Kamis, 12 Augustus 2021 17:22:57
Pemberian air susu ibu alias menyusui ASI selama 6 bulan pertama
kehidupan disarankan oleh dokter agar bayi mendapatkan potensi tumbuh
kembang maksimal.
Nah, dokter mengingatkan persiapan menyusui
bahkan sudah bisa dilakukan sejak ibu hamil memiliki usia kandungan
16-22 minggu. Bagaimana caranya?
Dokter spesialis kebidanan dan
kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr.
Nisa Fathoni, SpOG, IBCLC menyarankan para wanita mencari informasi dan
membekali diri mengenai menyusui sejak masa kehamilan, salah satunya
mengenai kapan ASI keluar.
Proses laktogenesis yakni persiapan
pengeluaran ASI dimulai sejak 16 – 22 minggu, tetapi hormon progesteron
menahan ASI untuk tidak keluar terlebih dahulu sebelum bayi lahir.
Setelah bayi lahir dan hormon progesteron turun barulah ASI dapat
keluar.
ASI baru keluar di fase laktogenesis kedua yaitu kurang
lebih 20 – 30 jam pasca persalinan. Pada dasarnya ASI baru akan keluar
ketika ada rangsangan hisapan bayi. Sehingga ibu jangan panik dan sedih
terlebih dahulu jika ASI tidak langsung keluar.
Ketika hamil dan menyusui tubuh ibu pun menyesuaikan tahapan tersebut.
Dari sisi produksi, jumlah ASI yang keluar pada awalnya memang
cenderung lebih sedikit, karena menyesuaikan kapasitas lambung bayi yang
baru lahir yang dapat menerima cairan sebanyak 5 – 7 ml. Namun seiring
dengan bertambahnya usia dan kebutuhan anak, produksi ASI pun terus
bertambah.
Begitu pula dengan frekuensi pemberian ASI. Pada
bayi usia 0-6 bulan, sebaiknya berikan ASI sesuaikan dengan siklus dan
kapanpun bayi membutuhkan, namun biasanya 8-12 kali dalam sehari.
Sementara bayi setelah berusia 6 bulan sudah disarankan untuk
mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI akan diberikan
disela-sela pemberian MPASI. Presentase perbandingan pemberian ASI dan
MPASI untuk anak usia 6 diatas yakni 70 persen dan 30 persen. Sedangkan
untuk anak usia 1 tahun keatas antara ASI dan MPASI sekitar 30 persen
dan 70 persen.
Informasi yang perlu juga ibu tahu mengenai
menyusui yakni perbedaan foremilk dan hindmilk. Seperti dikutip dari
siaran pers Mothercare, foremilk ialah ASI yang keluar di awal sesi
menyusui, kaya akan laktosa, rendah lemak dan memiliki konsistensi yang
cair.
Sedangkan hindmilk yakni ASI yang keluar di saat sesi
menyusui akan berakhir, mengandung lebih banyak kalori dan lebih kental.
Meski sedikit berbeda, keduanya memiliki peran yang sama pentingnya
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil.
Namun,
ketidakseimbangan foremilk dan hindmilk dapat mengganggu pencernaan dan
pertumbuhannya. Ibu bisa berkonsultasi dengan dokter anak dan konselor
ASI bila mengalami masalah ketidakseimbangan ini.
Di sisi lain,
ada mitos yang masih ada seputar menyusui yakni ibu dengan flat nipple
tidak dapat menyusui. Pernyataan ini dapat dipatahkan dengan menggunakan
metode AMUBIDA yang merupakan akronim dari Aryola sebagian besar masuk
dan bagian atas lebih terlihat dari bagian bawah, Mulut bayi terbuka
lebar, Bibir terpuntir keluar dan Dagu bawah menempel ke payudara ibu.
Selama menyusui, ibu perlu tahu pentingnya konsumsi makanan dengan
nutrisi seimbang untuk hasil ASI yang maksimal. Ibu harus mencukup gizi
dan nutrisi selama kehamilan dan menyusui.
Ibu tetap makan 3
kali sehari yang sesuai dengan panduan piring makan dan ditambah dengan 2
kali makanan selingan yang banyak mengandung protein. Tak lupa minum
air sebanyak 2,5-3 liter setiap harinya. Bila kesulitan mendapatkan
asupan vitamin dari makanan, ibu dapat mengkonsumsi vitamin tambahan
atau suplemen.
Dari sisi alat untuk menunjang menyusui, ibu
bisa memanfaatkan alat pumping untuk pemberian ASI yang maksimal.
Menyusui secara langsung memiliki banyak manfaat salah satunya membangun
bonding antara ibu dan anak. Namun, ada beberapa situasi yang
mengharuskan Ibu memompa ASI demi membantu menjaga kelancaran proses
menyusui.
Terakhir, gunakan bra menyusui yang nyaman dan
berkualitas. Bra khusus menyusui memang terlihat hampir sama dengan bra
pada umumnya. Namun, bra menyusui dapat memberikan kenyamanan dan
dukungan bagi payudara yang semakin besar dan sensitif selama menyusui.
*Sumber: suara.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar