. Itulah cara mereka mengekspresikan perasaannya, mencoba untuk mengerti atau mengubah apa yang terjadi di sekitarnya. Dengan kata lain, tantrum merupakan bentuk lain dari kegigihan anak.

Kegigihannya ini akan bermanfaat untuk karirnya di masa depan bila ia bisa mengaturnya dengan baik. Jadi Moms, lain kali saat anak tantrum, bayangkan si kecil akan menjadi CEO startup atau entrepreneur agar hati Anda tak terlalu kesal.

Namun begitu, bantu anak untuk kelola emosi dan kegigihannya itu pada jalur yang tepat saat tantrum mereda.

*Sumber: kumparan.com

Kamis, 25 Juli 2019

Ini Alasan Pentingnya Bergaul dengan Orang Tua Murid di Sekolah

Kamis, 25 Juli 2019 16:32:00

Ini Alasan Pentingnya Bergaul dengan Orang Tua Murid di Sekolah

Tahun ajaran 2019-2020 baru saja dimulai. Hari pertama masuk sekolah bisa jadi momen yang menyenangkan sekaligus mendebarkan bagi anak. Si kecil akan menemui teman dan lingkungan baru yang bisa saja membuatnya merasa cemas atau bahkan tidak percaya diri.

Guna memberikan rasa nyaman dan aman di hari pertama anak masuk sekolah, pendampingan orang tua sangat dianjurkan. Ini sesuai dengan anjuran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang tertera pada Surat Edaran No 4 Tahun 2016 tentang Hari Pertama Sekolah: para orang tua dianjurkan untuk mengantarkan anak-anak mereka. Selain dapat menciptakan momen indah dengan anak di hari pertamanya masuk sekolah, Anda juga dapat membangun lingkungan baru — membentuk interaksi dengan pihak sekolah dan orang tua murid lain.

Ya, berteman dengan sesama orang tua murid sangat penting lho, Moms. Sebagaimana dilansir Sahabat Keluarga Kemendikbud, komunikasi yang efektif dibutuhkan para orang tua murid untuk meningkatkan solidaritas. Aktif dalam kegiatan di sekolah juga bisa turut meningkatkan mutu pendidikan anak. Tak hanya itu, Moms, ada beberapa manfaat lain yang bisa Anda dapatkan jika berteman dengan orang tua dari teman-temannya si kecil di sekolah. Berikut manfaatnya:

Dapat Bertukar Informasi Terkini di Sekolah

Untuk mengetahui informasi apa yang ada di sekolah anak-anak,  sapa dan ajak orang tua murid yang Anda temui untuk mengobrol ringan. Mintalah nomornya, dan bila ada, Anda bisa bergabung di grup-grup chat yang diikuti para orang tua.

Manfaatkan media ini untuk mengenal sesama orang tua murid. Dengan begitu Anda tidak akan canggung untuk bertanya info terbaru tentang sekolah atau sekadar memastikan kembali info yang baru Anda dapat dari anak.

Ibu Bisa Menambah Relasi dan Hubungan Baik dengan Orang Lain

Lewat grup chat juga Anda bisa mengobrol ringan, mendengarkan berbagai masalah pengasuhan yang dialami orang tua murid lain, dan saling memberikan masukan.

Lewat perbincangan ini, Anda akan mendapatkan informasi terbaru seputar pola asuh yang bisa Anda terapkan dan Anda tidak akan tertinggal informasi atau foto-foto dari kegiatan di sekolah yang baru saja berlangsung. Menyenangkan bukan, Moms?

Turut Serta Meningkatkan Kualitas Pengajaran dan Kemajuan Sekolah

Mengutip Sahabat keluarga Kemendikbud, orang tua murid yang sudah saling mengenal dan menjadi lebih dekat akan memiliki rasa persaudaraan dan solidaritas yang kuat. Kedekatan tersebut membuka kesempatan bagi orang tua untuk bertemu, mengenal, dan mendiskusikan banyak hal dengan guru dan staf sekolah terutama soal perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Dengan begitu, orang tua bisa ikut terlibat dalam kegiatan di sekolah atau memberikan ide kepada pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik lagi.

Dapat Berbagi Informasi Mengenai Perlengkapan Kebutuhan Anak di Sekolah

Dengan bergaul bersama orang tua murid lainnya, Anda juga tidak akan sulit untuk mendapatkan informasi seputar kebutuhan anak di sekolah. Misalnya saja, Anda bisa bertanya di mana sebaiknya membeli kebutuhan sekolah yang berkualitas namun harganya terjangkau.

Moms, kini tidak perlu khawatir soal perlengkapan dan kebutuhan sekolah, Anda bisa membeli berbagai keperluan sekolah dengan mudah di Blibli.com, solusi ibu untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan anak — mulai dari sepatu, tas, tempat bekal, kebutuhan alat tulis dan kebutuhan lain yang diperlukan ketika anak pertama kali masuk sekolah hingga perlengkapan belajarnya.

Selain menyediakan sepatu dan tas berkualitas, di Blibli.com juga ada voucher untuk kursus bahasa Inggris di Shane English Centre, satu-satunya sekolah bahasa Inggris global yang telah diberi penghargaan Coat of Arms oleh Royal College of Arms. Bagaimana, Moms? Tertarik?

Tak hanya di sekolah saja, Moms. Anda juga bisa menjalin pertemanan dan sharing pengalaman dengan orang tua lain di Komunitas Sahabat Ibu Pintar. Untuk mendaftar, silakan klik tautan berikut ini.

*Sumber: kumparan.com

Rabu, 24 Juli 2019

Refleksi Hari Anak: Ada Pendidikan yang Kerap Lupa Orang Tua Berikan

Rabu, 24 Juli 2019 17:25:07

Refleksi Hari Anak: Ada Pendidikan yang Kerap Lupa Orang Tua Berikan

Perayaan Hari Anak Nasional yang jatuh tiap tanggal 23 Juli ini harusnya bisa refleksi bagi orang tua. Salah satunya, menjawab pertanyaan: apakah kita sudah memberikan  pendidikan yang dibutuhkan sekaligus jadi hak anak.

Memang, kita mungkin sudah mengajarkan anak berbagai hal sejak kecil. Sebagai orang tua, kita juga memastikan anak mendapat pendidikan agama, bahasa hingga matematika di sekolah yang baik misalnya. Tapi ternyata, ada satu pendidikan yang masih sering kita lupakan padahal sangat penting untuk masa depannya. Yaitu literasi finansial.

Apa maksudnya?

Dijelaskan dalam laman Gerakan Literasi Nasional (GLN) Kemendikbud, ada 6 literasi dasar yang perlu anak kuasai, yaitu literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi budaya dan kewarganegaraan, dan literasi finansial. Dari keenam literasi dasar tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Harris Iskandar, mengungkap pendidikan literasi finansial belum dilakukan secara serius dan terencana, baik di lingkup keluarga ataupun sekolah.

"Dalam budaya masyarakat kita adalah tabu membicarakan segala sesuatu tentang uang di hadapan anak. Itulah mengapa pengetahuan, sikap, dan keterampilan tentang kesehatan finansial keluarga belum mendapat porsi yang cukup pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah," jelas Harris seperti dikutip laman resmi Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud.

Hal tersebut lantas memunculkan pandangan bahwa literasi finansial bukan merupakan kecakapan hidup yang harus dibekalkan pada anak. Pendidikan literasi finansial sendiri, lanjut Harris, bukan hanya sekadar pengenalan uang saja. Lebih dari itu, literasi finansial pada anak adalah sebuah konsep tentang pengenalan pengelolaan keuangan dengan bijak.

"Sehingga anak belajar mengontrol pengeluaran keuangan dengan membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang menjadi keinginan," papar Harris.

Ya Moms, literasi finansial nyatanya memang sangat diperlukan setiap individu, agar sadar dan paham bagaimana cara mengelola keuangan dengan bijak dan sesuai kebutuhan. Karena itu, literasi finansial sebaiknya diajarkan sedini mungkin kepada anak, terutama pada anak usia pra sekolah dan sekolah dasar.

“Sebab, pengenalan terhadap pengetahuan literasi keuangan sejak dini akan membuat anak-anak terbiasa mengelola keuangan dengan baik dan benar di masa yang akan datang. Di Indonesia pendidikan literasi keuangan masih menjadi sesuatu yang sangat jarang dilakukan,” kata Harris.

Sementara itu, dalam laman resmi Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud, Kepala Pusat PAUD dan Dikmas Jawa Barat, Muhammad Hasbi membeberkan kendala utama pengenalan literasi finansial untuk anak, yaitu karena orang tua tidak tau bagaimana cara mengajarkannya.

“Ironisnya, sebagian orangtua tidak tahu kapan dan bagaimana bicara pada anak-anak mereka tentang uang. Akibatnya, ketika memasuki dunia kerja mereka tidak tahu mengelola uang dan banyak melakukan kesalahan terkait finansial. Inilah yang mendasari pentingnya pendidikan literasi keuangan sejak usia dini,” katanya.

*Sumber: kumparan.com

Selasa, 23 Juli 2019

Wajib Waspada, Kecanduan Gadget Bisa Berakibat Fatal Untuk Kesehatan

Selasa, 23 Juli 2019 17:27:34

Wajib Waspada, Kecanduan Gadget Bisa Berakibat Fatal Untuk Kesehatan

Tanda awas untuk orang tua yang memiliki anak yang setiap harinya bermain gadget dan ada kecenderungan mulai susah untuk diperintahkan mengerjakan pekerjaan lain. Jangan sampai, anak itu sudah mulai kecanduan yang bisa berakibat fatal.

Dijelaskan dr Septyano Sondakh, jika sudah ada tanda-tanda anak mulai mengabaikan hal lain selain gadget yang dipegangnya, sebaiknya orang tua langsung mengambil gadget itu, walaupun si anak harus menangis dan meronta.

Menurut dokter lulusan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado ini, jika sudah kecanduan gadget, maka si anak akan memfokuskan perhatiannya ke gadget dan tidak akan lagi mempedulikan hal lain, termasuk yang paling parah adalah mengabaikan jika dirinya belum makan.

"Gadget itu kan bikin ketagihan, terutama jika permainan battle yang seru. Dia akan fokus ke permainan itu. Misalnya dia kalah di permainan, pikirannya akan mendorong ayo menangkan. Kalau menang, yang terdorong adalah terus menjadi terbaik. Akhirnya, dia hanya fokus di permainan dan lupa segalanya termasuk makan," kata Sondakh, Sabtu (20/7).

Sondakh menyebutkan, jika hal itu terjadi, dampaknya buruk untuk kesehatan, karena orang akan terkena dehidrasi dan kekurangan asupan gizi karena sudah jarang makan.

"Ada beberapa kasus, anak-anak masuk rumah sakit harus dilakukan penanganan karena kekurangan asupan gizi. Setelah diperiksa, ternyata karena dehidrasi dan kekurangan gizi akibat makan tak teratur. Tapi, kalau sudah terlalu lemah, ya kadangkala tak bisa lagi ditolong," kata Sondakh.

Sondakh sendiri mengingatkan kepada para orang tua untuk bisa mengatur waktu bermain anak-anak dengan gadget. Menurutnya, jangan karena sibuk kemudian anak-anak di kasih gadget agar tak mengganggu orang tua.

"Sudah ada beberapa kasus terkait kecanduan gadget ini. Ketika ditanya, ya karena orang tua sibuk, malah kasih gadget terutama handphone untuk dimainkan, dan akhirnya anaknya fokus dengan gadget dan lupa makan," tutur dokter yang juga aktif di Tagana ini.

Sementara itu, di Kota Bitung, salah seorang anak berusia 6 tahun di Kecamatan Aertembaga, Kota Bitung, Sulawesi Utara, harus meregang nyawa karena diduga kecanduan gadget.

Kepala Bidang Kepemudaan Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Bitung, Altin Tumengkol, kepada wartawan mengaku saat dirinya melayat, orang tua anak tersebut mengakui kesalahan karena terlalu memanjakan anak dengan membiarkannya bermain gadget hingga lupa waktu.

"Menurut orang tuanya, almarhum anak itu sudah dibiasakan memegang gadget dari umur 3 tahun, pagi dan malam. Mereka tidak sadar kalau bikin kecanduan dan akhirnya malah abai di lain hal. Ini peringatan untuk kita semua," kata Tumengkol.

Sementara, manadobacirita berhasil menemukan keluarga dari anak yang diduga kecanduan gadget tersebut. Namun, pihak keluarga belum mau menceritakan apapun tentang kejadian tersebut. Ayah dari anak yang diduga meninggal karena kecanduan gadget juga meminta agar informasi tentang keluarganya tidak dipublish.

*Sumber: kumparan.com

Minggu, 21 Juli 2019

Mengapa Selalu Lapar Menjelang Tidur Malam ? Ini Sebab Paling Berbahaya

Minggu, 21 Juli 2019 17:26:11

Mengapa Selalu Lapar Menjelang Tidur Malam ? Ini Sebab Paling Berbahaya

Lapar menjadi reaksi tubuh ketika tubuh membutuhkan makanan. Biasanya ketika kita lapar maka kita membutuhkan makanan. Tapi masalahnya lebih buruk karena selalu lapar saat malam hari terutama menjelang tidur malam. Ketika Anda makan maka bisa menyebabkan kenaikan berat badan, mual, muntah dan insomnia. Jika Anda tidak makan maka perut sakit dan bisa terkena penyakit maag. Langkah yang paling tepat untuk kondisi ini adalah mengetahui penyebabnya dan mengatasinya. Berikut ini penyebab selalu lapar menjelang tidur malam.

1. Kebiasaan Kurang Tidur

Kebiasaan kurang tidur ternyata bisa menjadi penyebab pemicu lapar yang terus menerus. Bahkan perut Anda bisa mengirimkan sinyal lapar pada saat siang hari dan malam hari. Akibatnya tubuh menjadi kurang energi dan pikiran kurang fokus. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kurang tidur maka hormon ghrelin dalam tubuh menjadi tidak seimbang. Kekurangan hormon ini akan membuat perut lebih lapar dari biasanya. Jadi atur waktu tidur Anda agar tidak selalu merasa kelaparan.

2. Tubuh Kurang Nutrisi

Kekurangan nutrisi tertentu seperti saat sedang diet juga akan menyebabkan kelaparan. Beberapa defisiensi nutrisi yang bisa memicu kondisi kelaparan seperti:

- Kurang protein: saat tubuh kurang protein maka hormon pengendali nafsu makan kacau dan membuat perut selalu lapar.

- Kurang lemak : dimana kekurangan lemak bisa menyebabkan pencernaan lebih cepat sehingga perut merasa kosong lebih cepat.

- Kurang cairan: kurang cairan akan membuat kerongkongan menjadi lebih kering dan perut terasa kosong.
Ini juga bisa menjadi tanda dehidrasi ketika rasa haus terus menerus terjadi.

- Kurang serat: kurang serat dari sayuran dan buah ternyata juga bisa menyebabkan nafsu makan meningkat dengan cepat.

- Kelebihan Karbohidrat

Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat komplek juga memicu rasa lapar yang lebih besar. Makanan yang mengandung tepung putih akan menyebabkan kenaikan gula darah yang lebih cepat. Proses pencernaan juga berjalan lebih cepat dimana ini akan memicu kondisi yang tidak sehat. Bahkan tubuh akan melepaskan insulin dalam kadar yang sangat tinggi sehingga rentan dengan penyakit diabetes.

4. Terlalu Banyak Olahraga

Kebiasaan terlalu banyak berolahraga juga bisa menyebabkan rasa lapar yang lebih besar. Semua ini dipicu oleh proses pembakaran kalori yang sangat besar sehingga tubuh merasa membutuhkan banyak makanan. Hanya saja kebiasaan ini mungkin tidak baik jika terus dilakukan karena ketika tubuh tidak membatasi makanan maka justru menyebabkan obesitas. Jadi pastikan ketika Anda berolahraga dengan rajin maka pilih nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga seimbang dengan kebutuhan perut.

5. Stres

Stres menjadi penyebab kelaparan saat malam hari. Hal ini karena munculnya hormon ghrelin dan kastitol yang lebih banyak. Hormon ini akan terus memicu kelaparan meskipun Anda sudah makan cukup. Satu-satunya cara untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan mengelola stres seperti dengan yoga, konseling kesehatan mental dan istirahat dari pekerjaan yang memicu stres.
Itulah berbagai sebab selalu lapar menjelang tidur. Kebiasaan tersebut ternyata memang tidak baik untuk tubuh. Karena itu hindari semua penyebab dan lakukan kebiasaan hidup yang lebih sehat. [lis]

Sumber: halosehat.com

Sabtu, 20 Juli 2019

Waspada Orang Tua, Tipe Anak Ini Sering Dibully

Sabtu, 20 Juli 2019 17:29:03

Waspada Orang Tua, Tipe Anak Ini Sering Dibully

Tidak ada orang tua yang ingin anaknya dibully orang lain. Bullying adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk menyakiti, mempermalukan, dan menindas seseorang. Banyak langkah-langkah yang orang tua bisa lakukan untuk menghindari anak menjadi pelaku bullying, seperti membangun empati dan meningkatkan kedekatan dengan anak. Namun, apa yang orang tua perlu lakukan agar anak tidak dibully?

Hal pertama yang perlu diketahui adalah karakteristik anak yang cenderung menjadi korban bullying. “Karakter korban bullying seringkali adalah anak-anak yang tidak memiliki problem solving skill (keterampilan pemecahan masalah) yang baik. Kalau ada masalah mereka tidak tahu apa yang perlu dilakukan,” kata psikolog anak, Jane Cindy Linardi di diskusi Rumah Sakit Pondok Indah, di Amertha Warung Coffee, Jakarta Selatan, Kamis 18 Juli 2019.

Menurut Jane, pelaku bullying akan lebih suka menyakiti, mempermalukan, dan menindas anak-anak yang tidak tahu harus melakukan apa saat menghadapi masalah. Karena itu, Jane menganjurkan orang tua untuk melatih anak keterampilan memecahkan masalah dari sejak kecil. Saat anak menghadapi masalah, orang tua harus mengajarkan cara menghadapi masalah tersebut. Orang tua tidak boleh selalu menyelesaikan masalah anak, karena hal tersebut akan membuat anak menjadi pasif.

“Penting banget untuk mengajarkan anak keterampilan untuk memecahkan masalah dari kecil. Jangan sampai anak selalu dilayani. Kalau anak ketemu masalah, orang tua langsung menyelesaikannya, itu anak pasif diam saja, mereka tidak melakukan apa-apa,” kata Jane. Karena itu, mengajarkan anak untuk menghadapi masalah sendiri akan membantu mereka menghadapi para bully.

Sumber: https://www.cantika.com/read/1226065/
waspada-orang-tua-tipe-anak-ini-sering-dibully

Rabu, 17 Juli 2019

Bosan Camilan dan Permen, Bingkisan Ulang Tahun Anak Ini Lebih OK

Rabu, 17 Juli 2019 17:30:25

:Bosan Camilan dan Permen, Bingkisan Ulang Tahun Anak Ini Lebih OK

Anak sangat senang pesta ulang tahun karena ia akan menjadi pusat perhatian, bergembira ria bersama teman dan keluarga. Selain rangkaian acara pesta, kue ulang tahun, dan makanan yang tersaji, yang membuat kesan tersendiri yaitu goodie bag (bingkisan ulang tahun).

Bila bosan dengan isi goodie bag yang terdiri dari camilan dan permen, berikut ide yang menarik untuk pilihan goodie bag dilansir dari laman Popsugar.

#Tanaman hias

Sebuah pot tanaman mungil berisikan tanaman hias menarik untuk dibagikan, sekaligus memperkenalkan anak untuk cinta lingkungan.

Stiker, pensil, dan penghapus

Buku kecil, pensil, stiker, dan penghapus pasti menyenangkan dan bermanfaat.

#Sekantong kelereng

Kelereng ini sangat menarik untuk dimainkan anak-anak.

#Balon air

Anak-anak senang bermain gelembung dari busa sabun berjam-jam. Hal ini membawa kesenangan tersendiri untuk anak.

#Kartu ucapan

Anak-anak suka goodie bag. Kartu kecil buatan tangan yang lucu membawa kesan yang mendalam. Kartu ini sebagai ungkapan rasa terima kasih atas kehadiran dan kesenangan yang diberikan.

#Tato temporer

Anak-anak suka tato sementara, membuat mereka terlihat keren.

#Kartu berkarakter

Bermain kartu seri berkarakter mempunyai sensasi sendiri bagi anak dan akan menambah koleksi kartu mereka.

#Buku lucu

Memberikan anak-anak sebuah buku lucu sebagai hadiah pesta atau ulang tahun pribadi mempunyai arti lebih. Terlebih jika anak dapat memilih buku sesuai dengan karakter yang mencerminkan pribadi tamu tersebut.

#Piyama

Memberikan piyama yang seragam akan mengingatkan anak tentang pesta yang mengesankan.

#Kumpulan lagu

Anak-anak suka mendengarkan lagu. Mereka memiliki CD ulang tahun untuk diberikan kepada teman-teman dan mengingatkan hal yang menyenangkan tentang lagu-lagu favorit mereka pada waktu itu.

#Kerajinan

Kerajinan tangan membuat kesan tersendiri bagi anak. Secara pribadi anak akan mengingatnya.

#Kaus kaki bermotif

Kaus kaki bermotif membuat anak mengingat momen ulang tahun yang menyenangkan.

#Makanan dan mainan bertema

Makanan atau mainan bertema yang berhubungan dengan tema pesta. seperti Planes, Trains, dan Automobiles disesuaikan dengan usia anak.

#Sikat gigi

Sikat gigi dengan karakter lucu yang mungil mengajak anak untuk selalu menyikat gigi.

#Keranjang pesta

Dalam keranjang pesta ini adanak dapat memilih apa yang mereka sukai untuk dibawa pulang. Menyenangkan bukan.

Sumber: https://www.cantika.com/read/1225063/
bosan-camilan-dan-permen-bingkisan-ulang-tahun-anak-ini-lebih-ok

Selasa, 16 Juli 2019

3 Gaya Hidup yang Bisa Memicu Keringat Berlebih

Selasa, 16 Juli 2019 17:38:00

3 Gaya Hidup yang Bisa Memicu Keringat Berlebih

Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan hiperhidrosis, kondisi di mana seseorang berkeringat secara berlebihan. Masalah keringat berlebih umumnya terjadi akibat perubahan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan cepat saji, minuman berkafein, obat-obatan, dan kondisi emosional seperti stres dan rasa khawatir.

Dermatolog Melyawati Hermawan melihat dampak negatif dari hiperhidrosis untuk aktivitas sehari-hari.
“Dampak dari hiperhidrosis cukup luar biasa, secara fisik tidak nyaman, mengganggu pekerjaan dan mengganggu hubungan dengan orang lain,” jelasnya.

Berikut penjelasannya mengenai tiga gaya hidup yang perlu dihindari karena bisa memicu keringat berlebihan.

#Kafein

Mengonsumsi kafein terlalu banyak dapat menyebabkan seseorang berkeringat berlebih. Saat mengonsumsi kafein terlalu banyak, denyut jantung akan berdetak lebih cepat.

“Itu membuat situasi seperti orang sedang lari-lari,” tutur Melyawati.
Ketika minum kopi atau kafein lain, metabolisme meningkat. Hal tersebut memicu hiperhidrosis.

#Kerja berlebihan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jam kerja lebih dari 12 jam per hari. Beban pekerjaan yang menumpuk dapat memicu masalah keringat berlebih pada tubuh.

Menurut Melyawati, hal tersebut disebabkan orang yang bekerja berlebihan sering merasa cemas dan khawatir, membuatnya berkeringat berlebihan.

Sumber: https://www.cantika.com/read/1224750/ 3-gaya-hidup-yang-bisa-memicu-keringat-berlebih

Senin, 15 Juli 2019

7 Kesalahan yang Dilakukan Pasangan di Tahun Pertama Pernikahan

Senin, 15 Juli 2019 17:37:58

7 Kesalahan yang Dilakukan Pasangan di Tahun Pertama Pernikahan

Menurut para ahli, tahun pertama pernikahan bisa sangat sulit karena periode penyesuaian. Ada beberapa kesalahan yang cenderung dilakukan semua pasangan selama tahun yang kritis itu. Tetapi begitu menyadari kesalahan yang mungkin dilakukan, Anda dapat bekerja sama dengan pasangan Anda untuk memperbaiki keadaan.

Psikologis berlisensi, Lindsay B. Jernigan, mengatakan jauh lebih mudah untuk mempertahankan kebiasaan baik daripada mengontrol kerusakan. Untuk memulai pernikahan Anda dengan cara yang benar, penting untuk membuat perubahan yang diperlukan dalam pola pikir Anda. Misalnya, pernikahan yang baik tidak mudah. Menikah dengan orang sempurna Anda tidak secara otomatis menjamin pernikahan Anda akan sempurna.

"Pernikahan itu sulit," kata Rabbi Shlomo Slatkin, konselor profesional klinis berlisensi dan terapis hubungan Imago, kepada Bustle. "Sebuah perkawinan harus dipupuk untuk tumbuh dan berkembang. Pelajari bagaimana memupuk hubungan Anda dan menunjukkan potensi penuhnya, dan menikah harus memberi Anda kepuasan luar biasa dan rasa keutuhan."


Jadi, jika Anda ingin pernikahan Anda bertahan lama, mulailah dari sekarang. Jauh lebih mudah untuk mengembangkan kebiasaan baik saat Anda berada di tengah-tengah kebahagiaan pengantin baru. Berikut adalah beberapa kesalahan yang cenderung dilakukan pasangan selama tahun pertama pernikahan mereka, menurut para ahli.

Selanjutnya... Mereka tak lagi pacaran

#1. Mereka Berhenti Berkencan
 
Pikirkan tentang hari-hari awal ketika Anda mulai berkencan. Kemungkinannya adalah, Anda meluangkan waktu untuk satu sama lain, merencanakan kencan khusus, saling mengajukan pertanyaan bijaksana, dan benar-benar mendengarkan dengan maksud untuk saling mengenal satu sama lain di tingkat yang lebih dalam.

Tetapi begitu hubungan "diamankan" dengan waktu atau pernikahan, Jernigan mengatakan bahwa pasangan sering berhenti melakukan upaya yang sama. "Ketika kita berhenti saling berpacaran, kita kemudian bertanya-tanya mengapa kita mulai merasa kurang dihargai, kurang diprioritaskan, dan tidak terlihat," katanya. "Ini adalah saat individu menjadi rentan terhadap kebencian dan kekecewaan, yang keduanya tidak memiliki fondasi yang kuat untuk cinta jangka panjang yang kuat."

Kuncinya di sini adalah tetap berkencan. Benar-benar berusaha untuk memprioritaskan menghabiskan waktu bersama. Bersenang-senang bersama dan membuat satu sama lain tertawa. "Jika orang ini layak mendapatkan yang terbaik yang Anda tawarkan dalam romansa baru, maka mereka layak mendapatkan yang terbaik yang Anda tawarkan sekarang setelah Anda berkomitmen," kata Jernigan.

#2. Lupa memberi kabar
 
Sebagai penasihat hubungan, Kac Young PhD, mengatakan kepada Bustle, banyak orang lupa untuk memberi kabar pasangan baru mereka ketika mereka ingin membuat rencana dengan teman-teman untuk akhir pekan, atau jika mereka terjebak di tempat kerja dan tidak akan pulang tepat waktu untuk makan malam. Ini bisa membuat orang yang menunggu di rumah merasa khawatir atau ditinggalkan.

"Apa yang harus dipelajari beberapa pasangan adalah bahwa mereka sekarang merupakan satu kesatuan, berfungsi dengan empat kaki, empat tangan, dua otak, dan dua hati," kata Young. "Semakin mereka menganggap diri mereka terhubung, semakin mereka akan mempertimbangkan dan menghormati perasaan 'bagian lain' mereka dan jatuh ke dalam pola persatuan emosional." Agar jelas, ini tidak berarti bahwa Anda harus menyerah tidak menghabiskan waktu bersama teman-teman. Itu hanya berarti lebih berhati-hati dalam memastikan pasangan Anda selalu tahu.

#3. Membuat asumsi tentang tugas rumah tangga
 
"Pengantin baru dapat berasumsi bahwa kedua pasangan akan dengan senang hati atau mau mengadopsi tugas rumah tangga," ujar Michelle Fraley, pendiri dan pemilik Spark Matchmaking & Relationship Coaching, LLC. Tetapi jika salah satu pasangan melangkah dan mengatakan bahwa mereka benar-benar menikmati mencuci piring atau membuang sampah, aman untuk berasumsi bahwa Anda berdua tidak mau melakukannya. Meski tampak sepele, tapi menurut penelitian dapat merusak hubungan Anda. Jadi untuk menciptakan "kebiasaan rumah tangga yang sehat," Anda dan pasangan perlu berdiskusi dengan jelas tentang siapa yang melakukan apa. Anda bahkan dapat membuat jadwal dan memutar tanggung jawab sepanjang minggu.

Selanjutnya... Kurang sentuhan fisik

#4. Kurang sentuhan fisik
 
"Pengantin baru sering lupa betapa pentingnya memberikan sentuhan fisik di luar kamar," kata Fraley. Kebanyakan orang ingin merasa diinginkan dan dihargai oleh pasangannya setiap saat, tidak hanya ketika Anda berhubungan seks. Misalnya, Anda bisa memberikan pijatan kaki dadakan pada pasangan Anda atau pelukan hangat tanpa alasan yang jelas. Tindakan sederhana ini adalah cara yang bagus untuk mempertahankan tingkat keintiman yang kuat.

#5. Selalu paling tahu kebutuhan seks pasangannya
 
Jika Anda melakukan hubungan seks secara teratur, mudah untuk menganggap Anda akan selalu menyenangkan pasangan secara seksual. Ingat setiap orang berubah sepanjang waktu. Apa yang dulu disukai pasangan Anda mungkin sekarang tidak. "Untuk memperbaiki masalah ini, pasangan harus memiliki komunikasi yang jujur dan terbuka tentang keinginan eksual mereka," kata Fraley. Anda dapat mendiskusikan topik seperti frekuensi, fantasi, waktu hari yang cocok untuk Anda berdua, dan siapa yang memulai.

#6. Menerima nasiihat pernikahan dari terlalu banyak orang
 
"Dalam upaya mereka untuk memiliki pernikahan yang sempurna, pasangan kadang-kadang bersemangat menerima nasihat pernikahan yang tidak sesuai dengan DNA pernikahan mereka," ujar Dave Jenkins, pelatih hubungan bersertifikat. Meskipun sama sekali tidak ada yang salah dengan mendapatkan saran atau mencari wawasan dari orang lain, penting untuk mengetahui bagaimana menyaring kualitas dan penerapan dari saran yang Anda terima.

Menurut Jenkins, ada tiga pertanyaan yang harus Anda tanyakan pada diri sendiri sebelum mengambil saran seseorang: Bagaimana kondisi pernikahan seseorang? Apakah saran mereka sesuai dengan gaya hidup dan kepercayaan Anda? Apa isi hati Anda tentang saran yang telah Anda berikan? Sudah menjadi sifat manusia untuk membandingkan hubungan Anda dengan orang lain. Tetapi setiap hubungan berbeda. Apa yang berhasil untuk pernikahan teman Anda, mungkin tidak cocok untuk Anda. Jadi tidak masalah mendengarkan saran. Pastikan hubungan Anda masuk akal sebelum melakukan apa pun.

#7. Berpikir Anda bisa menjadi segalanya untuk satu sama lain
 
Ketika Anda pertama kali menikah, wajar ingin selalu bersama pasangan Anda sepanjang waktu. Walaupun pernikahan seperti tim, tidak berarti harus menyerahkan hidup Anda sepenuhnya. Sebenarnya, hubungan terbaik adalah yang saling tergantung. Anda benar-benar tidak perlu menjadi segalanya satu sama lain.

"Sangat penting bagi kedua pasangan untuk menjaga persahabatan dan menikmati waktu sosial baik sebagai pasangan maupun sebagai individu," kata Fraley. "Pengantin baru perlu memahami bahwa tidak peduli seberapa besar mereka jatuh cinta, mempertahankan kebebasan melalui teman dan hobi yang mandiri adalah penting."

Sumber: https://www.cantika.com/read/1223154/
7-kesalahan-yang-dilakukan-pasangan-di-tahun-pertama-pernikahan

Sabtu, 13 Juli 2019

Terlalu Banyak Makan Karbohidrat Bikin Gemuk? Ini Penjelasannya

Sabtu, 13 Juli 2019 17:32:01

Terlalu Banyak Makan Karbohidrat Bikin Gemuk? Ini Penjelasannya

Jika Anda makan karbohidrat secara konsisten, bisa menyebabkan kenaikan berat badan. Tetapi bukan berarti Anda harus menghentikan konsumsi karbohindrat sama sekali.

Bagaimana tubuh Anda berfungsi adalah proses yang kompleks, tetapi satu hal sederhana untuk diingat tentang karbohidrat dan peran yang dimainkannya ketika menyangkut tubuh Anda adalah bahwa karbohidrat adalah bahan bakar bagi tubuh Anda. “Seperti gas untuk mesin, jadi semakin banyak Anda mengendarai mobil, semakin banyak gas yang Anda butuhkan. Semakin sedikit Anda mengendarai mobil, semakin sedikit gas yang Anda butuhkan," kata Jason Machowskyahli diet olahraga bersertifikat dan ahli fisiologi olahraga Hospital For Special Surgery's Tish Sports Performance Center.

Ketika Anda melakukan latihan HIIT, atau latihan apa pun pada saat itu, tubuh Anda mengubah karbohidrat menjadi energi melalui setiap gerakan. Penelitian telah menunjukkan bahwa pembatasan karbohidrat jangka panjang berdampak terhadap suasana hati dan fungsi kognitif Anda secara negatif.

Jika Anda ingin menghindari rasa tidak bersemangat, Anda harus makan karbohidrat, dan secara umum, konsumsilah makanan yang seimbang yang meliputi protein, lemak, dan makanan olahan minimal. "Karbohidrat adalah kalori sehingga apakah Anda makan karbohidrat terlalu banyak, terlalu banyak lemak, atau terlalu banyak protein untuk apa yang tubuh Anda bakar, ada potensi bahwa Anda akan menambah berat badan," kata Jason, seperti dilansir dari laman Purewow.

"Menambah berat badan terlalu banyak bagi mereka yang kelebihan berat badan dapat menyebabkan masalah metabolisme lainnya sejauh resistensi insulin, penyakit jantung, dan pradiabetes," jelasnya. Karbohidrat yang berlebihan dapat menyebabkan penambahan berat badan, tetapi Jason berkata, "Ini bukan hanya karbohidrat itu sendiri, itu hanya makan terlalu banyak dan tidak aktif. Karbohidrat hanya satu fokus potensial dari [penambahan berat] itu."

Untuk memastikan Anda mendapatkan karbohidrat yang cukup untuk energi tetapi tidak makan berlebih, Jason mengingatkan pedoman umum secara tradisional adalah 120 hingga 140 gram karbohidrat per hari sebagai dasar. Jika Anda menginginkan panduan yang lebih khusus tentang apa dan berapa banyak yang harus Anda makan setiap hari, kami sarankan untuk berkonsultasi dengan ahli diet terdaftar.

Sumber: https://www.cantika.com/read/1224010/terlalu-banyak-
makan-karbohidrat-bikin-gemuk-ini-penjelasannya

Kamis, 11 Juli 2019

Tips Hadapi Anak Cengeng

Kamis, 11 Juli 2019 17:25:03

Tips Hadapi Anak Cengeng

Menangis adalah hal yang normal bagi anak. Bahkan bagi bayi, menangis merupakan  cara utama untuk berkomunikasi.

Menangis, juga boleh saja dilakukan oleh anak perempuan maupun laki-laki.  Ya Moms, wajar saja bila sesekali anak menangis saat merasa sakit, sedih, takut atau ada hal yang berjalan tidak sesuai dengan keinginan mereka. Misalnya, menangis saat lututnya terantuk ujung meja atau saat mengetahui bahwa ia tidak diundang ke pesta ulang tahun temannya.

Namun, ada juga anak yang terlalu mudah atau sering menangis alias cengeng. Padahal ia tidak seperti waktu bayi, sudah dapat berbicara atau mengungkapkan perasaannya. Aduh, pasti tidak mudah untuk dihadapi. Bisa jadi, emosi Anda pun tersulut karenanya.

Tapi bukan berarti Anda hanya bisa pasrah dan membiarkannya lho, Moms. Bila dihadapi dengan tepat, anak yang cengeng juga bisa berubah. Bagaimana caranya?

Jangan Terlalu Cepat Menanggapi Tangisannya

Cobalah beranggapan bahwa ia tidak benar-benar kesal dan menangis hanya untuk menarik perhatian Anda. Menanggapi tangisan anak dengan proporsional akan mengurangi kebiasaan ini.

Ajarkan Sikap yang Benar

Hidup tak selalu indah dan sesuai dengan harapan kita. Sehingga anak juga perlu tahu dan belajar mengelola emosinya. Jadi ajari dan tunjukkan pada anak bagaimana sebaiknya ia menyikapi realita atau kekecewaan yang dirasakannya.

Anda bisa mengajak anak melihat sisi baik dari kondisi yang ada. Misalnya saat anak kecewa hari ini tidak jadi pergi jalan-jalan, katakan, "Tapi ada baiknya juga ya, Dek, kita jadi bisa main sama-sama di rumah. Atau kamu mau bantu Ibu bikin puding mangga? Yuk!" Teruslah melakukan hal ini hingga anak terbiasa berpikir positif dan tidak berlama-lama larut dalam kekecewaannya.

Begitu juga dengan rasa takut atau sedih. Anda mungkin bisa mengajak anak berdoa bila ia merasa takut. Katakan, "Kalau takut kita bisa berdoa sama-sama." Anda juga bisa bilang, "Tidak usah menangis, saat sedih kamu bisa cerita ke Ibu dan Ibu akan memelukmu.

Jelaskan Akibatnya

Saat anak sudah tenang atau sedang dalam suasana santai, coba ajak anak bicara tentang akibat dari sikap cengengnya. Anda bisa menjelaskan kalau ia terlalu mudah atau sering menangis, orang-orang di sekitarnya tidak akan percaya atau akan berpikir ia hanya mencari perhatian saja.

Jelaskan pula bahwa orang lain jadi tidak bisa membedakan kapan ia benar-benar merasa kecewa. Akibatnya, bisa-bisa mereka tidak akan membantu saat anak benar-benar membutuhkannya.

Terlalu mudah atau sering menangis juga bisa membuat ia dijauhi teman-teman, karena teman-temannya pasti lebih suka bermain dengan anak yang ceria. Selamat mencoba dan semoga berhasil ya, Moms!

*Sumber: kumparan.com

Rabu, 10 Juli 2019

Susah Tidur Malam Hari Belum Tentu Insomnia, Kenali Gejalanya

Rabu, 10 Juli 2019 16:41:06

Susah Tidur Malam Hari Belum Tentu Insomnia, Kenali Gejalanya

Sebagian dari kita mungkin pernah mengalami susah tidur di malam hari. Bahkan sampai akhirnya merasa lesu saat pagi tiba. Mungkinkah ini yang disebut insomnia?

Di saat orang lain memanfaatkan malam hari untuk beristirahat, Anda justru tidak bisa memejamkan mata. Tapi, Anda tidak sendiri, setiap tahunnya di Amerika saja, ada 40 juta orang yang mengalami susah tidur di malam hari dan berakhir menjadi insomnia. Ini merupakan masalah tidur paling umum terjadi. Membedakan susah tidur biasa dengan insomnia gampang-gampang susah. Namun Anda bisa mengidentifikasinya dengan mengenali lebih jauh apa itu insomnia.

Secara umum, insomnia bisa terjadi karena dua penyebab. Pertama, insomnia akut yang bisa terjadi hanya satu malam atau berminggu-minggu. Biasanya hal ini terkait dengan peristiwa yang menyebabkan stres akut seperti kematian orang terdekat.

Kedua, insomnia kronis. Masalah tidur yang lebih serius ini terjadi ketika Anda merasakan gangguan tidur setidaknya selama tiga malam setiap minggunya dan berlangsung selama tiga bulan.

Cara membedakan insomnia dengan susah tidur malam biasa bisa diketahui dari gejala-gejala seperti sulit tertidur, terbangun di malam hari dan sulit kembali tidur, kelelahan dan tidak berenergi, tidak bisa menjalankan fungsi kognitif seperti mengingat dan berkonsentrasi, masalah mood, serta tidak maksimal saat di kantor atau sekolah. Lebih jauh lagi, hal yang bisa membedakan insomnia dengan susah tidur malam biasa selain frekuensinya adalah pemicunya.

Ada beberapa pemicu yang bisa menjadi dasar mengidentifikasi insomnia, di antaranya depresi, rasa cemas berlebihan, gaya hidup yang kerap bekerja sampai larut malam, tidur siang terlalu lama di siang hari, konsumsi alkohol, kafein, atau nikotin, serta masalah medis sinus, GERD, asma, parkinson, low back pain. Selain itu, insomnia juga bisa menjadi gejala untuk masalah tidur yang lebih kompleks.

Misalnya sindrom restless legs, ketika seseorang merasa tidak nyaman menggerakkan kaki dan memburuk saat malam hari. Akibatnya, sulit untuk bisa beristirahat dengan tenang. Insomnia juga bisa menjadi alarm terjadinya sleep apnea yaitu saat saluran pernapasan seseorang seakan tertutup saat tidur.

Apabila gejala yang dirasakan masih saja terasa ambigu antara susah tidur malam dengan insomnia, coba telisik lebih jauh beberapa kondisi berikut ini:

#Suasana tidak kondusif untuk tidur

Tidak selamanya orang susah tidur malam berarti insomnia. Terkadang mereka hanya susah tidur karena susana yang tidak kondusif. Contohnya masih ada cahaya lampu, kamar yang gerah, hingga melihat ponsel atau televisi sebelum tidur.

#Rule of 3

Ketika perlu waktu lebih dari 30 menit untuk terlelap; seseorang terbangun lebih dari 3 kali dalam semalam; berlangsung lebih dari 3 kali per pekan dan selama 3 minggu berturut-turut, itu adalah insomnia.
Apabila susah tidur malam hanya berlangsung sesaat, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Cukup ketahui penyebabnya dan berupayalah mengubahnya. Namun jika yang terjadi adalah susah tidur malam dalam jangka waktu lebih panjang, segera konsultasikan kepada pakarnya.

Sumber: https://www.cantika.com/read/1222750/ susah-tidur-malam-hari-belum-tentu-insomnia-kenali-gejalanya

Selasa, 09 Juli 2019

Bantu Mempersiapkan Mental Anak Saat Memulai Sekolah

Selasa, 09 Juli 2019 16:27:00

Bantu Mempersiapkan Mental Anak Saat Memulai Sekolah

Menjelang tahun ajaran baru sekolah, umumnya para orang tua mulai sibuk mengurus berbagai keperluan sekolah anak, terutama untuk anak yang pertama kali akan bersekolah. Misalnya, membeli perlengkapan sekolah seperti alat tulis, baju, tas atau persiapan pakaian dan lain sebagainya. Hal tersebut memang harus dilakukan, namun ada juga hal lain harus orang tua sadari dan mungkin harus dibicaran kepada anak, yaitu apakah mental anak sudah siap untuk masuk sekolah?

Menurut psikolog, Patricia Elena, mengatakan sebaiknya persiapan mental anak tidak diabaikan. Mempersiapkan mental anak sebelum masuk sekolah sangatlah penting. Hal ini akan menolong anak untuk merasa senang, nyaman dan lebih percaya diri menyambut hari pertama mereka di sekolah. Berikut yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak siap memulai harinya di sekolah.

1. Bangun Interaksi Positif dengan Anak

Orang tua perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak, terutama untuk melatihnya berinteraksi. Dengan pola interaksi yang baik akan membantu rasa percaya diri anak saat bertemu dengan orang/teman baru disekolah, dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Saat hari pertama sekolah, biasanya kehadiran orang tua akan membuat anak merasa nyaman, maka ajaklah anak untuk memulai interaksi. Orang tua bisa memulai interaksi dengan guru dengan melibatkan anak dalam percakapan ringan dan menyenangkan, kemudian mintalah anak untuk beri salam atau berjabat tangan dengan teman sebayanya.

2. Ceritakan Pengalaman Menyenangkan yang akan Ditemukan saat di Sekolah

Bangunlah suasana menyenangkan tentang sekolah. Orang tua bisa ceritakan pengalaman menarik dan menyenangkan mereka saat sekolah, misalkan mendapat teman baru, bermain dan belajar banyak hal baru. Dengan mendapat gambaran menyenangkan, akan menambah semangat anak untuk sekolah. Maka tercipta kedekatan psikis, bahwa apa yang akan anak temui di dunia sekolah adalah apa yang telah orang tuanya alami, dan itu menjadi hal yang wajar bagi anak saat menjalani masa sekolah.

"Jika anak takut ditinggal biasanya memang ada perasaan cemas yang dibangun sejak dini, kecemasan ini muncul disebabkan oleh segala aktivitas anak selalu mendapatkan penanganan dan bantuan dari orgtuanya. Cara terbaik adalah melatih anak untuk berani, Memberikan sugesti postif jika sekolah itu menyenangkan," kata Patricia.

3. Kenalkan Anak Mengenai Aturan yang Ada di Sekolah

Selain pengalaman yang menyenangkan di sekolah, anak juga perlu tau konsekuensi dan aturan yang akan dijalani di sekolah. Ini bagus, agar anak memahami bahwa salah satu tujuannya sekolah adalah melatih dirinya menjadi pribadi yang lebih bijaksana. Ada beberapa hal yang bisa orang tua jelaskan, diantaranya jadwal tidur lebih awal, bangun pagi lebih awal, mengerjakan tugas dari guru, hormati guru sayangi teman, hingga mematuhi peraturan sekolah. Hindari menjelaskan dengan cara kaku atau terkesan menggurui, karena akan dianggap menakut-nakuti.

4. Biasakan Anak untuk Mandiri

Dukung anak untuk sedia mengeksplorasi dan beraktivitas di luar rumah tanpa ditemani orang tua. Untuk anak yang akan memulai masuk sekolah pertama mereka, dengan adanya sikap mandiri ini akan mengurangi rasa takut dan cemas saat berpisah dari orang tua.

"Persiapan lebih ke psikis mereka ya, kalau itu biasakan anak untuk mandiri dalam setiap melaksanakan kegiatannya, biarkan anak terbiasa memecahkan masalahnya sendiri sambil tetap diawasi dan dibimbing," tambahnya.

Melatih anak untuk mandiri sangat penting, mengingat kegiatannya di sekolah jauh dari pantauan orang tua. Kenalkan pada anak bahwa ada orang tua pengganti saat di sekolah, yakni guru. Anak harus bisa menyampaikan atau mencerikan keinginan dan perasaannya di sekolah kepada guru. Tentu sebelum anak benar-benar mandiri, peran orang tua penting untuk melatihnya, misalkan saja saat anak hendak ke toilet, latih anak untuk bisa menggunakan toilet sendiri.

5. Tetap Awasi Perkembangan Anak

Jika setelah menjalani beberapa hari dan anak mendapati sesuatu yang tak menyenangkan, orang tua harus bicarakan secara baik-baik dengan anak, dan tetap berikan semangat. Ini bisa dilakukan ketika anak pulang sekolah, sambutlah dengan hangat dan tanyakan apa yang dia rasakan serta lakukan selama di sekolah. Hal ini untuk menunjukkan pada buah hati bahwa orang tua pun peduli dengan apa yang dilaluinya selama bersekolah.

*Sumber: kumparan.com

Senin, 08 Juli 2019

Tak Hanya Ibu, Ayah Juga Punya Peran Penting Dalam Pengasuhan Anak

Senin, 08 Juli 2019 17:13:16

Tak Hanya Ibu, Ayah Juga Punya Peran Penting Dalam Pengasuhan Anak

Meski punya tugas mencari nafkah di luar rumah, keterlibatan ayah sama pentingnya dengan ibu dalam pengasuhan anak. Bahkan peran keduanya sering kali beririsan. Ada aspek penting dalam perkembangan anak yang akan maksimal jika ayah terlibat secara langsung.

Hal itu dipaparkan oleh Edward Andriyanto, M.Psi., psikolog klinis anak dari Universitas Indonesia.

“Baik ayah maupun ibu, keduanya sangat penting untuk seluruh area perkembangan anak. Ayah memiliki peran dalam perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak,” papar Edward, saat dihubungi kumparanMOM pada Jumat (16/11).

Lebih lanjut, Edward menjelaskan bahwa ayah berperan besar dalam mengasah kemandirian anak, mendorongnya jadi lebih bertanggung jawab, dan memiliki kebebasan. Sifat maskulin ayah akan mengajarkan anak tentang moral, kreativitas, dan kepatuhan terhadap aturan.

Sifat maskulin yang ayah tampilkan juga turut memberi anak perspektif baru. Nah, jika tugas pengasuhan hanya dijalankan salah satu pihak, anak akan belajar melalui satu sudut pandang saja, yakni feminin atau maskulin saja.

“Akibatnya anak sulit melihat resolusi konflik, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Pengasuhan yang dijalankan salah satu orangtua saja akan sangat sulit karena membutuhkan usaha yang besar, investasi waktu yang sangat panjang,” tambah Edward.

Menjadi ayah yang terlibat dalam pengasuhan anak sebenarnya tak sulit. Bisa dilakukan lewat hal-hal sederhana, misalnya menonton tv atau kejar-kejaran dengan anak sepulang kerja. Yang penting, ayah rutin menghabiskan waktu bersama anak, seperti ngobrol dan ada sentuhan fisik.

Menurut Edward, keterlibatan ayah dan ibu dalam pengasuhan justru tidak perlu dibedakan. Keduanya bisa menjadi teman curhat anak, mengantarnya ke sekolah, mengajaknya bermain, atau membantunya mengerjakan PR. Tak ada salahnya juga jika ayah dan ibu saling bertukar tugas.

“Sangat dimungkinkan ayah jadi pengasuh utama anak dan bekerja dari rumah. Sama seperti ibu yang juga jadi pengasuh utama bila bekerja dari rumah. Yang paling penting adalah mereka yang bekerja di luar rumah mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengasuh dan berinteraksi dengan anak,” kata Edward.

Mengasuh anak sebenarnya asyik, jika para ayah mau lebih terbuka. Tidak perlu memandang bahwa mengurus anak mengurangi sisi maskulin yang ada di dirinya. Tidak perlu membatasi peran ayah hanya sebagai pencari nafkah atau penegak disiplin anak.

Alih-alih memandangnya sebagai kewajiban, Edward menganggap mengasuh anak adalah hak yang dimiliki setiap ayah.

“Saya bilang mengasuh anak adalah hak, bukan kewajiban, karena kesempatan ini hanya berlangsung singkat dan sebenarnya sangat menyenangkan. Kita hanya bisa berinteraksi intens dengan anak sampai ia puber, karena anak akan mulai sibuk dengan teman mereka. Jadi hanya 9-12 tahun, sangat singkat sekali,” tutup Edward.

Jadi Moms, yuk berikan ayah kesempatan sebesar mungkin untuk terlibat mengasuh sang buah hati!

*Sumber: kumparan.com

Minggu, 07 Juli 2019

Mengenal Tanda-tanda Kehamilan, dari Telat Haid hingga Mual

Minggu, 07 Juli 2019 17:42:05

Mengenal Tanda-tanda Kehamilan, dari Telat Haid hingga Mual

Terlambatnya masa menstruasi dari jadwal yang seharusnya, sering dikaitkan sebagai tanda-tanda kehamilan.

Namun, hal itu bisa saja berbeda pada setiap perempuan. Memahami tanda-tanda kehamilan cukup penting bagi perempuan, karena setiap gejala yang dirasakan tubuh bisa jadi bukan berasal dari kehamilan.

Melansir dari Medicalnewstoday, kehamilan muncul dikarenakan sel sperma pria melakukan pembuahan pada sel telur perempuan. Proses ini terjadi di tuba fallopi dan setelah itu maka terbentuklah zigot, hasil dari bersatunya sel ovum dan sel sperma, yang kemudian akan terus berkembang. Selanjutnya, zigot yang berkembang akan menanamkan diri ke dinding rahim. Proses ini biasanya disebut sebagai implantasi dan terjadi sekitar 6-12 hari.

Menurut survei yang dilakukan oleh American Prengnancy Association, sebanyak 29 persen perempuan menyadari mundurnya siklus menstruasi mereka sebagai gejala pertama kehamilan.

Gejala ini merupakan gejala paling umum yang dirasakan. Menstruasi saat hamil masih bisa terjadi, akan tetapi darah yang dikeluarkan tidak akan banyak dan tidak akan terjadwal dengan rutin. Perlu diingat bahwa mundurnya masa menstruasi bisa jadi disebabkan oleh hal lain.

Survei tersebut menyebutkan, sebanyak 25 persen perempuan merasakan mual atau morning sickness di awal kehamilan mereka. Gejala ini, biasanya berlangsung sekitar 2 sampai 8 minggu setelah pembuahan.

Rasa mual bisa terjadi dengan atau tanpa muntah. Mual bisa terjadi kapan saja dalam satu hari. Biasanya, hal ini terjadi pada trisemester pertama dan selesai pada waktu itu juga, namun ada beberapa perempuan yang merasakan mual sepanjang kehamilan.
Selanjutnya, sebanyak 17 persen perempuan merasakah perubahan di payudaranya sebagai tanda pertama kehamilan. Perubahan tersebut berupa pembengkakan pada payudara.

Perubahan ini biasanya dimulai sejak satu sampai dua hari pembuahan, yang diikuti dengan aerola yang ikut menggelap seiring bertambahnya usia kehamilan. Pendarahan saat implantasi jarang terjadi sebagai tanda pertama kehamilan, namun survei ini menunjukan bahwa terdapat 3 persen orang yang merasakannya sebagai gejala pertama.

Pendarahan ringan yang terjadi biasanya kerap dihubungkan dengan pendarahan implantasi. Beberapa perempuan akan merasakan perasaan seperti datang bulan disertai sakit disekitar abdomen.

Sebagiannya lagi bahkan tidak mengalami fase pendarahan ini, namun hal itu bukanlah masalah. Beberapa perempuan merasakan kelelahan di awal kehamilan mereka, yang terjadi pada minggu pertama setelah pembuahan.

Penjelasan di atas merupakan tanda kehamilan yang biasanya dirasakan pertama kali.

Berikut adalah beberapa tanda, seiring dengan bertambahnya usia kandungan.

- Sakit pada tulang belakang. Beberapa perempuan mengalami gejala ini pada fase pertama namun kebanyakan perempuan hamil mengalami sakit punggung ini sekitar minggu ke-27 hingga minggu ke-34

- Pusing. Para ahli mengungkapkan bahwa sakit kepala saat hamil diseababkan oleh naiknya hormon pada tubuh. Sakit kepala saat hamil juga bisa disebabkan dari naiknya aliran darah. Ada sekitar 50 persen kenaikan volume pada aliran darah.

- Frekuensi kencing meningkat. Beberapa orang mengalami peningkatan frekensi buang air kecil, yang dimulai antara minggu ke-6 hingga minggu ke-8.

- Meningkatnya nafsu makan maupun penurunan nafsu makan

- Aerola akan menggelap. Proses ini biasanya berlangsung mengikuti pembengkakan payudara.

- Mood swing. Hal ini juga akan sering terjadi dikarenakan hormon yang kacau karena kehamilan.

Tanda kehamilan bisa berbeda pada tiap perempuan karena dipengaruhi berbagai faktor. Bersamaan dengan usia kandungan maka perempuan akan merasakan beberapa gejala tiap trisemesternya.

Dilansir dari Medicalnewstoday, trisemester merupakan pembagian usia kehamilan per tiga bulan. Pada trisemester pertama yaitu pada fase 12 minggu pertama, bayi dalam kandungan akan berkembang dengan cepat.

Pada fase ini wannita akan merasakan kelelahan, mual, pembekakan payudara, dan kencing yang meningkat dikarenakan kenaikan aliran darah di daerah ginjal.

Trisemester kedua berlangsung dari 13-28 bulan. perempuan akan mengalami kenaikan berat badan dan tubuh akan memproduksi cadangan lemak ekstra. Calon ibu akan merasakan gerakan fetus di dalam perut.

Pada trisemester kedua mual biasanya berkurang dan energi meningkat. Pada trisemester ketiga yang berlangsung sekitar 29 minggu hingga kelahiran. Bayi yang ada di dalam kandungan akan membangun simpanan lemak di dalam tubuhnya, bayi akan memiliki kemampuan untuk mendengar, merasakan, dan kemampuan penglihatan akan meningkat.

Biasanya perempuan hamil akan merasakan sakit pada tulang belakang dan akan kesulitan untuk tidur dengan baik. Meningkatnya frekuensi kencing disebabkan karena bayi dalam kandungan akan mendesak kandung kemih.

Beberapa perempuan hamil akan mengalami ganggguan pencernaan karena bayi dalam kandungan mendorong perut.

Kontraksi awal bisa terjadi pada trisemester ketiga yang bisa berlangsung beberapa hari atau minggu sebelum melahirkan. Dokter menyebutnya kontraksi Braxton-Hicks/kontraksi palsu. Kontraksi ini terasa tidak begitu sakit, lebih mirip kram perut saat menstruasi. kontraksi Braxton-Hicks tidak mengindikasikan kelahiran.

Sumber:  https://tirto.id/edFC

Sabtu, 06 Juli 2019

Parenting Islami: Doa untuk Ibu yang Sedang Menyusui Bayi

Sabtu, 06 Juli 2019 17:18:23

Parenting Islami: Doa untuk Ibu yang Sedang Menyusui Bayi

Menyusui bayi adalah hal mulia yang dianjurkan Allah SWT. Secara medis pun, ASI terbukti menjadi makanan terbaik dan satu-satunya bagi bayi pada 6 bulan pertama hidupnya dan dianjurkan pemberiannya hingga usia 2 tahun atau bahkan lebih. ASI dapat memenuhi nutrisi bayi, meningkatkan sistem imun, hingga meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi.

Dalam beberapa ayat Al-Quran, diterangkan secara jelas bahwa menyusui adalah perintah langsung dari Allah sehingga perlu dilaksanakan. Tertulis dalam Surat Al-Baqarah ayat 233 bahwa menyusui selama dua tahun akan menyempurnakan masa penyusuan.

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan bagi para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Dalam segala perbuatan baik umat Islam, selalu ada doa yang bisa dipanjatkan, begitu pula saat menyusui. Saat sedang menyusui Anda bisa membaca doa dari Al-Quran Surat Asyu’ara ayat 78-80 berikut:

الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (78) وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (79) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (80)

“Dialah Allah SWT yang telah menciptakan aku, maka  dialah yang menunjuki aku, dan Dialah Tuhan yang memberiku makan dan minum, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembunyikan aku,”

Doa itu mendorong ibu menyusui untuk selalu bersyukur atas hal-hal sederhana, seperti bagaimana kita telah diciptakan, diberi rezeki, dan diberikan kesehatan sehingga mampu memberi ASI pada bayi. Jadi, yuk baca doa ini setiap menyusui si kecil, Moms.

*Sumber: kumparan.com

Senin, 01 Juli 2019

Kenapa Anak Kecil Suka Bicara Sendiri?

Senin, 01 Juli 2019 17:35:20

Kenapa Anak Kecil Suka Bicara Sendiri?

Pernahkah Anda melihat anak, khususnya yang masih kecil atau balita,  sibuk berbicara sendiri di rumah? Bila ya, tak perlu cemas atau takut, Moms. Hal ini sangat normal, kok. Berbicara sendiri juga merupakan bagian dari perkembangannya.

Menurut ahli perkembangan, anak kerap berbicara sendiri untuk berimajinasi, mengekspresikan emosi dan fantasinya. Tidak hanya itu, bicara sendiri kerap dilakukan anak dalam rangka membimbing diri sendiri saat bermain atau ketika sedang berada di sekolah. Terkait hal ini, anak-anak yang sering bicara sendiri diketahui memiliki keterampilan bahasa ekpresif yang lebih tinggi.

Psikolog asal Rusia, Vygotsky, menemukan peran perkembangan kognitif dalam kegiatan bicara sendiri. Menurut pandangannya, bicara sendiri memungkinkan anak secara sadar mengarahkan proses berpikirnya. Periode ini merupakan transisi dari tahapan bicara sosial awal dan berbicara dalam hati menuju pada kemampuan untuk melakukan kontrol internal terhadap perilaku. Ia juga menilai kebiasaan anak bicara sendiri di awal usia sekolah.

Selain itu berbicara sendiri berperan pada kemampuan regulasi diri, atau kemampuan anak untuk mengontrol perilakunya. Kebiasaan ini biasanya meningkat ketika anak mencoba menyelesaikan tugas atau problem solving yang sulit sendirian, tanpa bantuan orang dewasa. Mungkin anak yang sedang bingung mengatasi masalahnya memang harus mengungkapkan apa yang ada di pikirannya, keras-keras!

Lantas, adakah hal yang harus dilakukan oleh orang tua terkait hal ini? Atau, bagaimana sebaiknya kita, sebagai orang tua, menyikapi anak yang suka bicara sendiri?

Dukung anak dengan memberikannya ruang, Moms!  Bila anak suka bicara sendiri, para ahli perkembangan anak mengajurkan orang tua memberi anak banyak kesempatan untuk:

- Melakukan permainan sendiri

- Bermain bersama anak lain di taman bermain, atau mengundang satu atau dua orang teman main ke rumah

- Bicara sendiri ketika bermain tanpa dikritik atau diejek

- Membaca buku dengan kata-kata yang mengandung rima

- Menunjuk kata pada buku cerita saat membacakannya

- Menceritakan kembali kegiatannya seharian

- Menceritakan urutan sebuah kejadian.

*Sumber: kumparan.com